Anda di halaman 1dari 21

PENANGANAN SEPSIS DAN SYOK SEPTIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH 1/1
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1.1 Sepsis disebut juga dengan systemic inflammatory
respons syndrome (SYRS) adalah suatu keadaan kritis
ditandai dengan demam tinggi atau hipotermi, takipnu,
takikardi, dan lekositosis.
1.2. Etiologi
Biasanya merupakan manifestasi infeksi microbial atau
beberapa sebab lainnya, Apabila kumpulan gejala
disebabkan olah infeksi microbial, disebut sepsis, syok
septic lebih dipandang sebagai gangguan hemostik yang
disebabkan oleh sepsis, ditandai dengan hipotensi dan
disfungsi organ.
Tujuan Agar penderita Sepsis dan Syok Septik mendapat pelayanan
yang optimal
Kebijakan Penatalaksanaan Sepsis dan syok septik berdasarkan
standar pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD
Berkah Pandeglang.
Kasus Sepsis dan syok septik dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Anak, Bedah dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Penatalaksanaan : ditujukan kepada 3 hal


1.1. Terhadap infeksi : biasanya ada fokus infeksi
dibagian tertentu dari tubuh, oleh karenanya
pemberian antibiotik berspektrum luas sesuai
dengan spectrum kuman.
1.2. Ada beberapa alternatif pemilihan regimen antara
lain :
1.2.1. Ampisilin 30 mg/Kgbb setiap 4 jam iv.
1.2.2. Ditambah gentamisin 1,5, mg/Kgbb setiap
8 jam i.v.
1.2.3. siprofloksasin 400 mg/ 12 jam i.v
1.3. Perbaikan hemodinamik, infus garam fisiologis 1-
2-liter dalam 1-2 jam pertama, kemudian diberikan
dopamine 4-20 mg/Kgbb/menit (dilarutkan dalam
infus NaCI 0,9 %).
1.4. Glucocorticoid seperti hidrokortison 50 mg i.v
setiap 6 jam
1.5. Perbaikan respirasi : oksigen, ventilator digunakan
pada keadaan hipoksemia progresif, hiperkapnia,
gangguan neurology atau kegagalan pernafasan
2. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
PENANGANAN BRONKITIS KRONIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit

SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Definisi :
Produksi mucus secara berlebihan didaerah
trakeobronkial yang menimbulkan gejala batuk produktif
selama 3 bulan dalam setahun dan terjadi 2 tahun
berturut-turut, hal ini terjadi akibat hiperplasia dan
hipertrofi kelenjar mucus dibagian submukosa.
Histopatologi tampak hiperplasia goblet sel, inflamasi dan
edema selaput lendir, pertambahan massa dan penebalan
otot polos bron Kus kecil.
2. Etiologi
- Perokok
- Terpapar bahan poluta debu, atau gas seperti serbuk
benang
- Kapas dan gas toluene diisosianat
- Infeksi akut sebagai penyebab eksaserbasi.
3. Manifestasi klinik
3.1 Pink Puffer : ditandai dengan dispne pada saat
beraktifitas, postur astenik, takipun, respirasi
memanjang.
Hipersonor, suara pernafasan melemah.
Gambaran laboratorium PO2 arteriel rendah, dan
PCO2 rendah, atau normal.
3.2. Blue Bloater : dispnu tidak begiu nyata akan tetapi
penderita sering dalam keadaan sianosis.
Umumnya pasien over weight, pemeriksaan
auskultasi ada ronki kering dan wheezing. Bisa
dengan edema, analisis gas darah
Perbedaan PO2 dan PCO2 melebihi 40-50 mmHg.
Catatan : seharusnya dibuat pemeriksaan
spirometri.
Tujuan Agar penderita Bronkitis kronis mendapat pelayanan yang
optimal
Kebijakan Penatalaksanaan Bronkitis Kronis berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus Bronkitis Kronis dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.
PENANGANAN BRONKITIS KRONIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2
RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur 1. Terapi :
1.1. Infeksi diberantas dengan antibiotika spectrum
luas, diberikan 7-10 hari
1.2. Bronkodilator simpatomimetik dan antikolinergik
dapat memperbaiki simtom, dengan mengurangi
tonus bronkus.
1.3. Obat stimulasi beta 2 selektif, misalnya albuterol,
dan metaproterenol 2 puff setiap 4 6 jam (metered
dose inhaler) Ipratropium (anticholinergik) 2 puff 6-8
jam
1.4. Prednison 30 mg sehari dengan dosis diturunkan
secara perlahan hingga dosis terendah yang efektif.
1.4.1 Boleh juga diberikan glukokortikoid dalam
bentuk inhalasi.
1.5 Oksigen diberikan bila terjadi hipoksia (PO2 < 55
mmhg) atau ada tanda-tanda kor pulmonale
1.6 Pemberian suplemen
1.7. Fisioterapi
2. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai
denganpengalamannya.

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
PENANGANAN PERDARAHAN
SALURAN CERNA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Definisi
Hematemesis : Muntah darah merupakan tanda
dari perdarahan saluran cerna bagian proksimal
ligamentum Treitz.
Melena : Buang air besar berwarna hitam, selalu
berasal dari perdarahan bagian proksimal
ligamentum Treitz
Hematoschezia : Darah segar keluar dari rectum
2. Etiologi
2.1. Ulkus peptikum
2.2. Gastropati (alcohol, aspirin, NSAID, stress)
2.3. Esofagitis
2.4. Varises gastroesofageal

Tujuan Agar penderita pendarahan saluran cerna mendapat


pelayanan yang optimal
Kebijakan Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna berdasarkan
standar pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD
Berkah Pandeglang.
Kasus perdarahan saluran cerna dapat di tangani oleh
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Gejala dan tanda klinik


1.1. Mual, muntah berwarna coklat kehitaman atau
buang air besar berwarna hitam, nyeri epigastrik,
kembung.
1.2. Ikterus, asites, edema, muntah, atau buang air
besar darah segar pada pasien varises
esophageal.
1.3. Syok
1.4. Laboratorium darah rutin : Hb, kurang dari
normal, Lekosit meningkat, trombosit dan ureum
sedikit meningkat, gangguan test faal hati.
2. Pemeriksaan khusus :
2.1. Endoskopi (gastrokospi, atau kolonoskopi/
anuskopi)
2.2. Barium radiografi atau barium enema.
PENANGANAN PERDARAHAN
SALURAN CERNA

No. No. Revisi Halaman


Dokumen
2/2
RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur 3. Penatalaksanaan :
3.1. Bila syok, infus NaCl fisiologis, segera tranfusi
dengan darah segar. Bila Hb kurang dari 7 gr/dl,
cairan koloid atau frozen plasma sebelum tranfusi
darah.
3.2. Pipa nasogastrik untuk kontrol perdarahan dan
pengobatan seperti asoirasi darah.
3.3. Injeksi vit.K10 mg sc, atau iv, vasopresin 0,4
0,9 U/m iv, Sengstaken Blakemore tamponade,
ligasi dan sclerosis endoskopik pada pasien
dengan perdarahan dan varises gastro
esophageal karena sirosis hati.
3.4. Sirup antasida : 3-4 kali sehari, 1-2 sendok
makan, penyekat reseptor H2 injeksi iv, 150 mg/
12 jam bila menggunakan ranitidine atau 400 mg/
12 jam dengan cimetidin.
4. Injeksi asam tranexamide 250-500 mg/ 8 jam iv.
5. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PENANGANAN PANKREATITIS AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
1/1
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit

SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Definisi :
Terjadi penurunan fungsi pancreas diiringi dengan nyeri
akibat edema dan nekrose pada pancreas.
2. Etiologi
2.1. Alkoholism
2.2. Kolelitiasis
2.3. Trauma abdomen
2.4. Post operasi
2.5. Post ERCP
2.6. Metabolik : hipertrigliseridemia, hiperkalsemia,
gagal ginjal.
2.7. Infeksi : hepatitis virus, askariasis, infeksi
oportinistik, 9kandida, tbc)
2.8. Obat-obatan : sulfonamid, tiazida, furosemid,
tetrasiklin dll.
2.9. Vaskulitis.
2.10. Obstruksi ampula Vateri.
Tujuan Agar penderita pankreatitits akut mendapat pelayanan yang
optimal
Kebijakan Penatalaksanaan pankreatitis akut berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus pankretitis akut dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.
Prosedur 1. Penatalaksanaan
Puasa
Kumbah nasogastrik
Diet rendah lemak bila keadaan akut sudah terlewati
Cairan atau koloid
Anti kolinergik
Narkotik untuk mengatasi nyeri
Antibiotika
Antagonis reseptor H2
Replacement enzim pancreas
2. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PENANGANAN GOUT DAN
ARTRITIS GOUT AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/1
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit

SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Definisi :
Proses peradangan sendi dan sinovial akibat
penumpukan kristal monosodium urat.
2. Manifestasi klinis
- Artritis inflamatori akut bias mengenai satu atau
beberapa sendi disertai demam
- Tenosinovitis
- Arthritis tofaseus kronis, ditandai dengan tofi yang
merupakan penumpukan monosodium urat yang dikelilingi
oleh sel-sel inflamasi.
- Tofi ekstrak artikular, sering terjadi ditelinga
pergelangan, tendo achilles.
- Nefrosis urat, deposisi kristal monosodium urat pada
jaringan intertisium dan pyramid ginjal, selanjutnya bisa
menyebabkan insufisiensi ginjal kronik.
- Nefropati asam urat akut
- Nefrolitiasis asam urat
Tujuan Agar penderita gout dan artitis gout akut mendapat pelayanan
yang optimal
Kebijakan Penatalaksanaan gout dan artritis gout akut berdasarkan
standar pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD
Berkah Pandeglang.
Kasus pankretitis akut dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Pemeriksaan
1.1. Analisis cairan sinovial
1.2. Asam urat serum meningkat
1.3. Asam urat urin > 800 mg/dl
1.4. Radiologi sendi, IVP
2. Terapi
2.1. Analgesik
2.2. NSAID
2.3. Colchinin (hanya efektif 24 jam pertama serangan )
dengan dosis 0,6 mg 4 x/hari, diberikan < 7 hari
2.4. Glukokortikoid intra artikuler
2.5. Glukokortikoid sistemik
2.6. Allupurinol 300 mg/ hari
3. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PENANGANAN DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH 1/2
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian Definisi :
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi usus yang menimbulkan
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella tifi atau
salmonellak parafifi
Tujuan Agar penderita demam tifoid mendapat pelayanan yang
optimal
Kebijakan Penatalaksanaan demam typoid berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus demam typoid dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prpsedur 1. Kriteria diagnosis


1.1 Gejala dan tanda klinik
1.1.1 Demam lebih dari 7 hari
1.1.2 Nyeri pada ulu hati, discomfort, sebah dan
mual
1.1.3 Obstipasi yang terkadang diare
1.1.4 Apatis
1.1.5 Coated tongue
1.1.6 Relatipe Bradikardi
1.1.7 Hepatosplenemegali
1.1.8 Rose spote
1.2 Laboratorium
1.2.1 Aneosinopilia
1.2.2 Lekopenia
1.2.3 Titer Widall O > 1/80, pada pemeriksaan
ulang seminggu kemudia terdapat kenaikan
titer yang bermakna.
1.2.4 Gaal Kultur Samonella positif *
* Bila ada pasilitas
2. Diangnosa banding
1.1 Virall Infection
1.2 Malaria
1.3 Bronkopneumonia
1.4 Kolesistitis
1.5 Abses Amoeba
1.6 TBC
PENANGANAN DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur 3. Pemeriksaan penunjang


3.1 Labolatorum darah : Hb, Lekosit, Diff, Count, LED,
Trobosit, Hematrokit.
3.2 Widall
3.3 Daral Malaria
3.4 Kimia Darah : GPT, GGP, Alk.P,Ureum,
Kreatimin.
3.5 Rontgen Toraks kalau adan komplikasi
3.6 EKG
3.7 USG bila ada indikasi
4. Komsultasi penyakit dalam
5. Perawatan Rumah Sakit :
Rawat inap untuk diagnosa dan terapi definitip
6. Penatalaksanaan.
6.1. Non Farmakologik
6.1.1 Tirah baring
6.1.2 Diet makanan lunak
6.1.3 Banyak minum
6.2. Farmakologik
6.2.1 Medicamentosa
62.1.1. Kloramfenikol 4 X 500 mg
62.1.2. Kotrimoksazol 2 x 2 tablet
7. Penyulit
7.1. Tifod toksik
7.2. Ensefalopati tifosa
7.3. Hematitis tifosa
7.4. Kolesistiti tifosa
7.5. Perporasi usus
8. Imformet Consent : tidang dipermukan kecuali apabila
perlu untuk tindak operasi
9. Lama perawatan : lazimnya apabila tidak disertai
kompilasi berlangsung selama 7 14 hari
10. Out Put sembuh total
10.1. Angka kematian sekitar 3,3 % biasanya akibat
perforasi
11. PA : pada kasus yang dioperasi
12. Otopsi / risalah rapat : pada kasus yang meninggal
13. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PENANGANAN
GASTROENTERITIS DAN DEHIDRASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/1
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit

SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Gas troenteritis dengan dehidrasi adalah diare yang
disertai muntah-muntah yang akus sampai terjadi
kekurangan cairan dan elektroleit didalam darah
2. Klaifikasi dehidrasi :
Riagan
Sedang
Berat
Tujuan Agar penderita Gastroenteritis dengan dehidrasi mendapat
pelayanan yang optimal
Kebijakan Penatalaksanaan gastroenteritis berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus gastroenteritis dengan dehidrasi dapat di tangani
oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Kriteria diagnisis :


Panas lebih dari 5 hari, terutama malam
Diare
Sakit perut
2. Pemeriksaan penunjang
2.1. Laboratorium
2.1.1. Darah, elektrolit, ureum, kreatinin
2.1.2. Fases
3. Terapi
3.1. Rawat jalan atau rawat inap
3.2. Rehidrasi
3.2.1. Rehidrasi oral untuk rawat jalan
3.2.2. Rehidrasi parenteral untuk rawat inap
3.3. Diet : linak tidak merangsang
3.4. Antibiotika : Contrimocile
4. Lama perawatan 2-3 hari
5. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD

PROSEDUR PENANGANAN
DYSPEPSIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/1
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian 1. Dispepsia terdiri dari :
1.1. Non Ulcer Dypepsia
1.2. Ulcer Dypepsia
Tujuan Agar penderita Dypepsia mendapat pelayanan yang optimal

Kebijakan Penatalaksanaan dyspepsia berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus pankretitis akut dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Pemeriksaan Endoskopi
3.2. Foto Esofagus
3.3. Pemeriksaan EKG
4. Terapi
4.1. Diet lunak, rendah asam, tidak merangsang
4.2. Obat antibiotika
4.3. Obat H2 Antaginis, Omeprazol dll
5. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PROSEDUR PENANGANAN
TUBERKULOSIS PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/1
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi paru yang
disebabkan Mycocterium tuberculosis
Tujuan Agar penderita Tuberkulosis paru mendapat pelayanan yang
optimal
Kebijakan Penatalaksanaan Tuberkulosis paru berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus pankretitis akut dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
3.1. Laboratorium
3.1.1. Darah rutin
3.1.2. Sputum BTA
3.2 Radiologi : Rontgen Torak PA
4. Terapi
4.1. Rawat jalan, rawat inap
4.2. Diet TKTP
4.3. Medikantosa OAT
TBC Istirahat BB BB BB
Makan < 30 kg 30-60 kg > 60 kg
Bergizi
Streptomycin 2x50 mg 1x750 mg 1x1 gr
2-3 bln I
Rifampisin 1x300 mg 1x300 mg 1x600 mg
3-6 bln I
INH 1x300 mg 1x300-400mg 1x400 mg
12 bln penuh
Etambutol 1x500 mg 1x750 mg 2x500 mg
6 bln I
Pirazinamid 1x750 mg 2x500 mg 3x500 mg
2 bln I
5. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP
dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya.
Unit Terkait 1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD

PROSEDUR PENANGANAN
ASMA BRONKIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
1/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian Asma bronkial adalah suatu sindorma klinik berupa
hiperreaktifitas saluran nafas yang timbul akibat rangsangan
alergenik, fisikawi, kimiawi, ataupun stres psikologi yang
potensial menimbulkan konstriksi saluran nafas sehingga
menimbulkan batuk, sesak, mengi.
Tujuan Agar penderita asma bronkial mendapat pelayanan yang
optimal
Kebijakan Penatalaksanaan asma bronkial berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus asma bronkial dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur
1. Kriteria diagnosis
1.1. Riwayat batuk-batuk dan pilek atau flu like
sundrom
1.2. Sters psikologik
1.3. Sesak napas berulang
1.4. Takipnoe
1.5. Eksperium memanjang
1.6. Whezing
2. Pemeriksaan penunjang
2.1. Laboratorium
Eosinofilia > 350/cu ml
IgE meningkat
2.2. Radiologi
2.2.1. Radioluscen
2.2.2. Penampakan emfisematous
3. Konsultasi : -
4. Perawatan
4.1. Rawat jalan untuk Asthma kategori ringan
4.2. Rawat inap untuk Asthma kategori berat
5. Terapi
5.1. Oksigen
5.2. Fisioterafi
5.3. Medikamentose
5.3.1. Bronkhodilator
5.3.1.1 Adrenalin 1 : 1000 dosisi 0,2
05 cc SK dapat diulang setiap
20-30 menit sampai 3 dosis
pemebrian
5.3.1.2 Beta a gonist tarbutalin dosis -
1 Amp SK, dapat diluang 30 60
menit kemudian

PROSEDUR PENANGANAN
ASMA BRONKIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 2/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang
Prosedur 5.3.1.3 Aminifillin loading dose 5,6 mm/kg
BB bolus IV dalam 20 menit
5.3.1.4 Dosis maintenance : ( berat ideal
diasumsi 50 kg )
- Dewasa perokok 0,9
mm/kg/jam : 1,5 amp/8 jam
- Dewasa non perokok 0,5
mm/kg/jam : 0,8 amp/8 jam
- Dewasa 50 th 0,4 mm/kg/jam :
0,6 amp/8jam
- COPD infeksi virus akut 0,6-0,7
mg/kg/jam : 1-12 amp/8 jam
- CHF 0,35-0,45mg/kg/jam : 0,6-
0,75 amp/8 jam
- Gangguan fungsi hati 0,25-
0,45mg/kg/jam : 0,4-0,75
amp/jam
5.3.1.5 Kortikosteroid
5.3.1.6 Antibiotika kalau ada indikasi
5.3.1.7 Mukolitik ekspektoran
6. Pernyulit :
6.1. Status asthmatikus
6.2. Pneumothoraks
6.3. Gagal napas
7. Inform Consent : tidak diperlukan
8. Lama perawatana :
Diperkirakan hingga 1 minggu
Kecuali timbul penyulit
Pasien lepas perawatan masih memerlukan beberapa hari lagi
untuk monitoring rawat jalan
9. Masa pemulihan : tergantung derajat morbid
10. Out put :
Serangan pada umumnya harus dapat diatasi
Dapat meninggal terutama pada asma berat
Angka kematian pada AB berat diperkirakan 1 primil
(USA)
11. PA : Tidak perlu
12. Otopsi / risalah rapat
12.1 Khusus pada kasus meninggal
12.2 Bila diperlukan sesuai peraturan
13. Bila dalam Penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PROSEDUR PENANGANAN
HIPERTENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376
Pengertian Tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik
dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada
seseorang yang tidak sedang makan obat anti hipertensi.

Tujuan Agar penderita hipertensi mendapat pelayanan yang


optimal.
Kebijakan Penatalaksanaan hipertensi akut berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus hipertensi dapat di tangani oleh Dokter Spesialis
Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Kriteria Diagnosa


1.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VIII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre Hipertensi 120 139 atau 80 89
Hipertensi Stage I 140 159 atau 90 99
Hipertensi Stage II > 160 atau > 100

1.2 Pengukuran tekanan darah min 2x tiap kunjungan


1.3 Faktur resiko kardiovaskuler
- Hipertensi
- Merokok
- Obesitas ( IMT > 80)
- Inaktifitas fisik
- Dislipidemis
- Diabetes melitus
- Mikro albuminaria atau LFG < 60 ml/mt
- Usia (laki-laki > 55 th, perempuan > 65 th)
- Riwayat keluarga dengan peny. kardiovaskuler

2. Pemeriksaan Penunjang
UL, Test fungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil lipid,
foto thorax, EKG.
3. Therapi :
Hipertensi stage I :
- Gol diuretik Tiazid
- Pertimbangkan : Antagonis
Penghambat EKA
Antagonis reseptor all
Reseptor
PROSEDUR PENANGANAN
HIPERTENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG
2/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur Hipertensi Stage II :


- Kombinasi 2 obat
- Gol diuretika tiazid dan penghambat EKA atau
Antagonis

4. Komplikasi
- Hipertensi ventrikel kiri
- Gangguan fungsi ginjal
- Stroke / TIA
- Infark Myocard
- Angina Pectoris
- Gagal Jantung

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PROSEDUR PENANGANAN
KRISIS HIPERTENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376

Pengertian Krisis hipertensi adalah keadaan hipertensi yang


memerlukan penurunana tekanan darah segera karena akan
mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Dibagi menjadi
2:
1. Hipertensi Urgency
2. Hipertensi Emergency

Tujuan Agar penderita krisis hipertensi mendapat pelayanan yang


optimal.
Kebijakan Penatalaksanaan krisis hipertensi berdasarkan standar
pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD Berkah
Pandeglang.
Kasus krisis hipertensi dapat di tangani oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Anamnesa
Riwayat Hipertensi
Tekanan darah pada kedua extremitas
2. Pemeriksaan Penunjang
DPL, UL, Ureum, Kreatinin, Gula Darah, Elektrolit,
EKG, Foto Thorax, Echocardiograpi
3. Therapy
Hipertensi Urgency
- Captropil 6,25 50 mg sublingual
- Penyekat adrenergik
- Klonidin : dosis awal 0,1 mg selanjutnya 0,15
mg
Dosis total 0,9 mg
- Labetalol : 100 200 mg per oral
- Diuretik Furosemide : 20 40 mg per oral
Hipertensi Emergency
- Diuretik : Furosemide 20 40 mg
- Vasodilator :
- Nitrogliserin : Infus 5 100 meg/mt
Dosis awal 5 meg/mt
Dapat dilanjutkan 5 meg
tiap 3-5 mnt
- Nitroprusid : Infus 0,25 10 meg/Kg
BB/mt
- Antagonis Kalsium
- Diltiazem : Bolus iv 10 mg/0,25 mg/kg BB
Dilanjutkan 5 10 mg /jam
PROSEDUR PENANGANAN
KRISIS HIPERTENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
2/2
KABUPATEN PANDEGLANG
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur - Penyekat Reseptor : 6 amp (900 meg) dalam


250 ml cairan infus titrasi dengan mikrodrip.
- Klonidin

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD
PROSEDUR PENANGANAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 1/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit
SPO

dr. Hj. Susi Badrayanti, MPd


NIP. 140 337 376

Pengertian Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue


dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD.

Tujuan Agar penderita demam berdarah dengue (DBD) mendapat


pelayanan yang optimal.
Kebijakan Penatalaksanaan demam berdarah dengue (DBD)
berdasarkan standar pelayanan medis yang disusun oleh
SMF RSUD Berkah Pandeglang.
Kasus demam berdarah dengue dapat di tangani oleh
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum.

Prosedur 1. Anamnesa
Demam akut antara 2-7 hari biasanya bifasik.
Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan
sbb :
- Uji torniquet positif ( > 20 petekie)
- Petekie, ekimosis atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna
- Hematemisis atau melena
Trombositopenia < 100.000 / mm 3
Minimal 1 tanda plasma leakage
- Hematokrit meningkat > 20%
- Hematokrit turun hingga > 20%
- Terdapat effusi pleura, effusi perikard, acites
dan hipoproteinemia.
Derajat :
I. Demam disertai gejala konstitusional yang
tidak khas, uji torniquet positif.
II. Derajat I disertai perdarahan spontan.
III. Terdapat kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan
lemah atau hipotensi, kulit dingin serta gelisah.
IV. Renjatan : tekanan darah dan nadi tak teratur
2. Pemeriksaan Penunjang :
Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, serologi dengue.
3. Terapi
Nonfarma kologis : Tirah baring, makan lunak
PROSEDUR PENANGANAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD BERKAH
KABUPATEN PANDEGLANG 2/2
Jl. Raya Labuan Km. 05
Cikoneng Pandeglang

Prosedur Farmakologis :
- Simptomatis : anti piretik bila demam
- Cairan intravena : ringer lactat/ringer acetat 4-
6 jam/kolf
- Cairan koloid/plasma expander pada DBD
stadium III dan IV.
- Tranfusi trombosit sesuai indikasi
- Pertimbangkan heparinisasi pada DBD
stadium III, IV

Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. Komite Medik
3. SMF Non Bedah
4. UGD

Anda mungkin juga menyukai