Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH K3

( KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA )


PADA BIDANG KONSTRUKSI

Oleh :
AFIF FACHRUDIN
( 431202327 )

Kelas T

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di
bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di
seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah
salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama
lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di
sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga
berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3
yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja cakupan masalah konstuksi bangunan ?


2. Apa saja pedoman dasar hukum K3 konstruksi ?
3. Apa saja Istilah dalam K3 konstruksi ?
4. Bagaimana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
5. Bagaimana Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :


a. Mengetahui seberapah pengetahuan buruh konstruksi bangunan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di proyek konstruksi bangunan.
b. Apakah ada perhatian yang khusus dari pemilik proyeek tentang pentingnya Manajemen K3
di lingkungan kerja proyek.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari pangambilan judul tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja
pada konstruksi bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khusunya di Indonesia ditangani dan seberakah pentingkah
mencakupnya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan

Pekerjaan kontruksi bangunan merupakan pekerjaan yang mengandung potensi


bahaya, sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepad pekerja diperlukan
syarat-syarat keslamatan dan kesehatan kerja yang sangat tinggi. Tahapan dalam konstruksi
bangunan berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Diantara
tahapan yang ada yakitu pekerjaan penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan
baja, dan pembongkaran.

Penggalian. Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain,
pekerjan yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya dinding galian,
pekerja tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di dalam galian, kondisi tidak aman
baik di dalam maupun diluar galian akibat licinnya galian.

Pondasi. Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah bangunan
yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.

Pekerjaan Beton. Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu
pada posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh, material pencampur
yang tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh pernapasan pekerja.

Pekerjaan Baja. Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh dari
ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa material bangunan.

Pembongkaran. Bahaya yang di timbulkan dari pembongkaran bangunan adalah pekerja


dapat tertimpa atau runtuhnya bangunan, terperosok dari ketinggian tertentu dari permukaan
tanah.
2.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi

a. Undang-undang Dasar 1945


b. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu
melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan
jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerjayaitu upah,
kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian
konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan
untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu,
besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai
seratus ribu rupiah.
d.Surat keputusan besama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No Kep174/Men/1986 dan No 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Kontruksi
Bangunan. Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,
pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat
sebagai Pedoman K3 Konstruksi ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai
standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif,
namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-
kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta
dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi.
2.3 Pengertian atau Istilah K3 Konstruksi

Istilah-istilah tentang K3 kontruksi dan sarana bangunan:


1. Kontruksi bangunan
2. Tempat kerja kegiatan kontruksi bangunan
3. Sarana bangunan
4. Perancah bangunan
5. Kontraktor
6. Sub Kontraktor
7. Pekerja Kontruksi beton
8. Tahapan pekerjaan kontruksi bangunan, yang mengunakan bahan bangunan
9. Pekerjaan konstruksi baja
10. Pekerja penggali
11. Pekerja Pondasi
12. Wajib lapor pekerja konstruksi bangunan
13. Kepala proyek
14. Scaffolder adalah pekerja pemasang, penguna dan pembongkar perancah
15. Safety officer adalah pekerja yang melaksanakan K3 di bidang konstrusi bangunan
16. Ahli K3 kontruksi
17. Instalasi: lift orang, lift barang, listrik, penyalur petir, plambing, tata udara
18. Penanganan bahan
2.4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan

Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para
pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

a. Pekerjaan penggalian

Ketentuan Umum:
Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa maka
prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus melebihi 1 hari,
setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan
lebat.
Jalan keluar masuk yang aman
Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
Ada penerangan yang cukup
Galian bebas dari air
Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan alat-alat
pernapasan
Ventilasi mekanis harus disediakan
Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45 derajat
Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam galian
Tersedia penerangan yang cukup
Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air dsb
Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa gas

b. Pekerjaan Pondasi

Persyaratan Umum:
Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai penguat
secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya

c. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus
didasarkan pada gambar rencana
Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan,
termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya

d. Pekerjaan Konstruksi Baja


Persyaratan umum
Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang, peralatan
kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman serta jaring pengaman
Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya
2.4.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Bangunan

a. Perancah
Peraturan umum
Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias dikerjakan secara aman
dalam ketinggian
Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.

b. Pelataran Tempat Kerja


Peraturan umum
Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja
Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding bangunan
Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan
Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kakai berukuran tebal min 2,5 cm
dan lebar min 15 cm
Harus benar-benar berkonstruksi kuat

( Peralatan yang Safety )


c. Plambing/Pemipaan
1. Fungsi instalansi plambing:
Penyediaan air bersih
Membuang air kotor

2. Jenis-jenis plambing
Instalansi plambing air bersih
Instalansi plambing air kotor
Instalansi plambing air hujan

3. Pemeriksaan dan pengujian


Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki, hydrostos, alat-alat
perlengkapan dan pengaman

4. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan
penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan pengesahan,
harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.
2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan

a. Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi Bangunan


Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada direktur
atau pejabat yang ditunjuk
b. Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan
i. Pengertian
Terdiri dari: data pelaksana konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data teknis
proyek, berita acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran pemeriksaan.
ii. Batasan
Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan atau lebih
harus diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi kepada
Pemberi Tugas/Pemilik setelah proyek selesai
iii. Pengesahan Akte
1. Setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan
2. Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis K3 konstruksi
3. Menerbitkan akte pengawasan
4. Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah hubungan yang baik antara pegawai proyek,
perusaahaan dan pemerintah itu mutlak harus diperhatikan. Sehingga perpaduan antara
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) dari pegawai, manejemen yang
baik dari perusahaan dan penyulhan dari pemerintah tentang K3 untuk pegawai proyek
maupun perusahaan sangat dibutuhkan demi keselamatan dan kepentingan bersama.

3.2 Saran

Tidak hanya peraturan yang dapat membuat semua pihak baik dari pegawai proyek,
perusahaan maupun pemerintah mengerti akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
terlaksana dengan baik. Tetapi membuat sistem manejemen dan pengetahuan dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Reini Kusuma Blog.com


Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.
174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Kegiatan Konstruksi.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384/KPTS/M/2004 Tentang
Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Bendungan.
Keppres RI No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai