SUHU TUBUH
MAKALAH
Disusun Oleh:
AHMAD SAAKHI
NIM. 16089177
PROGRAM STUDI
PADANG
2017
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................3
I. Latar Belakang...........................................................................................................................3
II. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
III. Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUTAKA................................................................................................................4
II.1. Pengertian Suhu Tubuh.......................................................................................................4
II.2. Asal Panas Tubuh Manusia.................................................................................................4
II.3. Macam-Macam Suhu Tubuh...............................................................................................5
II.4. Pengaturan Suhu Tubuh......................................................................................................5
II.5. Mekanisme Tubuh Saat Suhu Tubuh Berubah..................................................................6
II.6. Faktor yang Memengaruhi Suhu Tubuh............................................................................7
II.7. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh...................................................................................9
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................................12
1
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Suhu tubuh adalah ukuran kemampuan tubuh untuk membuat dan menyingkirkan
panas. Tubuh sangat baik dalam menjaga suhunya dalam jarak yang aman, bahkan saat
suhu di luar tubuh banyak berubah. Saat tubuh terlalu panas, pembuluh darah di kulit
melebar untuk membawa kelebihan panas ke permukaan kulit yang menyebabkan mulai
berkeringat. Saat keringat menguap, hal ini membantu mendinginkan tubuh. Saat tubuh
terlalu dingin, pembuluh darah menyempit. Hal ini mengurangi aliran darah ke kulit untuk
menghemat panas, maka tubuh mulai menggigil. Saat otot-otot bergetar begini, hal ini
membantu membuat lebih banyak panas.
III. Tujuan
1. Mengetahui suhu tubuuh yang terjadi pada manusia.
2. Mengetahui sistem dan mekanisme perubahan suhu tubuh manusia.
1
BAB II KAJIAN PUTAKA
II.1. Pengertian Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang
ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga
suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan (Perry, 2005).
Menurut Guyton, Arthur C., Hall, John E (2006), tidak ada ketetapan mengenai suhu
inti normal karena pengukuran suhu tubuh pada orang dalam keadaan sehat menunjukkan
rentang suhu yang berkisar dari dibawah 360C sampai lebih dari 370C melalui
pengukuran per oral, dan lebih tinggi kira-kira 0,60C bila diukur per rektal.
II.2. Asal Panas Tubuh Manusia
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang
merupakan upaya.
4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir.
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa,
ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf
simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan
meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan mengativasi
fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah
terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak
terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced
thermogenesis. Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran
panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi
panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu
ruang. Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya melalui
kontak langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/
3
air. Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit dan
saluran pernapasan saat bernapas (Silverthorn, 2004).
II.3. Macam-Macam Suhu Tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36,4C.
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5C 37,5C.
3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,6 40.
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu,
ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.
II.4. Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak di
hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin (Guyton, Arthur C., Hall, John E; 2006).
1. Sistem Saraf
Pusat pengatur suhu tubuh hipotalamus preoptik hipotalamus anterior.
Pemanasan vasodilatasi
Dingin vasokonstriksi
2. Sistem Endokrin
a. Medula adrenal : Dingin mengakibatkan sekresi yg menstimulasi metabolisme
shg meningkatkan pembentukan panas.
b. Kelenjar tiroid : Dingin meningkatkan skresi tiroksin yg mengakibatkan
peningkatan metabolisme dan pembentukan panas.
jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45C, takikardia dan hipotensi.
Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya
terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak
sadar, pupil tidak reaktif, terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika
tindakan pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan
hipotermia.
Tingkatan hipotermia
a. Ringan 34,6 - 36,4C per rektal
b. Sedang 28,0 - 33,5C per rektal
c. Berat 17,0 - 27,5C per rektal
d. Sangat berat 4,0 - 16,5C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia
jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap
stimulus nyeri.
9
DAFTAR PUSTKA
Tortora, J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th
ed.).Toronto:
John Wiley & Sons, Inc _______(2000). Temperature regulation. Diambil pada 14 Februari
2006. darihttp://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.htmlJournal of
Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic releasing factors.
Diambil pada 14 Februari 2006 dari http://joe.endocrinologyjournals. org/cgi/content/full
Journal of Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic homeostatic
systems. Diambil pada 13 Februari 2006 dair
http://www.endotxt.org/neuroendo/neuroendo3b.html Myers, R.D. (1984).
Neurochemistry of thermoregulation. The Physiologist,27, (1), 41-46