Anda di halaman 1dari 4

http://www.boombastis.

com/binatang-indonesia-punah/75828
Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)
Harimau merupakan hewan karnivora yang memiliki beberapa rumpun dan tersebar di seluruh dunia. Khususnya di Pulau Jawa, ada
harimau yang merupakan penghuni asli dari pulau ini dinamakan harimau Jawa. Binatang ini memiliki ukuran panjang sekitar 2,43
meter dengan bobot 100-141 kg untuk yang jantan dan panjang sama dengan bobot sekitar 75-115 untuk yang betina.

Keberadaan harimau Jawa di tahun 1950-an semakin berkurang karena habitat atau tempat tinggalnya sudah beralih fungsi menjadi
lahan pertanian atau ladang, serta perburuan besar-besaran oleh manusia.
Sampai akhir tahun 1979, keberadaan harimau Jawa diketahui hanya tersisa 3 ekor saja dan secara resmi, pemerintah Indonesia
menyatakan bahwa pada tahun 1980-an, harimau Jawa dinyatakan punah. Walaupun sekitar tahun 1990-an ada banyak laporan bahwa
beberapa orang masih sempat menjumpai hewan satu ini, namun buktinya belum dapat diverifikasi secara jelas.

Harimau Bali (Panthera tigris balica)


Selain harimau Jawa, terdapat pula harimau yang menjadi penghuni asli Pulau Bali, yaitu harimau Bali atau dalam bahasa latin
bernama Panthera tigris balica. Jenis harimau satu ini masih merupakan satu rumpun dengan harimau Jawa dan harimau Sumatera
yang kini juga semakin berkurang drastic populasinya.

Seperti halnya harimau Jawa, keberadaan atau populasi dari harimau Bali semakin berkurang karena hialngnya tempat tinggal mereka
serta perburuan liar secara besar-besaran yang dilakukan secara bertahun-tahun oleh masyarakat sekitar atau pemburu kulit harimau.
Harimau Bali terakhir ditembak mati pada tahun 1925 dan secara resmi hewan satu ini dinyatakan punah pada tanggal 27 September
1937.

Tikus Gua Flores (Spaleomys florensis)


Tikus gua Flores atau Flores Cave Rat dengan nama latin Spaleomys florensis adalah hewan asli Flores yang keberadaannya kini
hanya tinggal cerita saja karena memang sudah punah sejak dari dahulu kala. Eksistensi hewan satu ini dapat diketahui dari beberapa
subfosil fragmen yang tersebar di banyak gua di Pulau Flores.

Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari punahnya tikus gua Flores ini. Ada banyak perkiraan bahwa punahnya hewan satu ini
selain karena dibunuh manusia, juga karena faktor alam atau penyakit.

Tikus Hidung Panjang Flores (Paulamys naso)


Salah satu kerabat dari tikus gua Flores adalah tikus hidung panjang Flores atau yang memiliki nama latin Paulamys naso. Hewan
pengerat satu ini merupakan binatang endemic asli Pulau Flores yang keberadaannya kini juga hanya tinggal sejarah saja.

Pada tahun 1981-an, pernah ditemukan subfosilnya di beberapa wilayah di Pulau Flores. Selain itu, banyak juga laporan terkait
keberadaan hewan satu ini pada tahun tersebut. Dalam laporan itu menyebutkan bahwa tikus hidung panjang Flores menempati di
sekitaran Hutan Montane, Flores Barat. Sayangnya, kini keberadaan binatang kecil satu ini sudah tidak dapat ditemukan lagi dan
diperkirakan sudah punah.

Tikus Pohon Verhoeven (Papagomys theodorverhoeveni)


Masih berkutat pada keluarga tikus dan tetap di Pulau Flores, ada satu lagi jenis tikus yang berukuran besar dibandingkan tikus pada
umumnya, bernama tikus pohon Verhoeven atau dengan nama lain Verhoevens Giant Tree Rat (Papagomys theodorverhoeveni).

Walaupun banyak pakar lain yang menyatakan bahwa binatang endemic Pulau Flores tersebut sudah punah sekitar 1500 SM lalu, akan
tetapi IUNC baru menyatakan secara resmi bahwa tikus pohon Varhoeven ini punah pada tahun 1996 lalu.

Kuau Bergaris Ganda (Argusianus bipunctatus)


Dalam Bahasa Inggris, binatang berjenis unggas satu ini dikenal dengan nama double-banded Argus atau Kuau Bergaris Ganda
(Argusianus bipunctatus). Walaupun hanya sedikit saja bukti akan keberadaannya, akan tetapi dipercaya bahwa binatang satu ini
merupakan hewan asli Indonesia yang berhabitat di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera.
Bukti akan keberadaannya yang hingga kini tetap dijadikan acuan bahwa hewan ini pernah ada di muka bumi adalah beberapa bulu yang akhirnya
dikirimkan ke London, Inggris. Setelah diteliti, IUCN memasukkan Kuau Bergaris Ganda dalam daftar hewan yang sudah punah.

Trulek jawa
Burung trulek jawa merupakan burung darat yang berukuran sedang sekitar 28 cm dengan kaki yang panjang dan punggung coklat. Bulu terbang
dari burung ini tampak hitam pada bagian sayapnya serta ekor yang bergaris-garis hitam putih. Leher serta kepalanya berwarna hitam, lingkaran
lehernya berwarna abu-abu, dada dan bagian sisi coklat dengan perut hitam Terdapat taji hitam pada bagian lengkung dari sayap. Paruh hitam
dengan daging gelambir berwarna merah muda dan putih yang khas serta kakinya tampak kuning.

Burung trulek jawa ini merupakan jenis penghuni yang sangat jarang ditemui. Dulu pernah ada pada bagian Timor. Namun ada pula penduduk
yang pernah melihat jenis burung tersebut pada wilayah Sumatera serta Jawa Barat laut. Mereka hidup berpasangan di padang rumput yang
terbuka disepanjang pantai utara di Jawa Barat dan pantai selatan di Jawa Timur. Burung trulek jawa terdapat pada tepi perairan atau tempat-
tempat terbuka umumnya dekat air. Pada pulau Jawa hanya ada 9 jenis yang biasanya merupakan pengunjung musim dingin. Hanya ada dua
jenis yang menetap dimana salah satunya diduga telah punah.

Menurut Dwi Mulyawati, Trulek Jawa memiliki kebiasaan tinggal di wilayah rawa yang luas, muara sungai, serta genangan air di lahan basah saat
musim hujan. Trulek jawa terakhir terlihat pada tahun 1939 di Pantai Meleman, pesisir selatan Jawa. Hingga sekarang tidak diketahui
keberadannya. Menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman kepunahan Trulek Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang telah
dialihfungsikan menjadi wilayah agro-industry farming atau lahan pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak. Ancaman lahan
pertanian dan lahan tambak ini mengancam keseluruhan ekosistem secara signifikan. Hal yang menjadi ancaman berikutnya adalah pengaruh dari
perburuan dan penangkapan hewan-hewan yang semakin hebat, sehingga menjadikan kematian spesies semakin cepat bahkan punah. Ancaman
yang selalu terjadi juga adalah aktivitas manusia dan pemanfaatan lahan untuk pembangunan.
https://blogs.uajy.ac.id/carolinarum/2016/11/01/17/

Anda mungkin juga menyukai