Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN USIA DAN JUMLAH PARITAS DENGAN ANGKA KEJADIAN

PREEKLAMPSIA

Studi Observasional di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Karya Tulis Ilmiah


Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai gelar Sarjana Kedokteran

diajukan oleh

Arif Kumala

30101206836

kepada

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian ibu merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur
derajat kesehatan suatu daerah. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah terminasi kehamilan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
kesehatan selama kehamilan dan melahirkan (Raharja, 2012).
Meurut WHO (World Health Organization), setiap tahun di seluruh dunia tercatat
358.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin dimana 355.000 ibu (99%) berasal dari
negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan grade
tertinggi dengan jumlah 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di negara maju, yaitu 14 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup.
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh WHO, diketahui di Indonesia kasus kematian ibu
yaitu sebanyak 240 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 (WHO, 2011). Menurut
SDKI (2009), Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berada pada peringkat ke 12 dari 18
negara anggota ASEAN dan SEARO (South East Asian Nation Regional Organization).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut target Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup, untuk itu diperlukan upaya yang maksimal
dalam pencapaian target tersebut. Menurut hasil survey Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2007, AKI di Indonesia masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Kejadian kematian ibu bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0%, nifas 24% (Dinkes,
2011). Menurut WHO (2005), penyebab kematian maternal yang umum terjadi di dunia
adalah pendarahan, infeksi, eklampsia, persalinan macet, dan aborsi tidak aman. Di Indonesia
penyebab utama kematian ibu dikenal dengan trias klasik yakni pendarahan,
preeklampsia/eklampsia, dan infeksi.
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit preeklamsia/eklamsia masih
merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara tuntas. Soejoenoes
(2005) melakukan penelitian di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan
kejadian peeklamsia dan eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali
lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). Preeklamsia merupakan penyakit yang
angka kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di
negara berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara
maju perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh paritas, ras,
faktor genetik dan lingkungan.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah kesatuan
penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena eklamsia merupakan
peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih berat dan berbahaya dengan tambahan gejala-gejala
tertentu (Wiknyosastro, 1994).
Preeklampsia berat dan eklampsia merupakan risiko yang membahayakan ibu di
samping membahayakan janin melalui placenta (Hovatta , Lipasti 1983). Beberapa kasus
memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang
disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara
cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung,
kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak (Royston, 1989).

Dari penelitian sebelumnya oleh Baktiyani (2005) Kehamilan dengan preklamsia


lebih umum terjadi pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan
penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal. Pada primigavida atau ibu
yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam mengalami persalinan sehingga dapat
terjadi hipertensi dalam kehamilan atau yang biasa disebut preeklamsia/eklamsia.
Primigravida juga merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya
preeklamsia/eklamsia. Pada primigravida frekuensi preeklamsia/eklamsia meningkat
dibandingkan pada multigravida terutama pada primigravida muda yang disebabkan oleh
berbagai faktor.
Dijelaskan juga oleh hasil penelitian dari Corwin (2005) bahwa pada primigravida
sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada
primigravida menyebabkan peningkatan pelepsan corticotropic-releasing hormone (CRH)
oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah
mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan meningkatkan respon
simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan tekanan darah. Pada wanita yang preeklamsia / eklamsia. Tidak terjadi
penurunan sensivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar
volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.

Risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun lebih
besar dari ibu hamil dengan usia diatas 20 tahun dan diatas 40 tahun. (Mayo Clinic, 2011).
Menurut Benson and Pernoll umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan faktor predisposisi
preeklampsia disamping penyakit vaskuler dan ginjal, diabetes mellitus, hipertensi kronis dan
penyakit lainnya (Benson dkk, 2009).

Pengelompokan usia merupakan salah satu faktor penting dalam program Kesehatan
Ibu dan Anak di Indonesia. Usia dibawah 20 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil terlalu
muda. Sedangkan usia diatas 35 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil terlalu tua.
Pengelompokan umur juga mempengaruhi strategi intervensi yang akan diterapkan. Untuk itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Umur dan Jumlah
Paritas dengan Angka Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: adakah hubungan antara usia dan jumlah paritas dengan angka kejadian
preeklampsia di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.1.1. Untuk menganalisa adanya hubungan antara usia dan jumlah
paritas dengan angka kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap
terjadinya preeklampsia.
1.3.2.2. Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya
preeklampsia berat.
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan
ibu hamil tentang preeklampsia.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya tentang preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
WHO, (2011). Maternal and Reproductive Health. Diakses dari :
http://www.who.int/gho/maternal_health/en/ ind ex.html Tanggal 03 Maret 2013.
SDKI. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2009. Diakses dari :
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%20
2008.pdf. Tanggal 26 Februari 2013.
WHO, (2005). The World Health Report 2005 Make Every Mother and Child Count. World
Health Report. Geneva: WHO.
Dinkes, 2011. Target MDGs Bidang Kesehatan. http://www.1456-depkes-target-mdgs-
bidang-kesehatan.html. Diakses tanggal 23 Oktober 2012
Wiknyosastro Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Trijatmi Rochimhadhi; Ilmu Kebidanan. Ed.3,
Jakarta, 1994.
HOVATTA O & LIPASTI A: Causes of Stllbirth; a Clinice pathological study of 243
patients, Brj Obstetri Gynaecology, 1983.
Royston Erica ( Division of family health World Health Organization ) Geneva, Switzerland
& Sw Armstrong ( Freelance Journalis London, England ), 1989.
Benson, Ralph C, Pernoll, Martin L. Buku Saku Obstetri & Ginekologi, EGC, 2009.

Anda mungkin juga menyukai