Oleh :
AFIF FACHRUDIN
( 431202327 )
Kelas T
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di
bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di
seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah
salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama
lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di
sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga
berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3
yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
Manfaat dari pangambilan judul tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja
pada konstruksi bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khusunya di Indonesia ditangani dan seberakah pentingkah
mencakupnya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
Penggalian. Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain,
pekerjan yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya dinding galian,
pekerja tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di dalam galian, kondisi tidak aman
baik di dalam maupun diluar galian akibat licinnya galian.
Pondasi. Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah bangunan
yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.
Pekerjaan Beton. Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu
pada posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh, material pencampur
yang tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh pernapasan pekerja.
Pekerjaan Baja. Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh dari
ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa material bangunan.
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para
pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Pekerjaan penggalian
Ketentuan Umum:
Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa maka
prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus melebihi 1 hari,
setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan
lebat.
Jalan keluar masuk yang aman
Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
Ada penerangan yang cukup
Galian bebas dari air
Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan alat-alat
pernapasan
Ventilasi mekanis harus disediakan
Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45 derajat
Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam galian
Tersedia penerangan yang cukup
Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air dsb
Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa gas
b. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai penguat
secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
c. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus
didasarkan pada gambar rencana
Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan,
termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya
a. Perancah
Peraturan umum
Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias dikerjakan secara aman
dalam ketinggian
Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.
2. Jenis-jenis plambing
Instalansi plambing air bersih
Instalansi plambing air kotor
Instalansi plambing air hujan
4. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan
penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan pengesahan,
harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.
2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah hubungan yang baik antara pegawai proyek,
perusaahaan dan pemerintah itu mutlak harus diperhatikan. Sehingga perpaduan antara
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) dari pegawai, manejemen yang
baik dari perusahaan dan penyulhan dari pemerintah tentang K3 untuk pegawai proyek
maupun perusahaan sangat dibutuhkan demi keselamatan dan kepentingan bersama.
3.2 Saran
Tidak hanya peraturan yang dapat membuat semua pihak baik dari pegawai proyek,
perusahaan maupun pemerintah mengerti akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
terlaksana dengan baik. Tetapi membuat sistem manejemen dan pengetahuan dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA