PENGENDALIAN INTERNAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Harry Setiadi
Nia Rahmayanti
Rahma Putri
BAB 1
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan yang telah berjalan tidak boleh tidak memonitor kegiatannya dan
hasilnyaa, manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang professional untuk
memajukan atau meningkatkan hasil yang telah dicapainya. Pandangan dan sikap tersebut
diatas dinyatakan dalam kesibukan mananjemen untuk selalu melihat, meneliti,menganalisa
dan mengambil keputusan atas laporan-laporan yang telah sampai ke atas meja mereka.
Lapaoran tersebut yang digunakan sebagai dasar keputusannya baik untuk mengendalikan
atau mengarahkan biasanya berbentuk meringkas kejadian yang paling terakhir terjadi dan
konsisi perusahaan. Unit atau satuan pengukurannya tidak hanya menggunakan rupiah tetapi
juga satuan jam kerja, satuan berat,penggunaan karyawan atau ukuran yang lain yang
diperlukannya. Disamping laporan berfungsi untuk mengendalikan dan mengarahkan, laporan
juga mempunyai art untuk menilai apakah kebijaksanaan perusahaan yang telah ditentukan
dijalankan, apakah kondisi keuangannya sehat, kegiatan penjualannya menguntungkan dan
hubungan antar bagian, atau departemen berlangsung harmonis.
Dalam akuntansi SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan factor yang
menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena
itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadi kesalahan yang material dalam
proses akuntansi.
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini :
a. Pengendalian intern merupakan suatu proses.
Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern
merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasive dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.
b. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun
dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris,
manajemen dan personel lain.
c. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang
melekat dalam semua sistem pengendalian intern dari pertimbangan manfaat dan
pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern
tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan :
pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
.2.2 Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalahsalah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalamlaporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangandalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikanberikut
ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang
menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau
informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan
Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva(seringkali disebut dengan
penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitandengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidakdisajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan denganberbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurianaktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas
membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dandapat
menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, ataupihak ketiga.
Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji materialdalam laporan
keuangan akan terdeteksi. Karena aspek penyembunyiankegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa
kecurangan seringkali mencakupkolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan kebutuhan untuk
menerapkanpertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risikokecurangan dan
kondisi lain, walaupun audit yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang diakibatkan
oleh kecurangan.
.2.2.1 Penaksiran Risiko Salah Saji Material Sebagai Akibat Dari Kecurangan
Audit harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporankeuangan
sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkantaksiran risiko ini dalam
mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan.Dalam melakukan penaksiran ini, auditor harus
mempertimbangkan faktor risikokecurangan yang berkaitan dengan baik salah saji yang timbul
sebagai akibatkecurangan dalam pelaporan keuangan maupun salah saji yang timbul dariperlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yangbersangkutan
Sebagai bagian dari penaksiran risiko, auditor juga harus memintaketerangan kepada
manajemen untuk memperoleh pemahaman darimanajemen tentang risiko kecurangan dalam
entitas dan untuk menentukanapakah manajemen memiliki pengetahuan tentang kecurangan yang telah
dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas. Informasi dari permintaan keterangan ini dapat
mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan yangmungkin berdampak terhadap taksiran
auditor dan tanggapan yangbersangkutan.
Beberapa hal yang dapat diajukan sebagai pertanyaan adalah apakahterdapat lokasi anak
perusahaan tertentu, segmen bisnis, tipe transaksi, saldoakun, atau golongan laporan
keuangan yang di dalamnya terdapat faktor risikokecurangan atau memiliki kemungkinan
lebih besar adanya faktor risiko tersebutdan bagaimana manajemen menangani risiko seperti itu.
.2.2.2 Faktor Risiko Yang Berkaitan Dengan Salah Saji Yang Timbul Dari
Kecurangan Dalam Pelaporan Keuangan
Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul dari kecurangandalam pelaporan
keuangan dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan:
a. Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan pengendalian.Faktor risiko ini berkaitan dengan
kemampuan, tekanan, gaya, dan sikapmanajemen atas pengendalian intern dan proses pelaporan
keuangan.
b. Kondisi industri.Faktor risiko ini mencakup lingkungan ekonomi dan peraturan dalamindustri yang menjadi
tempat beroperasinya entitas.
c. Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan.Faktor risiko ini berkaitan dengan sifat dan
kekompleksan entitas dantransaksinya, keadaan keuangan entitas, dan kemampuan entitas
dalammenghasilkan laba.
Berikut ini adalah contoh faktor - faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji sebagai akibat
kecurangan dalam pelaporankeuangan untuk setiap golongan risiko tersebut di atas:
(1) Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukankecurangan dalam pelaporan keuangan.
(2) Kegagalan manajemen untuk menyajikan danmengomunikasikan sikap yang semestinya
tentangpengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.
(3) Partisipasi dan fokus belebihan manajemen nonkeuanganterhadap pemilihan prinsip
akuntansi atau penentuan estimasisignifikan
(4) Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior,penasihat, atau dewan komisaris.
(5) Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarangatau auditor pendahulu.
(6) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturansekuritas atau tuntutan kepada
entitas atau manajemenseniornya yang dituduh melakukan kecurangan ataupelanggaran undang-undang
sekuritas.
c. Faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik operasi dan stabilitaskeuangan. Contohnya
mencakup:
(1) Ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi,sementara itu perusahaan
dilaporkan laba dan labanya mengalamipertumbuhan.
(2) Tekanan signifikan untuk memperoleh modal yang diperlukanuntuk mempertahankan daya
saing dengan mempertimbangkanposisi keuangan entitas, termasuk kebutuhan dana
untukmembelanjai pengeluaran riset dan pengembangan ataupengeluaran modal.
(3) Transaksi signifikan antarpihak yang memiliki hubungan istimewayang tidak dalam kegiatan bisnis
normal atau dengan entitas yangmemiliki hubungan istimewa yang tidak diaudit atau diaudit
olehkantor akuntan publik lain.
(4) Struktur organisasi yang sangat kompleks yang terdiri dari entitaslegal, garis wewenang
manajerial, atau perjanjian kontrak yangberbagai macam dan tidak biasa, tanpa tujuan bisnis yang nyata.
(6) Pertumbuhan atau profitabilitas yang sangat pesat, terutamadibandingkan dengan perusahaan
lain dalam industri yang sama.
(7) Sangat tergantung terhadap utang atau kemampuan rendah untukmemenuhi persyaratan
pembayaran kembali utang; perjanjianpenarikan utang yang sulit untuk dipenuhi.
(8) Ancaman kebangkrutan atau penyitaan yang akan terjadi segeraatau pengambilalihan
perusahaan secara paksa (hostile takeover ).
(9) Posisi keuangan yang buruk atau menurun bila manajemenmemiliki utang entitas dalam jumlah yang
signifikan yang dijaminsecara pribadi
.2.2.3 Faktor Risiko Yang Berkaitan Deng Salah Saji Yang Disebabkan Oleh
Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aktiva
Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berikut ini :
a. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
Hal ini berkaitan dengan sifat aktiva entitas dan tingkat kerentangan aktiva dari
pencurian,pengendalian. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengendalian yang
dirancang untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva. Berikut ini adalah contoh factor resiko yang berkaitan dengan salah
saji yang disebabkan dengan pelakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap
golongan factor resiko sebagai mana diuraikan diatas.
1. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semetinya terhadap aktiva
2. Karakteristik sediaan, seperti ukuran kecil, nilai tinggi, atau permintaan tinggi
3. Aktiva yang mudah diubah, seperti obligasi atas unjuk(bearer bond), berlian atau
computerchip
4. Karakteristik aktiva tetap, seperti ukuran kecil, mudah dijual, atau tidak adanya
identifikasi kepemilikan.
Latar Belakang
Perusahaan Comptronix Corporation berdiri pada tahun 1980-an. Pusat usaha Comptronix
berada di Guntersville, kota dengan penduduk sekitar 7000 orang. Perusahaan ini melakukan
usaha di bidang elektronik dan produk utamanya adalah. Comptronix memperkerjakan sekitar
1800 orang karyawan di tiga lokasi dan merupakan salah satu perusahaan besar di
Guntersville. Pada tahun 1989, perusahaan ini telah go-public. papan sirkuit untuk computer
dan alat-alat kesehatan
Kasus
Semuanya tampak baik di Comptronix sampai keluar berita pada tanggal 25 November 1992
bahwa telah terjadi kecurangan di dalam perusahaan. Muncul laporan bahwa tiga eksekutif
puncak perusahaan telah meningkatkan laba perusahaan selama tiga tahun terakhir dengan
cara melebih-lebihkan asset dan laba perusahaan dengan cara mencatat transaksi fiktif. Hal
ini terungkap ketika para eksekutif tersebut secara mengejutkan mengaku kepada dewan
perusahaan. Tiga eksekutif puncak yang terlibat ialah CEO/ Comptronix William J. Hebding,
Chief Operating Officer of Comptronix : Allen L. Shifflet, dan Controller/Treasure : J.Paul
Medlin.
Mereka melakukan salah saji pada laporan keuangan tersebut dengan secara tidak tepat
mentransfer biaya tertentu dari harga pokok penjualan ke akun persediaan. Hal tersebut
memungkinkan mereka meningkatkan nilai persediaan dan menurunkan nilai harga pokok
penjualan kuartalan yang pada gilirannya akan menaikkan nilai laba kotor dan laba bersih
untuk periode tersebut. Para eksekutif tersebut sukses memanipulasi laporan keuangan
kuartalan mereka karean laporan tersebut tidak diaudit. Dan untuk menutupi kecurangan
mereka tersebut pada laporan keuangan akhir tahun, para eksekutif tersebut menyusun
rencana untuk menutupi transfer biaya yang tidak sesuai tersebut. Mereka memutuskan untuk
menghapus transfer biaya dari akun persediaan sebelum akhir tahun. Mereka mentransfer
biaya tersebut kembali ke akun harga pokok penjualan. Untuk setiap transfer yang dilakukan,
mereka membukukan penjualan produk fiktif dan piutang fiktif yang terkait. Begitu para top
eksekutif ini berhasil melakukan manipulasi penjualan dan piutang fiktif akhir tahun, mereka
kemudian mulai mencatat penjualan kuartalan fiktif dengan cara yang sama.
Eksekutif senior mengakali pengendalian internal Comptronix yang ada dengan melewati
departemen pembelian dan penerimaan sehingga tidak ada orang di Comptronix yang akan
mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan biasanya meninggalkan jejak kertas yang
cukup ekstensif untuk pembelian peralatan. Pengendalian internal terhadap transaksi akuisisi
dan pengeluaran kas umumnya memerlukan pesanan pembelian. Laporan penerima adalah
faktur vendor sebelum pembayaran dapat diotorisasi oleh Chief Operating Officer atau
bendahara, yang keduanya terlibat dalam kecurangan tersebut. Sebagai akibatnya, para
eksekutif itu mampu melewati pengendalian terhadap pengeluaran kas dan mengotorisasi
pembayaran atas pembelian fiktif tanpa membuat dokumen apapun untuk transaksi fiktif.
Analisis Kasus
Resiko pengendalian merupakan penilaian auditor terhadap sistem pengendalian internal
perusahaan. Hal ini juga mencakup sikap dan keahlian direksi dan manajemen terhadap
internal kontrol. Jika pengendalian resiko tinggi maka jumlah prosedur substantif yang harus
dilakukan juga meningkat.
Pada Comptronix berbagai faktor meningkatkan risiko pengendalian bagi perusahaan, seperti
sistem akuntansi bisa dilewati oleh manajemen dengan entri pengguna tidak wajar. Hal ini
meningkatkan risiko kontrol seperti memberikan kewenangan tidak terbatas kepada
manajemen puncak untuk mengubah dan memanipulasi akun. Juga pengeluaran kas bisa
disetujui oleh manajemen hanya berdasarkan faktur. Akhirnya sistem komputerisasi
akuntansi di departemen pengiriman, yang merupakan perangkat pengendalian internal yang
baik, dapat diakses dan dimanipulasi oleh controller. Dalam ringkasan manajemen memiliki
terlalu banyak wewenang untuk masuk dan mengubah sistem akuntansi elektronik
perusahaan, sementara tidak ada pemeriksaan ganda di tempat untuk memverifikasi dan
mengendalikan perubahan secara manual di dalam sistem.
Pengendalian internal dimaksudkan untuk mencapati tiga tujuan, yaitu : Keandalan pelaporan
keuangan, Efektivitas dan efisiensi operasi, dan Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku. Dalam kasus ini, dapat kita lihat bahwa Comptronix tidak mencapai tujuan
keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Hal ini berarti pengendalian internal Comptronix sangat buruk. Tidak adanya keterbatasan
dalam mengakses sistem akuntansi elektronik perusahaan akan menyebabkan top eksekutif
dapat mampu melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan mereka demi reputasi yang
bagus. Selain itu, faktur vendor yang dimana sebelum pembayaran dapat diautorisasi oleh
manajemen tanpa adanya pengecekan terlebih lanjut juga merupakan kesalahan perusahaan
didalam pengendalian internalnya.
Simpulan
Kesimpulan yang didapat ialah Contrompix memiliki pengendalian internal yang cukup
buruk, dimana tidak adanya batasan wewenang atas akses sistem akuntansi elektronik serta
pengeluaran kas hanya bisa diterima berdasarkan faktur tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut
secara manual telah melanggar prosedur pengendalian, yaitu prosedur yang baik untuk
autorisasi dan pengecekan faktur secara fisik. Lingkungan pengendalian juga dilanggar disini
dimana peraturan dan prosedur perusahaan untuk masing-masing personel juga tidak
diterapkan dengan baik.
Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik, peluang adanya
kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak berkurang. Pemeriksa kecurangan harus
mengenal dan memahami dengan baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar
dapat melakukan evaluasi dan mencari kelemahannya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaa/entitas merupakan factor yang
menentukan keandalan laporan keuanganyang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena
itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi
Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesai untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen karena manajemen tidak
dapat melakukan pengendalian secara langsung atau dapat melakukan pengendalian secara
langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan, pengecekan dan riview yang
melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula melindungi dari
kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan
pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hamper semua transaksi perusahaan
dalam waktu dan biaya terbatas.
Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu
asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan,
salah saji material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian
substanstif.
https://www.scribd.com/document/342166337/Comptronix
https://www.scribd.com/doc/183700653/kasus-audit-pdf
https://www.scribd.com/doc/214308997/Analisa-Kasus-Cimptronix-Corp-Auditing-II