PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.2 Etiologi
II.1.3 Patofisiologi
II.1.6 Penatalaksanaan
II.1.3 Etiologi
II.1.4 Patofisiologi
II.1.6 Penatalaksanaan
STUDI KASUS
Nama : Tn Takdir
Umur : 28 tahun
Masuk RS : 4/10/2017
No. RM : 356038
KRS : 12/10/2017
Riwayat Penyakit :-
60-100
3 Denyut Nadi 90 80 80 80 80 78 78
kali/menit 72 78
Suhu Badan 36-37,5C
4 39C 38C 36.5C 38.3C 37C 39C 36C 36C 36C
5 Nyeri perut - - - -
6 lemas - - - - -
Nafsu makan -
7 - - - -
- -
- -
berkurang
8 Susah tidur - - - - - - - - -
9 Mual - - - - - - - - -
10 Muntah - - - - - - - - -
III.4 Data Laboratorium
Selama menjalani perawatan, pasien mendapatkan beberapa pengobatan, rangkumannya seperti pada tabel
Tabel III.5 Data Profil Pengobatan Pasien
Paracetamol 500mg - - -
7 500 mg secara oral 500 mg/8 jam -
tablet
8 Ranitidine injeksi 50mg/2 mL secara i.v 50mg/8jam -
9 Cefadroxyl capsul 500mg secara oral 1 gr/12 jam - - - - - - - -
Metoclopramide - -
10 10mg secara oral 10mg/6jam - - - - - -
tablet
11 Ketorolac injeksi 30 mg/mL 30mg/6 jam - - - - - - -
15 mg/kgBB selama
12 Metronidazole infus 500 mg/100mL - - - - - - - -
30-60menit
Tabel III.7. Data Assesment dan Plan terhadap profil pengobatan pasien
Problem
Terapi DRP Rekomendasi Monitoring
Medik
Anti vomiting,anti Tidak diberikan Perlu segera Perforasi
nausea.
Metoclopramide
terapi berdasarkan diberi cairan
Mual,muntah usus,
injeksi daapt tanda yang muncul elekttolit
diberikan obstruksi GI
Diagnosa : Thyphoid
Tanggal
Masalah/ Keluhan Edukasi Konseling yang Diberikan
Konseling
No
1. 4/10/2017 demam lebih dari Pemberian antipiretik oral, anti emetic - Menganjurkan pasien minum air putih
seminggu, menggigil, dan anti nausea secara oral/injeksi, anti yang banyak
mual, muntah, nyeri perut spasmodic oral . - Meminum obat secara tepat
- Beristirahat cukup
2 5/10/17 Demam, nyeri perut, Pemberian antipiretik oral, - Hindari konsumsi makanan yang bersifat
antispasmodik oral keras seperti mie instan,bakso
- Menganjurkan pasien minum air putih
yang banyak
- Beristirahat cukup
3 6/10/17 Demam,nyeri perut,lemas Pemberian antipiretik dan analgesic - Menganjurkan pasien minum air putih
oral seperti parasetamol, vitamin yang banyak
becomplex - Minum obat secara tepat waktu
- Beristirahat cukup
4 7/10/17 Demam, lemas Pemberian antipiretik oral, vitamin - Melakukan gerakan kecil selama bed rest
becomplex - Menganjurkan pasien minum air putih
yang banyak
- Beristirahat cukup
5 8/10/17 Demam,nyeri perut Pemberian antipiretik oral, - Hindari konsumsi makanan bersifat keras,
antispasmodik oral minuman soda
- Menganjurkan pasien minum air putih
yang banyak
- Beristirahat cukup
6 9/10/17 Demam,lemas Pemberian antipiretik oral, vitamin - Minum obat secara tepat waktu
becomplex - Menganjurkan pasien minum air putih
yang banyak
- Beristirahat cukup
7 10/10/17 Demam Pemberian antipiretik oral - Minum obat secara tepat waktu
- Menganjurkan pasien minum air putih
yang banyak
- Beristirahat cukup
8 11/10/17 Demam,nyeri perut Pemberian antipiretik dan analgesic - Menganjurkan pasien minum air putih
oral seperti parasetamol yang banyak
- Beristirahat cukup
- Hindari konsumsi makanan bersifat keras,
minuman soda
9 12/10/17 Demam,nyeri perut Pemberian antipiretik dan analgesic - Menganjurkan pasien minum air putih
oral seperti parasetamol yang banyak
- Beristirahat cukup
- Hindari konsumsi makanan bersifat keras,
minuman soda
Uraian Bahan
1. Ringer laktat
Komposisi : Per 1000 mL Natrium laktat 3,1 gram, NaCl 6 gram, KCl 0,3
gram, CaCl2 0,2 gram, air untuk injeksi ad 1,000 mL
Indikasi : Sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi pada pasien
dewasa dan anak
Efek samping : . Reaksi alergi atau gejala anafilaktik seperti urtikaria lokal
atau umum dan pruritus, bengkak periorbital, muka, dan/atau
laring; batuk, bersin, dan/atau susah bernafas telah dilapor
kan dengan pemberian Ringer Laktat. Kejadian ini lebih
tinggi pada wanita hamil.
Reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau teknik
pemberian berupa demam, infeksi pada tempat suntikan,
trombosis vena atau plebitis, ektravasasi dan hipervolemi.
2. Paracetamol infus
Efek samping : Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit,
kelainan darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah
penggunaan jangka panjang
Peringatan & : Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati &
Perhatian ginjal, dan ketergantungan pada alcohol. Toksisitas
parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal
yang toksik, dari penggunaan berulang dosis yang besar,
atau penggunan obat yang kronis. Pengaruh Terhadap
Kehamilan Faktor risiko : B. Pengaruh Terhadap Ibu
Menyusui Diekskresikan dalam air susu ibu dalam
konsentrasi rendah. Pengaruh Terhadap Anak-anak
Konsultasikan dengan dokter pada penggunaan obat > 5 hari
3. Cefotaxime injeksi
4. Ceftriaxone injeksi
Indikasi : Infeksi saluran napas, kulit dan struktur kulit, tulang dan
sendi, saluran urin, ginekologi seperti, septisemiam dugaan
meningitis, aktif terhadap basil Gram negative (kecuali
Pseudomonas), Gram positif cocci (kecuali enterococcus).
Aktif terhadap beberapa penicillin yang resisten
pneumococcus.
5. Ranitidine tablet
Komposisi : Tablet 75 mg, 150 mg, Kaplet 300 mg, Sirup 75 mg/5ml (60
ml, 100 ml, 150 ml), Ampul 25 mg/ml (2 ml)
6. Santagesic injeksi
Komposisi : Tablet : 500mg. Injeksi : ampul 500 mg/ml, 1 g/2 ml. Syrup :
250mg/5ml. Drops : 250 mg/ml (20 ml), 500 mg/ml (10 ml
Efek samping : Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit,
kelainan darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah
penggunaan jangka panjang
Peringatan & : Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati &
Perhatian ginjal, dan ketergantungan pada alcohol. Toksisitas
parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal
yang toksik, dari penggunaan berulang dosis yang besar,
atau penggunan obat yang kronis. Pengaruh Terhadap
Kehamilan Faktor risiko : B. Pengaruh Terhadap Ibu
Menyusui Diekskresikan dalam air susu ibu dalam
konsentrasi rendah. Pengaruh Terhadap Anak-anak
Konsultasikan dengan dokter pada penggunaan obat > 5 hari
8. Ranitidine injeksi
9. Cefadroxyl capsul
Efek samping : Efek samping yang lebih umum/parah : terjadi pada dosis
yang digunakan untuk profilaksis emetik kemoterapi. >10% :
efek pada sistem saraf pusat:kelelahan, mengantuk, gejala
ekstrapiramidal (sampai dengan 34% pada dosis tinggi,0,2%
pada dosis 30-40 mg/hari); efek gastrointestinal:diare
(mungkin bersifat dose-limiting); neuromuskular dan
skeletal:kelemahan. 1-10%:efek pada sistem saraf pusat :
insomnia, depresi, kebingungan, sakit kepala;
dermatologis:kemerahan; endokrin dan metabolik : rasa sakit
dan panas pada payudara (breast tenderness), stimulasi
prolaktin; gastrointestinal:mual, xerostemia. <1%(dari
terbatas sampai penting/berbahaya):agranulositosis, reaksi
alergi, amenorrhea, angioedema, AV block, bronkospasme,
CHF, galactorrhea, ginekomastia, hepatotoksik,
hiper/hipotensi, jaundice, edema larinz, methemoglobinemia,
neuroleptic malignant syndrome (NMS), porfiria, kejang, ide
bunuh diri, sulfhemoglobinemia, takikardia, tardive
dyskinesia, urtikaria.
Peringatan & : Gunakan dengan hati-hati pada pasien Parkinson's dan pada
Perhatian pasien dengan sejarah gangguan mental; berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal dan depresi. Frekuensi
ekstrapiramidal lebih tinggi pada pasien anak-anak dan
dewasa < 30 tahun, risiko meningkat pada dosis yang lebih
tinggi. Reaksi ekstrapiramidal biasanya terjadi dalam 24-48
jam pertama setelah terapi. Hati-hati bila digunakan
bersama-sama dengan obat-obat lain yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal. Jarang dilaporkan terjadi
Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS) akibat penggunaan
metoklopramid. Gunakan dosis terendah yang
direkomendasikan, dapat menyebabkan kenaikan sementara
serum aldosteron; gunakan dengan hati-hati pada pasien
yang mempunyai risiko kelebihan cairan/fluid overload
(gagal jantung, sirosis). Gunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan hipertensi atau setelah surgical
anastomosis/closure. Pasien dengan defisiensi NADH-
cytochrome b5 reductase mempunyai risiko lebih besar
terkena methemoglobinemia dan/atau sulfhemoglobinemia.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan sejarah
kejang, risiko kejang yang berhubungan dengan
metoklopramid meningkat. Penghentian mendadak dapat
(tapi jarang) menyebabkan gejala penghentian
obat/withdrawal symptoms (pusing, sakit kepala, gugup).
Gunakan dengan hati-hati dan sesuaikan dosis pada pasien
dengan gangguan ginjal
Efek samping : Sistem Syaraf (23% dari pemberian IV) : Sakit kepala,
pusing, cemas, depresi, sulit berkonsentrasi, nervous, kejang
, tremor bermimpi, halusinasi, insomnia vertigo, psikosis
Gastro Intestin : (12-13% ) Mual, diare, konstipasi, sakit
lambung, perasaan kenyang, muntah, kembung, luka
lambung, tidak ada nafsu makan, sampai pendarahan
lambung & saluran pembuangan
Kulit : (2-4% dari pemberian IV) Sakit di daerah tmp.
Penyuntikan (IM), kemerahan, hematoma gatal, berkeringat,
Reaksi sensitifitas : Syok anafilaksis
Ginjal, elektrolit & efek genitourinari : Kerusakan fungsi
ginjal pada pemberian jangka panjang (2-3%)Efek pada hati
: Kenaikan konsentrasi SGOT & SGPT dalam serum Efek ke
Jantung & saluran darah : (4% dari pemberian IV)
hipertensi, hipotensi, pembengkakan.
Efek pada darah : meningkatkan risiko pendarahan,
trombositopenia,
Efek pada mata & telinga : Gangguan penglihatan &
pendengaran Sindrom Stevens-Johnson5
Peringatan & : Reaksi seperti disulfiram, kram perut, mual, muntah, sakit
Perhatian kepala dan muka memerah bila diberikan bersama konsumsi
alkohol; gangguan fungsi hati dan hepatic encephalopathy;
kehamilan, menyusui (hindari penggunaan dosis besar).
Pengobatan > 10 hari dianjurkan melakukan pemeriksaan
klinis dan laboratorium. Hentikan pengobatan bila muncul
ataksia, vertigo, halusinasi, atau konfusi mental. Keamanan
pada anak belum diketahui pasti, kecuali untuk amoebiasis;
pasien penyakit susunan saraf pusat dan perifer, karena
risiko agravasi neurologis. Disarankan tidak mengendarai
dan mengoperasikan mesin karena menimbulkan kantuk,
pusing, kebingungan, halusinasi, konvulsi atau gangguan
penglihatan sementara.
PEMBAHASAN
Pasien pertama kali masuk ke IRD tgl 4 Oktober 2017 dengan keluhan
utama demam, nyeri perut . Pada hari pertama selain diberikan analgesic oral dan
injeksi, pasien diberikan antibiotic cefotaxime injeksi. Dalam pemberian
antibiotic baiknya dilakukan bertahap dengan melihat hasil pemeriksaan darah,
apakah terdapat bakteri dalam darah sehingga menyebabkan pasien demam.
Pada hari kedua pemberian obat masih sama dengan mengatasi demam
yaitu pemberian paracetamol tablet dan injeksi serta injeksi antibiotic yang diganti
menjadi ceftriaxone menjadi pertimbangan bahwa cefotaxime mempunyai efek
samping mual dan muntah sehingga sebagai pertimbangan penggantian jenis obat
injeksi ini.
Pasien dirawat inap selama 8 hari dengan pemberian infuse cairan RL,
injeksi ceftriaxone hingga pasien pulang. Menurut john hopkins guidelines
bakteri pathogen penyebab abses dalam pengobatan harus diketahui secara
spesifik bakteri penyebab abses hati karena metronidazole yang diberikan ke
pasien pada tgl 11 Oktober apabila benar Entamoeba histolytica sebagai bakteri
patogennya.
PENUTUP
V.1. Kesimpulan