Anda di halaman 1dari 19

HAKEKAT PENGENDALIAN INTERNAL DAN PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS

PENGENDALIAN INTERNAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Azzahra Dita Reminda

Harry Setiadi

Nia Rahmayanti

Rahma Putri
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan yang telah berjalan tidak boleh tidak memonitor kegiatannya dan
hasilnyaa, manajemen harus mempunyai pandangan dan sikap yang professional untuk
memajukan atau meningkatkan hasil yang telah dicapainya. Pandangan dan sikap tersebut
diatas dinyatakan dalam kesibukan mananjemen untuk selalu melihat, meneliti,menganalisa
dan mengambil keputusan atas laporan-laporan yang telah sampai ke atas meja mereka.
Lapaoran tersebut yang digunakan sebagai dasar keputusannya baik untuk mengendalikan
atau mengarahkan biasanya berbentuk meringkas kejadian yang paling terakhir terjadi dan
konsisi perusahaan. Unit atau satuan pengukurannya tidak hanya menggunakan rupiah tetapi
juga satuan jam kerja, satuan berat,penggunaan karyawan atau ukuran yang lain yang
diperlukannya. Disamping laporan berfungsi untuk mengendalikan dan mengarahkan, laporan
juga mempunyai art untuk menilai apakah kebijaksanaan perusahaan yang telah ditentukan
dijalankan, apakah kondisi keuangannya sehat, kegiatan penjualannya menguntungkan dan
hubungan antar bagian, atau departemen berlangsung harmonis.

Apakah jaminan manajemen abwa laporan-laporan tersebut bisa tepat waktu,


membuat penjelasan yang diperlukan, teliti dan benar atau dapat dipercaya untuk
pengambilan keputusan. Hanya dengan pemeriksaan yang terus berkesinambungan dan di
analisa, laporan dan catatan-catatan dari mana laporan di atas didapat, menajemen dapat
meletakkan kepercayaannya terhadap laporan yang akan diguakan diperlukan itu.
Pemeriksaan terus menerus dan analisa laporan dan catatan-catatan sering disebut
pengendalian intern. Sistem pengendalian intern akan menghasilkan laporan yang
dikehendaki manajamen di atas, dalam arti tegas, dan sistem tersebut akan mengamankan
sumber pemborosan , kecurangan dan ketidak efisienan, meningkatkan ketelitian dan dapat
dipercayainya data akuntansi, mendorong diataati dan dilaksanakannya kebijakan
perusahaan,dan meningkatkan efisiensi. Sistem pengendalian intern tersebut akan berada dan
mempengaruhi semua kegiatan perusahaan. Ini meliputi metode-metode dimana manajemen
atas akan memberi elegasi atau wewenang dan memberi tanggung jawab untuk fungsi
pembelian, penjualan produksi dan akuntansi.

Dalam akuntansi SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan factor yang
menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena
itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadi kesalahan yang material dalam
proses akuntansi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apakah definisi pengendalian internal?
2. Apa sajakah komponen utama pengendalian internal?
3. Apa sajakah limitasi pengendalian internal?
4. Bagaimana pemahaman mengenai klien dan pengendalain internalnya?
5. Bagaimana penetapan risiko salah saji material dan desain prosedur audit?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi pengendalian internal
2. Untuk mengetahui komponen utama pengendalian internal
3. Untuk mengetahui limitasi pengendalian internal
4. Untuk mengetahui pemahaman mengenai klien dan pengendalian internalnya
5. Untuk mengetahui penetapan risiko salah saji material dan desain prosedur audit
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Hakekat Pengendalian Internal


2.1.1. Definisi Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas yang di desain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini :
a. Pengendalian intern merupakan suatu proses.
Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern
merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasive dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.
b. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun
dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris,
manajemen dan personel lain.
c. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang
melekat dalam semua sistem pengendalian intern dari pertimbangan manfaat dan
pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern
tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan :
pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.

2.1.1.1. Tujuan Pelaporan Keuangan


Umumnya, pengendalian yang relevan dengan suatu audit adalah berkaitan dengan
tujuan entitas dalam membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara
wajar dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.1.1.2. Tujuan Operasi dan Kepatuhan


Pengendalian yang berkaitan dengan tujuan operasi dan kepatuhan mungkin relevan
dengan suatu audit jika tujuan tersebut berkaitan dengan data yang dievaluasi dan
digunakan auditor dalam prosedur audit. Sebagai contoh pengendalian yang berkaitan
dengan data non keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik, seperti
statistic, atau berkaitan dengan pendeteksian ketidakpatuhan dengan hukum dan peraturan
perpajakan yang digunakan untuk menentukan utang pajak penghasilan, mungkin relevan
dengan audit.
Suatu entitas umumnya mempunyai pengendalian yang berkaitan dengan tujuan yang
tidak relevan dengan suatu audit dan oleh karena itu tidak perlu dipertimbangkan. Sebagai
contoh, pengendalian yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap peraturan kesehatan dan
keselamatan atau yang berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi proses pengambilan
keputusan manajemen tertentu (seperti penentuan harga yang semestinya dibebankan
untuk produk atau apakah perusahaan melakukan pengeluaran untuk riset dan
pengembangan tertentu atau aktivitas advertensi), meskipun penting bagi entitas, biasanya
tidak berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.

2.1.2. Komponen Utama Pengendalian Internal


Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, dapat mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko harus dikelola
c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membeantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengangkapan, dan pertukaran I
nformasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu

2.1.3. Limitasi Pengendalian Internal


Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Pengendalian intern
hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak, kepada manajemen dan dewan
komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Berikut ini adalah keterbatasan bawaan
yang melekat dalam setiap pengendalian intern :
a. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan
keputusan bisnis yang diambil atau alam melaksanakan tugas rutin karena tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain
b. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel
secara keliru memahami perintah untuk membuat kesalahan karena kelalaian, tidak
adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen
dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan
c. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan
kolusi(collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang
dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan
atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang
d. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk
tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan
yang berlebihan atau kepatuhan semu
e. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh
melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena
pengukuran secara tepat baik biaya maupun mandaat biasanya tidak mungkin
dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif
dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

2.2. PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS PENGENDALIAN INTERNAL


.2.1 Pemahaman Mengenai Klien dan Pengendalian Internalnya
Standar auditing kedua mewajibkan auditor mengumpulkan informasi tentang
pengendalian intern dan menggunakan informasi tersebut sebagai dasar perencanaan
audit. Dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, auditor
menggunakan tiga macam prosedur audit berikut ini :
a. Mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur pengendalian
b. Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan
c. Melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan
Informasi yang dikumpulkan oleh auditor dalam melaksanakan prosedur audit
tersebut diatas adalah :
a. Rancangan berbagai kebiakan dan prosedur dalam tiap-tiap unsur pengendalian
b. Apakah kebijakan dan prosedur tersebut benar-benar dilaksanakan.

.2.1.1 Pemahaman atas Lingkungan Pengendalian


Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orang nya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan
struktur. Lingkungan pengendalian mencakup berikut ini :
a. Integritas dan nilai etika
Efektifitas pengendalian tidak dapat meningkat melampaui integritas dan nilai etika
orang yang menciptakan, mengurus dan memantaunya. Integritas dan nilai etika
merupakan unsur pokok lingkungan pengendalian, yang mempengaruhi pendesainan
pengurusan, dan pemantauan komponen yang lain. Integritas dan perilaku etika
merupakan produk dari standar etika dan perilaku entitas, bagaimana hal itu
dikomunikasikan dan ditegakkan dalam praktik. Standar tersebut mencakup tindakan
manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang
mungkin menyebabkan personel melakukan tindakan tidak jujur, melanggar hukum,
atau melanggar etika. Standar tersebut juga mencakup komunikasi nilai-nilai dan
standar perilaku entitas kepada personel melalui pernyataan kebijakan dan kode etik
serta dengan contoh nyata.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
Kompetisi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesikan tugas yang
dibebankan kepada individu. Komitmen terhadap kompetisi mencakup pertimbangan
manajemen atas tingkat kompetisi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat
tersebut diterjemahkan ke dalam persyaratan ketrampilan dan pengetahuan.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
Kesadaran pengendalian entitas sangat dipengaruhi oleh dewan komisaris dan komite audit.
Atribut yang berkaitan dengan dewan komisaris atau komiteaudit ini mencakup
independensi dewan komisaris atau komite audit dari manajemen, pengalaman dan
tingginya pengetahuan anggotanya, luasnya keterlibatan dan kegiatan pengawasan,
memadainya tindakan, tingkat sulitnya pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh dewan atau
komite tersebut kepada manajemen, dan interaksi dewan atau komite tersebut dengan
auditor intern dan ekstern.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen.
Falsafah dan gaya operasi manajemen menjangkau rentang karakteristikyang luas.
Karakteristik ini dapat meliputi antara lain: pendekatan manajemendalam mengambil
dan memantau risiko usaha; sikap dan tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan
dan upaya manajemen untuk mencapai anggaran, laba serta tujuan bidang keuangan dan sasaran
operasi lainnya. Karakteristik ini berpengaruh sangat besar terhadap lingkungan
pengendalian terutama bila manajemen didominasi oleh satu atau beberapa orang individu, tanpa
mempertimbangkan faktor - faktor lingkungan pengendalian lainnya.
e. Struktur organisasi.
Struktur organisasi suatu entitas memberikan kerangka kerja menyeluruh bagi
perencanaan, pengarahan, dan pengendalian operasi. Suatu struktur organisasi
meliputi pertimbangan bentuk dan sifat unit - unit organisasi entitas, termasuk
organiasasi pengolahan data serta hubungan fungsi manajemen yang berkaitan dengan
pelaporan. Selain itu, struktur organiasi harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab
dan entitas dengan cara yang semestinya.
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.
Metode ini mempengaruhi pemahaman terhadap hubungan pelaporan dantanggung jawab yang
ditetapkan dalam entitas. Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab meliputi
pertimbangan atas:
1. Kebijakan entitas mengenai masalah seperti praktik usaha yang dapatditerima, konflik
kepentingan dan aturan perilaku.
2. Penetapan tanggung jawab dan delegasi wewenang untuk menangani masalah seperti
maksud dan tujuan organiasi, fungsi operasi danpersyaratan instansi yang
berwenang.
3. Uraian tugas pegawai yang menegaskan tugas - tugas spesifik, hubungan pelaporan
dan kendala.
4. Dokumentasi sistem komputer yang menujukan prosedur untuk persetujuan
transaksi dan pengesahan perubahan sistem.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki
karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai
batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang
dapat diandalkan. Karena pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten
dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik, maka perusahaan perlu memiliki metode
yan baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai
prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.
h. Kesadaran pengendalian.
Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi yang ditunjukkan oleh manajemen
dari berbagai jenjang organisasi atas kelemahan pengendalian yang ditunjuk oleh auditor intern atau
auditor independen. Jika manajemen segera melakukan tindakan koreksi atas temuan
kelemahan pengendalian yang dikemukakan oleh auditor intern atau auditor
independen, hal ini merupakan petunjuk adanya komitmen manajemen terhadap penciptaan
lingkungan pengendalian yang baik. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang
lingkungan pengendalian untuk memahami sikap,kesadaran, dan tindakan manajemen dan dewan
komisaris terhadaplingkungan intern, dengan mempertimbangkan baik substansi pengendalian
maupun dampaknya secara kolektif. Auditor harus memusatkan pada substansi pengendalian dari
pada bentuk luarnya, karena pengendalian mungkin dibangun namun tidak dilaksanakan. Sebagai
contoh, manajemen dapat membangun aturan perilaku formal namun bertindak yang
melanggar apa yang telah ditetapkan dalam aturan tersebut.

.2.1.2 Pemahaman atas Penaksiran Risiko


Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan
pengidentifikasian, analisa, dan pengelolaan risiko yang relevan dengan penyusutan laporan
keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang proses penaksiran risiko entitas untuk
memahami bagaimana manajemen mempertimbangkan risiko yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan dan memutuskan tentang tindakan yang ditujukan ke risiko tersebut. Pengetahuan ini
mungkin mencakup pemahaman tentang bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko,
melakukan estimasi signifikannya risiko, menaksir kemungkinan terjadinya, dan menghubungkannya
dengan pelaporan keuangan.

.2.1.3 Pemahaman atas Aktivitas Pengendalian


Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa tindakan yang diperlakukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian
tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas aktivitas pengendalian
yang relevan untuk merencanakan audit. Pada waktu auditor memperoleh pemahaman tentang komponen
lain, ia juga mungkin memperoleh pemahaman atas aktivitas pengendalian. Sebagai contoh, dalam
memperoleh pemahaman tentang dokumen, catatan, dan tahap pengolahan dalam
sistempelaporan keuangan yang berkaitan dengan kas, auditor mungkin menjadi sadar apakah
rekening bank telah direkonsiliasi.
Auditor harus mempertimbangkan pengetahuan tentang ada atau tidakadanya aktivitas
pengendalian yang diperoleh dari pemahaman terhadap komponen lain dalam menentukan apakah diperlukan
perhatian tambahan untuk memperoleh pemahaman atas aktivitas pengendalian dalam perencanaan audit.
Biasanya, perencanaan audit tidak mensyaratkan pemahaman atas aktivitas pengendalian
yang berkaitan dengan setiap saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan
dalam laporan keuangan atau setiap asersi yang relevan dengan saldo akun, transaksi, dan
pengungkapan tersebut.

.2.1.4 Pemahaman atas Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup
sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (termasuk peristiwa dan keadaan) dan untuk
menyelanggarakan akuntabilitas terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Kualitas
informasi yang dihasilkan oleh sistem berdampak kemampuan manajemen untuk mengambil keputusan
semestinya dalam mengolah dan mengendalikan aktivitas entitas dan untuk menyusun laporan keuangan
yang andal.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan
dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan
ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan
electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan
mengakses informasi.

.2.1.5 Pemahaman atas Pemantauan


Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara pengendalian
intern. Manajemen memantau pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut
beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana
mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan
berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang
melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas.
Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak
luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan pengatur dapat memberikan petunjuk tentang
masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

.2.2 Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalahsalah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalamlaporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangandalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikanberikut
ini:

a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang
menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan

b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau
informasi signifikan.

c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva(seringkali disebut dengan
penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitandengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidakdisajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan denganberbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurianaktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas
membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dandapat
menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, ataupihak ketiga.

Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji materialdalam laporan
keuangan akan terdeteksi. Karena aspek penyembunyiankegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa
kecurangan seringkali mencakupkolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan kebutuhan untuk
menerapkanpertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risikokecurangan dan
kondisi lain, walaupun audit yang direncanakan dan

dilaksanakan dengan baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang diakibatkan
oleh kecurangan.

.2.2.1 Penaksiran Risiko Salah Saji Material Sebagai Akibat Dari Kecurangan

Audit harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporankeuangan
sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkantaksiran risiko ini dalam
mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan.Dalam melakukan penaksiran ini, auditor harus
mempertimbangkan faktor risikokecurangan yang berkaitan dengan baik salah saji yang timbul
sebagai akibatkecurangan dalam pelaporan keuangan maupun salah saji yang timbul dariperlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yangbersangkutan
Sebagai bagian dari penaksiran risiko, auditor juga harus memintaketerangan kepada
manajemen untuk memperoleh pemahaman darimanajemen tentang risiko kecurangan dalam
entitas dan untuk menentukanapakah manajemen memiliki pengetahuan tentang kecurangan yang telah
dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas. Informasi dari permintaan keterangan ini dapat
mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan yangmungkin berdampak terhadap taksiran
auditor dan tanggapan yangbersangkutan.

Beberapa hal yang dapat diajukan sebagai pertanyaan adalah apakahterdapat lokasi anak
perusahaan tertentu, segmen bisnis, tipe transaksi, saldoakun, atau golongan laporan
keuangan yang di dalamnya terdapat faktor risikokecurangan atau memiliki kemungkinan
lebih besar adanya faktor risiko tersebutdan bagaimana manajemen menangani risiko seperti itu.

.2.2.2 Faktor Risiko Yang Berkaitan Dengan Salah Saji Yang Timbul Dari
Kecurangan Dalam Pelaporan Keuangan

Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul dari kecurangandalam pelaporan
keuangan dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan:

a. Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan pengendalian.Faktor risiko ini berkaitan dengan
kemampuan, tekanan, gaya, dan sikapmanajemen atas pengendalian intern dan proses pelaporan
keuangan.

b. Kondisi industri.Faktor risiko ini mencakup lingkungan ekonomi dan peraturan dalamindustri yang menjadi
tempat beroperasinya entitas.

c. Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan.Faktor risiko ini berkaitan dengan sifat dan
kekompleksan entitas dantransaksinya, keadaan keuangan entitas, dan kemampuan entitas
dalammenghasilkan laba.
Berikut ini adalah contoh faktor - faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji sebagai akibat
kecurangan dalam pelaporankeuangan untuk setiap golongan risiko tersebut di atas:

a. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik dan pengaruhmanajemen terhadap


lingkungan pengendalian. Contoh-contoh meliputi:

(1) Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukankecurangan dalam pelaporan keuangan.
(2) Kegagalan manajemen untuk menyajikan danmengomunikasikan sikap yang semestinya
tentangpengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.
(3) Partisipasi dan fokus belebihan manajemen nonkeuanganterhadap pemilihan prinsip
akuntansi atau penentuan estimasisignifikan
(4) Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior,penasihat, atau dewan komisaris.
(5) Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarangatau auditor pendahulu.
(6) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturansekuritas atau tuntutan kepada
entitas atau manajemenseniornya yang dituduh melakukan kecurangan ataupelanggaran undang-undang
sekuritas.

b. Faktor risiko yang berkaitan dengan kondisi industri. Contohnyamencakup:


(1) Akuntansi baru, undang-undang, atau persyaratan peraturan yangdapat menghancurkan
stabilitas keuangan atau profitabilitasentitas.
(2) Tingginya tingkat kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertaidengan menurunnya laba.
(3) Menurunnya industri dengan meningkatnya kegagalan bisnis danmenurunnya permintaan
customers.
(4) Perubahan pesat dalam industri, seperti kerentanan terhadapperubahan cepat teknologi atau
keusangan produk yang cepat.

c. Faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik operasi dan stabilitaskeuangan. Contohnya
mencakup:

(1) Ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi,sementara itu perusahaan
dilaporkan laba dan labanya mengalamipertumbuhan.

(2) Tekanan signifikan untuk memperoleh modal yang diperlukanuntuk mempertahankan daya
saing dengan mempertimbangkanposisi keuangan entitas, termasuk kebutuhan dana
untukmembelanjai pengeluaran riset dan pengembangan ataupengeluaran modal.

(3) Transaksi signifikan antarpihak yang memiliki hubungan istimewayang tidak dalam kegiatan bisnis
normal atau dengan entitas yangmemiliki hubungan istimewa yang tidak diaudit atau diaudit
olehkantor akuntan publik lain.

(4) Struktur organisasi yang sangat kompleks yang terdiri dari entitaslegal, garis wewenang
manajerial, atau perjanjian kontrak yangberbagai macam dan tidak biasa, tanpa tujuan bisnis yang nyata.

(5) Kesulitan dalam penentuan organisasi atau individu yangmengendalikan entitas.

(6) Pertumbuhan atau profitabilitas yang sangat pesat, terutamadibandingkan dengan perusahaan
lain dalam industri yang sama.
(7) Sangat tergantung terhadap utang atau kemampuan rendah untukmemenuhi persyaratan
pembayaran kembali utang; perjanjianpenarikan utang yang sulit untuk dipenuhi.

(8) Ancaman kebangkrutan atau penyitaan yang akan terjadi segeraatau pengambilalihan
perusahaan secara paksa (hostile takeover ).

(9) Posisi keuangan yang buruk atau menurun bila manajemenmemiliki utang entitas dalam jumlah yang
signifikan yang dijaminsecara pribadi

.2.2.3 Faktor Risiko Yang Berkaitan Deng Salah Saji Yang Disebabkan Oleh
Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aktiva

Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berikut ini :
a. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
Hal ini berkaitan dengan sifat aktiva entitas dan tingkat kerentangan aktiva dari
pencurian,pengendalian. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengendalian yang
dirancang untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva. Berikut ini adalah contoh factor resiko yang berkaitan dengan salah
saji yang disebabkan dengan pelakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap
golongan factor resiko sebagai mana diuraikan diatas.
1. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semetinya terhadap aktiva
2. Karakteristik sediaan, seperti ukuran kecil, nilai tinggi, atau permintaan tinggi
3. Aktiva yang mudah diubah, seperti obligasi atas unjuk(bearer bond), berlian atau
computerchip
4. Karakteristik aktiva tetap, seperti ukuran kecil, mudah dijual, atau tidak adanya
identifikasi kepemilikan.

b. Faktor risiko yang berkaitan dengan pengendalian


1. Kurangnya pengendalian oleh manajemen(sebagai contoh, lokasi jauh yang
kurang diawasi atau dipatuhi)
2. Kurangnya prosedur penyaringan pelamar pekerjaan untuk karyawan yang
memiliki akses ke aktiva yang dicurigai rentan terhadap perlakuan tidak
semestinya.
3. Tidak memadainya penyelenggaraan catatan untuk aktiva yang dicurigai rentan
terhadap perlakuan tidak semestinya
4. Kurangnya pemisahan tugas atau pengecekan secara independen
5. Kurangnya sistem otorisasi dan pengesahan transaksi (sebagai contoh dalam
pembelian)
6. Penjagaan fisik yang buruk terhadap kas, investasi, sediaan, atau aktiva tetap
7. Kurangnya pendokumentasian semestinya dan tepat waktu terhadap transaksi
(sebagai contoh, pengkreditan atas retur barang dagangan)
8. Kurangnya pengambilan liburan wajib bagi karyawan yang melaksanakan fungsi
pengendalian kunci
.2.3 Pelaksanaan Prosedur Audit-Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektifitas desain dan atau operasi pengendalian intern. Karena kebijakan dan
prosedur akan efektif bila diterapkan semestinya secara konsisten oleh orang yang
berwenang, pengujian pengendalian yang berkaitan dengan efektivitas operasi
difokuskan ketiga pertanyaan :
a. Bagaimana pengendalian tersebut dilakukan?
b. Apakah pengendalian tersebut diterapkan secara konsisten?
c. Oleh siapa pengendalian tersebut diterapkan?

.2.3.1 Pengujian Pengendalian Bersamaan (Concurrent Tests of Controls


Pengujian pengendalian bersamaan dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya
dengan usaha pemerolehan pmahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan
oleh auditor, baik dalam strategi pendekatan terutama substantive maupun dalam pendekatan
risiko pengendalian rendah.

.2.3.2 Pengujian Pengendalian Tambahan atau Pengujian Pengendalian yang


Direncanakan
Pengujian pengendalian dilakukan oleh auditot dalam pekerjaan lapangan. Pengujian
pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan dan
prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.

Jenis Pengujian Pengendalian


Jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan pengujian
pengendalian adalah :
a. Permintaan keterangan
Permintaan keterangan didesain untuk menentukan pemahaman personel terhadap
tugas-tugasnya, pelaksanaan pekerjaan mereka secara individual,frekuensi,Penyebab
dan penyelesaian penyimpangan yang terjadi
b. Pengamatan
Secara ideal, prosedur pengamatan dilaksanakan tanpa sepengetahuan personel yang
diamati dan bersifat mendadak. Prosedur permintaan keterangan dan pengamatan
merupakan prosedur yang khusus bermanfaat untuk memperoleh bukti tentang unsur
pemisahan tugas dalam pengendalain intern.
c. Inspeksi
Inspeksi dilakukan terhadap dokumen dan laporan yang menunjukkan kinerja
pengendalian. Pelaksanaan kembali(reperforming) dilakukan oleh auditor dengan
melaksanakan kembali prosedur tertentu. Prosedur pelaksaaan kembali (reperforming)
tidak diguakan oleh auditor dalam pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern,
namun digunakan untuk menilai efektifitas pengendalian intern.

Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian


Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan dengan kapan prosedur
tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi dimana prosedur tersebut
berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan
interim, yang dapat dalam jangka waktu beberapa bulan sebelum akhir tahun yang
diaudit.

Analisis Kasus PT. Comptronix Corporation

Latar Belakang
Perusahaan Comptronix Corporation berdiri pada tahun 1980-an. Pusat usaha Comptronix
berada di Guntersville, kota dengan penduduk sekitar 7000 orang. Perusahaan ini melakukan
usaha di bidang elektronik dan produk utamanya adalah. Comptronix memperkerjakan sekitar
1800 orang karyawan di tiga lokasi dan merupakan salah satu perusahaan besar di
Guntersville. Pada tahun 1989, perusahaan ini telah go-public. papan sirkuit untuk computer
dan alat-alat kesehatan

Kasus
Semuanya tampak baik di Comptronix sampai keluar berita pada tanggal 25 November 1992
bahwa telah terjadi kecurangan di dalam perusahaan. Muncul laporan bahwa tiga eksekutif
puncak perusahaan telah meningkatkan laba perusahaan selama tiga tahun terakhir dengan
cara melebih-lebihkan asset dan laba perusahaan dengan cara mencatat transaksi fiktif. Hal
ini terungkap ketika para eksekutif tersebut secara mengejutkan mengaku kepada dewan
perusahaan. Tiga eksekutif puncak yang terlibat ialah CEO/ Comptronix William J. Hebding,
Chief Operating Officer of Comptronix : Allen L. Shifflet, dan Controller/Treasure : J.Paul
Medlin.

Mereka melakukan salah saji pada laporan keuangan tersebut dengan secara tidak tepat
mentransfer biaya tertentu dari harga pokok penjualan ke akun persediaan. Hal tersebut
memungkinkan mereka meningkatkan nilai persediaan dan menurunkan nilai harga pokok
penjualan kuartalan yang pada gilirannya akan menaikkan nilai laba kotor dan laba bersih
untuk periode tersebut. Para eksekutif tersebut sukses memanipulasi laporan keuangan
kuartalan mereka karean laporan tersebut tidak diaudit. Dan untuk menutupi kecurangan
mereka tersebut pada laporan keuangan akhir tahun, para eksekutif tersebut menyusun
rencana untuk menutupi transfer biaya yang tidak sesuai tersebut. Mereka memutuskan untuk
menghapus transfer biaya dari akun persediaan sebelum akhir tahun. Mereka mentransfer
biaya tersebut kembali ke akun harga pokok penjualan. Untuk setiap transfer yang dilakukan,
mereka membukukan penjualan produk fiktif dan piutang fiktif yang terkait. Begitu para top
eksekutif ini berhasil melakukan manipulasi penjualan dan piutang fiktif akhir tahun, mereka
kemudian mulai mencatat penjualan kuartalan fiktif dengan cara yang sama.

Eksekutif senior mengakali pengendalian internal Comptronix yang ada dengan melewati
departemen pembelian dan penerimaan sehingga tidak ada orang di Comptronix yang akan
mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan biasanya meninggalkan jejak kertas yang
cukup ekstensif untuk pembelian peralatan. Pengendalian internal terhadap transaksi akuisisi
dan pengeluaran kas umumnya memerlukan pesanan pembelian. Laporan penerima adalah
faktur vendor sebelum pembayaran dapat diotorisasi oleh Chief Operating Officer atau
bendahara, yang keduanya terlibat dalam kecurangan tersebut. Sebagai akibatnya, para
eksekutif itu mampu melewati pengendalian terhadap pengeluaran kas dan mengotorisasi
pembayaran atas pembelian fiktif tanpa membuat dokumen apapun untuk transaksi fiktif.

Skema kecurangan itu membesar-besarkan kinerja perusahaan dengan melaporkan laba,


padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian. Ketika kecurangan tersebut diumumkan
kepada publik, harga saham Comptronix menurun secara drastis sebesar 72%.

Analisis Kasus
Resiko pengendalian merupakan penilaian auditor terhadap sistem pengendalian internal
perusahaan. Hal ini juga mencakup sikap dan keahlian direksi dan manajemen terhadap
internal kontrol. Jika pengendalian resiko tinggi maka jumlah prosedur substantif yang harus
dilakukan juga meningkat.

Komponen pengendalian internal terdiri dari :


Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi
keadaan orang-orangnya akan pentingnya pengendalian. Umumnya lingkungan
pengendalian terwujud dalam pernyataan tertulis menjadi kode etik.
Penilaian resiko
Penilaian resiko paling tepat digambarkan sebagai cara untuk mengidentifikasi dan
menganalisis resiko internal dan eksternal untuk pencapaian tujuan pengendalian
pelaporan keuangan.
Aktivitas pengendalian
Kegiatan pengendalian dikembangkan untuk memperlihatkan tujuan pengendalian dan
meminimalkan resiko yang teridentifikasi.
Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi dari manajemen kepada karwayan harus jelas dan harus
menekankan bahwa tanggung jawab kontrol harus dianggap serius. Karyawan harus
memahami perannya dalam sistem pengendalian internal. Dengan demikian perusahaan
dapat mengidentifikasi metode dan prosedur dimana informasi yang tepat diberikan
kepada orang yang tepat.
Pemantauan
Pemantauan proses (internal atau eksternal) dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari
sistem pengendalian internal dari waktu ke waktu.

Pada Comptronix berbagai faktor meningkatkan risiko pengendalian bagi perusahaan, seperti
sistem akuntansi bisa dilewati oleh manajemen dengan entri pengguna tidak wajar. Hal ini
meningkatkan risiko kontrol seperti memberikan kewenangan tidak terbatas kepada
manajemen puncak untuk mengubah dan memanipulasi akun. Juga pengeluaran kas bisa
disetujui oleh manajemen hanya berdasarkan faktur. Akhirnya sistem komputerisasi
akuntansi di departemen pengiriman, yang merupakan perangkat pengendalian internal yang
baik, dapat diakses dan dimanipulasi oleh controller. Dalam ringkasan manajemen memiliki
terlalu banyak wewenang untuk masuk dan mengubah sistem akuntansi elektronik
perusahaan, sementara tidak ada pemeriksaan ganda di tempat untuk memverifikasi dan
mengendalikan perubahan secara manual di dalam sistem.

Pengendalian internal dimaksudkan untuk mencapati tiga tujuan, yaitu : Keandalan pelaporan
keuangan, Efektivitas dan efisiensi operasi, dan Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku. Dalam kasus ini, dapat kita lihat bahwa Comptronix tidak mencapai tujuan
keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Hal ini berarti pengendalian internal Comptronix sangat buruk. Tidak adanya keterbatasan
dalam mengakses sistem akuntansi elektronik perusahaan akan menyebabkan top eksekutif
dapat mampu melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan mereka demi reputasi yang
bagus. Selain itu, faktur vendor yang dimana sebelum pembayaran dapat diautorisasi oleh
manajemen tanpa adanya pengecekan terlebih lanjut juga merupakan kesalahan perusahaan
didalam pengendalian internalnya.

Simpulan
Kesimpulan yang didapat ialah Contrompix memiliki pengendalian internal yang cukup
buruk, dimana tidak adanya batasan wewenang atas akses sistem akuntansi elektronik serta
pengeluaran kas hanya bisa diterima berdasarkan faktur tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut
secara manual telah melanggar prosedur pengendalian, yaitu prosedur yang baik untuk
autorisasi dan pengecekan faktur secara fisik. Lingkungan pengendalian juga dilanggar disini
dimana peraturan dan prosedur perusahaan untuk masing-masing personel juga tidak
diterapkan dengan baik.
Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik, peluang adanya
kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak berkurang. Pemeriksa kecurangan harus
mengenal dan memahami dengan baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar
dapat melakukan evaluasi dan mencari kelemahannya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaa/entitas merupakan factor yang
menentukan keandalan laporan keuanganyang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena
itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi
Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesai untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen karena manajemen tidak
dapat melakukan pengendalian secara langsung atau dapat melakukan pengendalian secara
langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan, pengecekan dan riview yang
melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula melindungi dari
kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan
pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hamper semua transaksi perusahaan
dalam waktu dan biaya terbatas.
Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu
asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan,
salah saji material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian
substanstif.
https://www.scribd.com/document/342166337/Comptronix
https://www.scribd.com/doc/183700653/kasus-audit-pdf
https://www.scribd.com/doc/214308997/Analisa-Kasus-Cimptronix-Corp-Auditing-II

Anda mungkin juga menyukai