Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini antara lain:
1. Mengamati distribusi tekanan sekeliling permukaan silinder.
2. Mengamati separasi boundary layer pada pipa silinder.
3. Mengukur form drag coefficient pada pipa silinder.

I.2. Dasar teori


Ketika suatu benda apapun bergerak melalui sebuah fluida , suatu interaksi antara
benda dengan fluida melalui tekanan dan tegangan geser dimana gaya resultan dalam arah
yang sama dengan kecepatan hulu disebut sebagai drag. koefisien drag (biasanya dinotasikan
sebagai: cd, cx atau cw) adalah bilangan yang menunjukkan besar kecilnya tahanan fluida
yang di terima oleh suatu benda. Harga koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan
fluida yang di terima benda saat berjalan adalah kecil , dan begitu juga sebaliknya. Koefisien
drag selalu dikaitkan dengan luas permukaan tertentu.
(air.eng.ui.ac.id di akses pada 25 September 2017)

Bagian depan Bagian belakang

Gambar I.2.1 Profil Aliran Fluida di Sekitar Silinder


(Geankoplis,2003,122)
Streamlines pada aliran fluida yang melalui silinder menunjukkan bahwa aliran fluida
akan terpisah menjadi dua bagian,satu akan melewati bagian atas dari silinder sedangkan yang
lain akan melewati bawah silinder. Pada gambar 1.2.2 , streamlines AB terbagi menjadi dua
bagian dan memisah pada titik B di bagian depan. Titik pemisahan ini disebut stagnation
point. Kecepatan pada stagnation point adalah nol. Persamaan untuk stagnation point dapat
dituliskan sebagai berikut:
2
= (1.1)
2

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-2

Dimana, Ps = tekanan pada bagian stagnation point


Po = tekanan pada undisturbed fluid
uo = kecepatan pada undisturbed fluid
= massa jenis fluida
Kenaikan tekanan Ps-Po untuk streamline yang melewati stagnation point lebih besar
daripada streamline lain, karena pada titik ini veocity head akan dikonversikan menjadi
pressure head.

Gambar I.2.2 streamline AB ke stagnation point B


(Mc Cabe, 1993, 150)
Ketika bilangan Reynolds mengalami kenaikan yang signifikan, aliran berubah
menjadi turbulent. Pertama pada daerah yang tidak terkena boundary layer dan selanjutnya
boundry layer membentuk setengah bola saat mengenai permukaan bola. Ketika aliran
turbulent terjadi pada permukaan, separation point berpindah menuju bagian belakang
permukaan, dan bagian belakang permukaan mengalami penyusutan.

Gambar I.2.3 Aliran turbulent pada boundar layer


(Mc Cabe, 1993, 149)
Pada gambar I.2.3 friction dan drag mengalami penurunan, dari nilai yang sudah
ditentukan pada drag coefficient yaitu dari 0.45 ke 0.1 diperoleh NRE sebesar 300,000 pada
titik proses pemisahan, saat boundary layer menyelubungi objek aliran menjadi turbulent.
(Mc Cabe, 1993, 149)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-3

Aliran boundary layer adalah aliran yang dimana aliran tersebut mengalir jauh dari
permukaan objek dan untuk efek dari viskositas hanya ditunjukkan dibagian tipis dekat
dengan permukaan dimana gradien kecepatan turun dengan curam. Bagian tipis dimana
kecepatan menurun dan kecepatan arus potensial menjadi nol pada permukaan solid
dinamakan boundary layer.
(Perry, 1997, 6-40)
Di daerah lain di sekitar benda, gradien tekanan bisa menjadi negatif. daerah ini kita
sebut daerah adverse pressure gradient, karena disini gradien tekanan dan kekuatan kental
bertindak bersama untuk melawan aliran dan menurunkan momentum, sehingga
menyebabkan aliran melambat. Ketebalan lapisan batas di wilayah ini meningkat dengan
cepat karena perlambatan ini. karena kekuatan viscous umumnya terbesar di dekat dinding,
adverse pressure gradient dapat menyebabkan daerah aliran balik meningkat di samping
dinding. Bila ini terjadi, kita katakan bahwa alirannya telah berpisah. titik dimana daerah
aliran terbalik disebut dengan separation point.
( Graebel, 2001, 332)
Vortex adalah aliran fluida yang berputar dan biasanya bersifat turbulen. Setiap
gerakan spiral dengan garis aliran tertutup adalah aliran yang disebut vortex. Gerakan cairan
yang berputar cepat mengitari pusatnya disebut vortex. Kecepatan dan tingkat rotasi cairan
dalam vortex bebas (irotasional) lebih tinggi di pusatnya, dan menurun secara progresif sesuai
jarak dari pusatnya, sementara kecepatan erputar cepat mengitari pusatnya disebut vortex.
Kecepatan dan tingkat rotasi cairan dalam vortex dorongan (rotasional) adalah nol di pusat
dan meningkat secara proporsional sesuai jarak dari pusatnya. Kedua jenis erputar cepat
mengitari pusatnya disebut vortex. Kecepatan dan tingkat rotasi cairan dalam vortex tersebut
memiliki tekanan minimum di pusat, meski tekanan minimum pada vortex bebas lebih rendah.
(air.eng.ui.ac.id di akses pada 25 September 2017)
Jika aliran simetris dengan menetapkan gaya yang timbul oleh tekanan dalam arah
mendekati aliran, form drag per satuan panjang silinder diberikan persamaan berikut :
d
FD 2 P cos . d d P cos d (1.2)
0 2 0

dimana P adalah tekanan di sekitar permukaan silinder dan fungsi . Selama percobaan,
manometer membaca nilai Ps yang diperoleh pada dinding tunnel saat belum ada aliran fluida
dari turbofan yang dipakai sebagai reference. Nilai P diperoleh pada pembacaan manometer
saat sudut (0), dimana Ps adalah gaya statis pada dinding tunnel dan berupa konstanta.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-4


FD d ( P Ps )Cos d (1.3)
0

( Modul Praktikum Teknik Kimia I)


dimana Ps adalah gaya statis pada dinding tunnel dan berupa konstanta. Persamaan drag force
didapatkan dalam bentuk:
v 2
FD C D A ..(1.4)
2
dimana: CD = drag coefficient
v = velocity (kecepatan fluida)
= massa jenis fluida
A= area yang terkena aliran fluida, yaitu outside diameter silinder
(Geankoplis, 2003, 123)

Drag coefficient didefinisikan sebagai berikut:


total drag
CD (1.5)
1 2
v (area )
2
1 2
di mana v adalah tekanan dinamis pada aliran fluida dan area adalah daerah yang
2
diproyeksikan pada benda dalam arah mendekati aliran. Untuk silinder melingkar, drag
coefficient dituliskan dalam rumus:
FD
CD (1.6)
1 2
v d
2
Form drag (drag coefficient) pada silinder dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
( P Ps )
CD cos d (1.7)
0 1 2
v
2
Dengan mengaplikasikan Hukum Bernoulli di antara titik pada dinding dan titik 0o pada
silinder, diberikan persamaan berikut:
1
V 2 P0 Ps ..(1.8)
2
Akhirnya form drag dapat ditulis sebagai berikut:

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-5

( P Ps )
CD cos d (1.9)
0 Po Ps
Sedangkan untuk mencari skin coefficient digunakan persamaan:
0, 5
C f 4 N Re ..(1.10)

Dan untuk total drag dihitung dari CD dan Cf:


Total Drag = CD + Cf..(1.11)
( Modul Praktikum Teknik Kimia I)
Drag coefficient dipengaruhi juga oleh hubungan geometri dan karakteristik
aliran.Untuk benda solid mempunyai prinsip yang sama dengan hubungan friction factor-
Reynold Number aliran dalam fluida. Reynold Number dapat dituliskan dengan persamaan:
D P v
N Re ...(1.12)

(Geankoplis,2003, 123)
Untuk setiap bentuk objek dan orientasi objek terhadap arah aliran, perbedaan hubungan
antara CD dengan NRe terjadi. Korelasi antara drag coefficient dan Reynold Number
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar I.2.4Grafik Hubungan antara CD dan NRe


(Geankoplis, 2003, 123)
Variasi nilai CD sedikit kompleks karena interaksi dari faktor yang mengontrol
permukaan drag dan form drag. Untuk bentuk bulat,semakin tinggi nilai Reynold Number
dibanding panjang Hukum Stoke, maka separasi akan terjadi dan wake terbentuk.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB I PENDAHULUAN I-6

(Geankoplis,2003, 124)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai