1. Landasan Historis
Jati diri bangsa Indonesia berkembang melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa
lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa
Indonesia dalam perjalan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul
dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang
cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya,
yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain, yang oleh para pendiri negara bangsa Indonesia dirumuskan dalam suatu
rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (5 sila) yang
kemudian diberi nama Pancasila dan menjadi kepribadian bangsa.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar
tidak terombang ambing di tengah-tengah masyarakat Internasional. Dengan lain
perkataan bangsa Indonesia harus memiliki nasionlisme serta kebangsaan yang kuat.
Hal ini dapat terlaksana bukan melaui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi
melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah
bangsa.
Jadi, secara historis bahwa nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nila-nilai tersebut
tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis kepribadian. Oleh karena itu, berdasarkan fakta objektif
secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
kepribadiannya. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah sangat penting bagi
para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan berdasarkan pendidikan ilmiah, yang pada gilirannya
akan memiliki kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai
yang dimilikinya sendiri.
2. Landasan Kultural
Setiap bangsa didunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki kepribadiannya sendiri agar tidak terombang-ambing dalam kancah
pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa harus memiliki ciri khas pandangan
hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam kepribadiannya, bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual
seorang saja melainkan sautu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pejuang seperti para patriot. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang
sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa
dan negara yang mendasarkan pada kepribadiannya sendiri.
3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis pendidikan Pancasila di perguruan tinggi tertuang dalam Undang
Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 37 telah menetapkan
bahawa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan
kepribadian ( agama, kewarganegaraan dan bahasa). Demikian juga didalam peraturan
pemerintahan no 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi pasal 13 ayat 2 ditetapkan bahwa
kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh menteri pendidikan dan kebudayaan.
4. Landasan filosofis
Pendidikan kepribadian berlandasan pada filsafat Pancasila. Pancasila adalah sebagai
dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Secara filosofis, bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat, sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan
berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena
rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
kepribadian Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Konsenkuensinya dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pendidikan Pancasila yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat intelejen, penuh
tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang :
1. Beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradap
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
perorangan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
Masa Penjajahan
Pada abad XV orang kulit putih sampai di Asia, dan pada permulaan abad XVI
mereka menampakkan dirinya di perairan Indonesia. Mulailah terbayang lembaran hitam
sejarah Indonesia yang dilakukan oleh orang kulit putih.
Mula-mula datang adalah bangsa Portugis (1512), disusul Belanda (1596) dan
kemudian Inggris(1811). Tercatat tiga setengah abad lamanya Belanda menjajah Indonesia,
yangberakhir pada tanggal 8 Maret 1942. Pada tahun 1942 Jepang datang dan Belanda
pergi.
1. Portugis
Pada tahun 1512 berlayarlah tiga kapal Portugis dari Malaka memasuki perairan
Indonesia, yang dipimpin oleh Antonio dAreu. Pada zaman itu Indonesia terkenal
sebagai tanah asal rempah-rempah, seperti lada, cengkeh dan pala yang sangat digemari
di Eropa. Harganya yang sangat tinggi. Mereka tahu bahwa asal rempah-rempah ialah
Maluku. Pada tahun 1512 tersebut Portugis mulai merebut Ternate, kemudian seluruh
Maluku dijajah.mereka bertingkahlaku seperti bangsa yang tidak kenal Tuhan saja,
mereka memperlakukan orang Maluku tanpa perikermanusiaan yang berarti melanggar
budi nurani bangsa Indonesia.Rakyat Maluku serentak melawan portugis yang dipimpin
oleh Raja Baabullah, pada tahun 1570 penjajah Portugis dapat diusir keluar Maluku.
2. Belanda / VOC
Pada tahun 1596 Belanda tiba di Indonesia, dimana mereka juga mencari rempah-
rempah. Mereka kemudian mendirikan persatuan (Verenigde) antara perseroan-
perseroan (compagnie) yang berdagang di Indonesia (Oost Indie), Sehingga persatuan
tersebut bernama: Verenigde Opst Indiche Compagnie disebut VOC.
Dengan VOC ini Belanda menjadi kuat, lalu mereka merebut Jayakarta dari tangan
Banten yang kemudian namanya diganti menjadi Batavia (16190. Banten berusaha
merebutnya kembali, namun gagal. Kemudian Mataram di bawa pemerintahan Sultan
Agung dua kali menyerang Batavia secara besar-besaran, tetapi juga gagal. Mereka
gagal karena tidak bersatu, sebaliknya Belanda bersatu dalam VOC sehingga kuat.
Dari Batavia Belanda meluaskan jajahannya dengan menggunakan taktik
Devide rt Imperd yang berarti cerai-beraikan mereka kemudian baru dikuasao.
Dengan taktik ini maka sedikit demi sedikit mereka menguasai kerajaan-krtajaan
Indonesia. Sedangkan dalam menghadapi Belanda ini bansa Indonesia justru cerai-
berai, tidak bersatu.sebagai contoh bangsa Indonesia lihat di Sulawesi Selatan Raja
Dowa Hasanuddin bermusuhan dengan Raja Bone Am Palaka, Belanda datang
memukul dan mengusainya (1669). Di Banten Sultan Ageng Tirtayasa bertengkar
dengan Sultan Haji, puteranya sendiri, Belanda masuk dan menguasainnya (1683).
Di Mataram Amangkurat I bermusuhan dengan Trunijoyo, Amangkurat III
dengan Pangeran Puger, dan Mangkubumi dengan Mas Sahid. Belanda menerkam dan
habislah riwayat Mataram (1755).
3. Inggris
Ketika Inggris mengancam Indonesia, Belanda mengirim Gubernur Jenderal
Daendels ke Indonesia untuk mempertahankannya (1803). Daendels orangnya kasar,
rakyat Indonesia diperas baik kekayaan maupun keringatnya untuk pertahanan melawan
Inggris.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut Indonesia, dan mulailah penjajahan
Inggris di Indonesia. Lord Minto, Gubernur Jendral Inggris di Indonesia mengirim
Raflles ke Indonesia sebagai Letnan Gubernur, Raflles orang yang bijaksana, ia
sebenarnya menginginkan jajahan Indonesia untuk selama-lamanya, tetapi pada tahun
1916 ia perintahkan menyerahkan Indonesia kembali ke Belanda, sehingga kembali
Indonesia dijajah Belanda.
5. Jepang
Pada tahun 1942 Jepang datang dan Belanda pergi, Jepang berteriak: Hakka-ichi-
u, dunia sebagai suatu keluarga besar negara-negara. Bangsa Indonesia setuju, karena
asas kekeluargaan termasuk budi nurani bangsa Indonesia. Tetapi jika Jepang
menambahkan kata-kata :dengan Jepang sebagai kepala keluarga, bangsa Indonesia
tiadk setuju. Itulah namanya imperialisme Jepang.
Sejarah perjuangan bangsa-bangsa yang kelak akan menjadi hanya satu bangsa Indonesia
itu, cukup ditaburi oleh nama-nama para pahlawan pejuang kemerdekaan, seperti Thomas
Matulessi, Pangeran Diponegoro, Sunan Gunung Jati, Sultan Baabullah, Sultan Hasanuddin,
Sultan Ageng Tirtayasa, Dipati Ukur, Trunojoyo, Pangeran Antasari, Sisingamangaraja, I Gusti
Ketut Jelantik, Cokorda, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Tengku Cik Di Tiro, Panglima Polim,
Supriyadi, Muradi, Zaina; Muatafa, Tengku Abdul Jalili, dan lain-lainnya, terlalu banyak untuk
disebut satu persatu. Selain dari pejuang bersenjata, tidak pula kalah banyaknya pejuang
kemerdekaan tidak bersenjata, seperti Wahidin Sudirohusodo, Kyai H. Achmad Dahlan, Haji
Samanhudi, HOS Tjokroaminoto, Raden Ajeng Kartini, Ki Hajar Dewantara, Haji Agus Salim,
Muhammad Syafei, dr. Tjipto Mangunkusumo, Muhammad Husni Thamrin, Abikusno
Tjokrosuyoso, Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain. Tiga ratus tahun
lebih dominasi kekuasaan barat di pelopori oelh VOC berlangsung di kepulauan nusantara ini,
yang kemudian dilanjutkan oleh sekitar tiga setengah tahun kekuasaan penduduk tentara Jepang
selama perang Pasifik, tidak berhasil memadamkan semangat perjuangan rakyat. Api perjuangan
tetap bersemi didada para pemuda, menunggu saat yang tepat untuk meledak keluar merebut
kembali mahkota kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang. Secercah peluang yang terbuka
dengan menyerahkan Jepang kepada tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, secepat kilat
disambar oleh para pemuda Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan bangsa.
Proklamasi Kemerdekaan
Pada tahun 1945, kedudukan Jepang makin terjepit, yang kemudian Bom Atom Amerika
Serikat dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima. Jepang menyerah kalah pada tanggal 14 Agustus
1945.
Jepang kalah, Sekutu belum datang, tidak ada kekuasaan lagi yang menggenggam Indonesia.
Inilah waktu yang baik untuk mencetuskan keinginan bangsa Indonesia menjadi kenyataan.
Keinginan yang sudah berabad-abad diidam-idamkan : Indonesia merdeka !!
Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi dinyatakan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia seluruh dunia.
Dengan proklamasi ini bangsa Indonesia dapat mengatur dan membangun Indonesia menurut
kehendak bangsa Indonesia sendiri.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang-Undang Dasar disahkan oleh pemimpin-
pemimpin Indonesia, yang bangsa Indonesia kenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
pembukaannya tercantum secara resmi mengapa dan bagaimana bangsa Indonesia mendirikan
Negara Indonesia Merdeka. Karena itu proklamasi dan pembukaan UUD 1945 tidak dapat
dipisahkan, merupakan satu kesatuan. Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah merupakan
pernyataan kemerdekaan yang terperinci.
Didalam pebukaan UUD 1945 itu tercantum 5 Dasar Negara Indonesia Merdeka, yang
bangsa Indonesia namakan PANCASILA, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.