Anda di halaman 1dari 7

Landasan Pendidikan Pancasila

1. Landasan Historis
Jati diri bangsa Indonesia berkembang melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa
lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa
Indonesia dalam perjalan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul
dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang
cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya,
yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain, yang oleh para pendiri negara bangsa Indonesia dirumuskan dalam suatu
rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (5 sila) yang
kemudian diberi nama Pancasila dan menjadi kepribadian bangsa.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar
tidak terombang ambing di tengah-tengah masyarakat Internasional. Dengan lain
perkataan bangsa Indonesia harus memiliki nasionlisme serta kebangsaan yang kuat.
Hal ini dapat terlaksana bukan melaui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi
melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah
bangsa.
Jadi, secara historis bahwa nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nila-nilai tersebut
tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis kepribadian. Oleh karena itu, berdasarkan fakta objektif
secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
kepribadiannya. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah sangat penting bagi
para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan berdasarkan pendidikan ilmiah, yang pada gilirannya
akan memiliki kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai
yang dimilikinya sendiri.

2. Landasan Kultural
Setiap bangsa didunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki kepribadiannya sendiri agar tidak terombang-ambing dalam kancah
pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa harus memiliki ciri khas pandangan
hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam kepribadiannya, bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual
seorang saja melainkan sautu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pejuang seperti para patriot. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang
sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa
dan negara yang mendasarkan pada kepribadiannya sendiri.
3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis pendidikan Pancasila di perguruan tinggi tertuang dalam Undang
Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 37 telah menetapkan
bahawa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan
kepribadian ( agama, kewarganegaraan dan bahasa). Demikian juga didalam peraturan
pemerintahan no 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi pasal 13 ayat 2 ditetapkan bahwa
kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh menteri pendidikan dan kebudayaan.

4. Landasan filosofis
Pendidikan kepribadian berlandasan pada filsafat Pancasila. Pancasila adalah sebagai
dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Secara filosofis, bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat, sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan
berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena
rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
kepribadian Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Konsenkuensinya dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Tujuan Pendidikan Pancasila


Tujuan pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila di Perguruan
Tinggi, adalah untuk :
1. Dapat memahami, menghayati dan melaksanakan jiwa Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dalam kehidupannya sebagai warga negara republik Indonesia.
2. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, bangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran
yang berlandasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila,
sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan Ipteks
dan pembangunan.
4. Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik terhadap nilai-nilai
Pancasila.

Pendidikan Pancasila yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat intelejen, penuh
tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang :
1. Beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradap
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
perorangan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial

Kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia


1. Nenek moyang bangsa Indonesia telah membangun kebudayaan dan cara hidupnya
sendiri. Mereka hidup terpisah di tanah air Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.
Karena hidupnya terpisah mereka memiliki adat istiadat, kebiasaan dan tata cara hidup
mereka yang berbeda-beda, namun masih banyak persamaannya. Tepatlah bila dikatakan
bahwa bangsa Indonesia merupakan Bangsa yang Bhineka Tunggal Ika.
2. Sejak beribu-ribu tahun yang lampau nenek moyang bangsa Indonesia hidup
berkelompok-kelompok. Kehidupan mereka diatur secara kekeluargaan. Cara
kekeluargaan inilah yang menjamin adanya rasa persatuan, musyawarah dan keadilan
sosial bagi seluruh kelompok.
3. Nenek moyang bangsa Indonesia percaya bahwa setiap manusia yang hidup ini terdiri
dari 2 hal yaitu : jasmani dan rohani. Agar manusia tetap hidup maka baik jasmani
maupun rohaninya harus diberi makan. Untuk memelihara jasmani orang perlu bahan
makanan , misalnya nasi, ubi, air dan lain-lain. Untuk memelihara rohani sesorang perlu
makanan lain, yaitu yang dinamakan semangat. Apabila bangsa Indonesia kekurangan
bahan makanan, jasmani, bangsa Indonesia akan mati.

Kejayaan Bangsa Indonesia


Pada sekitar permulaan Tarikh Masehi, Budhisme dan Hinduisme tiba di Indonesia.
Seorang musafir Cina bernama Fa Hian memberitakan pada tahun 414 tentang adanya orang-
orang penganut agam Budha maupun Hindu di Indonesia. Mereka hidup berdampingan secara
damai. Bukti bahwa toleransi dalam keagamaan seperti yang dimaksud oleh Sila Pertama dari
Pancasila mereka junjung baik-baik. Mereka mendirikan Borobudur yang bersifat Budha, dan
mendirikan candi Prambanan yang bersifat Hindu, tanpa saling mengganggu dan tanpa saling
merusak. Bahkan daerah Prambanan terdapat candi-candi Hindu berdampingan dengan candi
Budha. Ini menunjukkan adanya kebebasan beragama di antara mereka, di antara orang-orang
Indonesia di zaman dulu.
1. Kerajaan Sriwijaya
Pada abad VII berdirilah Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera Selatan, yang
merupakan Kerajaan Besar dan kuat di Indonesia. Kekuatan dan kehidupannya didasarkan
atas kekuasaannya di laut, sehingga dapat disebut sebagai kerajaan Maritim. Kapal-
kapalnya menguasai laut seluruh Nusantara dan laut sekitarnya. Hal ini menunjukkan
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia merupakan pelaut-pelaut ulung yang berlayar
sampai pulau Madagaskar di Afrika Selatan. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang
menganut agama Budha.
2. Kerajaan Majapahit
Pada abad XIII kedudukan Sriwijaya digantikan oleh Kerajaan Majapahit yang berpusat
di Jawa Timur.
Wilayah Majapahit yang meliputi tidak hanya seluruh Nusantara tetapi sampai jauh di luar
Nusantara. Jika Sriwijaya berupa negara maritim saja, maka Majapahit merupakan baik
negara Maritim maupun Agraria. Disinilah letak rahasia suksesnya Majapahit, sehingga
menjadi besar dan berwibawa.
Punjak kebesarannya dicapai di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389)
dengan Maha Patihnya yang terkenal Gadjah Mada (1319-1364). Kebesarannya ini dapat
dibaca dalam buku kuno karangan Mpu Prapanca yang berjudul Negarakertagama
(1365).
Politik luar negri Majapahit adalah politik damai artinya Majapahit ingin hidup damai
dengan negara-negara tetangganya. Prapanca dalam bukunya tersebut menyebutkan dengan
istilah Mitreka Satata yang berarti persahabatan yang sederajat. Tetapi di dalam negeripun
Majapahit menjalankan politik perdamaian dalam hidup keagamaan. Ini dapat dibaca dalam
bukunya Mpu Tantular yang berjudul Sutasoma. Mpu Tantular menyebutkan dengan
istilah Bhinneka Tunggal Ika, tanhana dharma mangriiwa, yang berarti: berbeda-beda
namun tetap satu, tak ada peraturan yang bersifat dualisme. Ini merupakan falsafah agama
yang menunjukkan ke-Esa-an Tuhan. Toleransi dalam kehidupan beragama dipegang
teguh, bahkan mempersatukan agama yang terbesar padazaman itu, yaitu agama Budha dan
agama Shiwa menjadi satu agama, yang disebut agama Shiwa-Budha. Dengan ini ternyata
baik Sriwijaya maupun Majapahit telah mempraktikan apa yang terkandung dalam Sila
Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, ialah toleransi dalam hidup beragama.

Masa Penjajahan
Pada abad XV orang kulit putih sampai di Asia, dan pada permulaan abad XVI
mereka menampakkan dirinya di perairan Indonesia. Mulailah terbayang lembaran hitam
sejarah Indonesia yang dilakukan oleh orang kulit putih.
Mula-mula datang adalah bangsa Portugis (1512), disusul Belanda (1596) dan
kemudian Inggris(1811). Tercatat tiga setengah abad lamanya Belanda menjajah Indonesia,
yangberakhir pada tanggal 8 Maret 1942. Pada tahun 1942 Jepang datang dan Belanda
pergi.
1. Portugis
Pada tahun 1512 berlayarlah tiga kapal Portugis dari Malaka memasuki perairan
Indonesia, yang dipimpin oleh Antonio dAreu. Pada zaman itu Indonesia terkenal
sebagai tanah asal rempah-rempah, seperti lada, cengkeh dan pala yang sangat digemari
di Eropa. Harganya yang sangat tinggi. Mereka tahu bahwa asal rempah-rempah ialah
Maluku. Pada tahun 1512 tersebut Portugis mulai merebut Ternate, kemudian seluruh
Maluku dijajah.mereka bertingkahlaku seperti bangsa yang tidak kenal Tuhan saja,
mereka memperlakukan orang Maluku tanpa perikermanusiaan yang berarti melanggar
budi nurani bangsa Indonesia.Rakyat Maluku serentak melawan portugis yang dipimpin
oleh Raja Baabullah, pada tahun 1570 penjajah Portugis dapat diusir keluar Maluku.
2. Belanda / VOC
Pada tahun 1596 Belanda tiba di Indonesia, dimana mereka juga mencari rempah-
rempah. Mereka kemudian mendirikan persatuan (Verenigde) antara perseroan-
perseroan (compagnie) yang berdagang di Indonesia (Oost Indie), Sehingga persatuan
tersebut bernama: Verenigde Opst Indiche Compagnie disebut VOC.
Dengan VOC ini Belanda menjadi kuat, lalu mereka merebut Jayakarta dari tangan
Banten yang kemudian namanya diganti menjadi Batavia (16190. Banten berusaha
merebutnya kembali, namun gagal. Kemudian Mataram di bawa pemerintahan Sultan
Agung dua kali menyerang Batavia secara besar-besaran, tetapi juga gagal. Mereka
gagal karena tidak bersatu, sebaliknya Belanda bersatu dalam VOC sehingga kuat.
Dari Batavia Belanda meluaskan jajahannya dengan menggunakan taktik
Devide rt Imperd yang berarti cerai-beraikan mereka kemudian baru dikuasao.
Dengan taktik ini maka sedikit demi sedikit mereka menguasai kerajaan-krtajaan
Indonesia. Sedangkan dalam menghadapi Belanda ini bansa Indonesia justru cerai-
berai, tidak bersatu.sebagai contoh bangsa Indonesia lihat di Sulawesi Selatan Raja
Dowa Hasanuddin bermusuhan dengan Raja Bone Am Palaka, Belanda datang
memukul dan mengusainya (1669). Di Banten Sultan Ageng Tirtayasa bertengkar
dengan Sultan Haji, puteranya sendiri, Belanda masuk dan menguasainnya (1683).
Di Mataram Amangkurat I bermusuhan dengan Trunijoyo, Amangkurat III
dengan Pangeran Puger, dan Mangkubumi dengan Mas Sahid. Belanda menerkam dan
habislah riwayat Mataram (1755).
3. Inggris
Ketika Inggris mengancam Indonesia, Belanda mengirim Gubernur Jenderal
Daendels ke Indonesia untuk mempertahankannya (1803). Daendels orangnya kasar,
rakyat Indonesia diperas baik kekayaan maupun keringatnya untuk pertahanan melawan
Inggris.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut Indonesia, dan mulailah penjajahan
Inggris di Indonesia. Lord Minto, Gubernur Jendral Inggris di Indonesia mengirim
Raflles ke Indonesia sebagai Letnan Gubernur, Raflles orang yang bijaksana, ia
sebenarnya menginginkan jajahan Indonesia untuk selama-lamanya, tetapi pada tahun
1916 ia perintahkan menyerahkan Indonesia kembali ke Belanda, sehingga kembali
Indonesia dijajah Belanda.

4. Belanda / Pemerintahan Hindia Belanda


VOC telah dibubarkan pada tahun 1800, sehingga Indonesia langsung diperintah
dari Negeri Belanda, dan membentuk pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
Tercatat selama 3,5 abad Indonesia dijajah Belanda. Rakyat Indonesia menderita, rakyat
Indonesia dijadikan lembu perah untuk membayar utang negeri Belanda, untuk mengisi
kas negara. Dan untuk membangun negeri Belanda, untuk itu Belanda menciptakan
sistem Tanam Paksa yang memperkaya Belanda dan sebaliknya menyengsarakan rakyat
Indonesia. Bangsa Indonesia berontak, karena penjajahan membuat rakyat Indonesia
sengsara dan mengalami kemiskinan yang tak kenal perikemanusiaan dan keadilan.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, maka pada tanggal 20 Mei 1908 Budi
Utomo didirikan dan merupakan Hari Kebangkitan Nasional. Pelopornya ialah dr.
Sudiro Husodo dari Yogyakarta dan pendirinya ialah dr. Sutomo dari Budi Utomo
bergerak dalam lapangan pendidikan dan kebudayaan. Ini merupakan reaksi terhadap
Politik Etika yang dilakukan oleh Belanda yang tujuannya hanya untuk kepentingan
Belanda. Sebagai reaksi terhadap imperialisme ekonomi Belanda, maka pada tahun
1911, Haji Saman Hudi di Surakarta mendirikan Sarekat Dagang Islam yang
kemudian menjadi Sarekat Islam pada tahun 1913 dibawah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Syarikat Islam merupakan suatu partai politik dan merupakan reaksi
terhadap imperialisme politik Belanda. Kemudian pada tahun 1912 berdiri lagi suatu
partai politik, yaitu Indische Partij di Bandung. Pendirinya ialah dr. E.F.S. Douwes
Dekker n.I. dr. Setia Budi Danudirja, dr. Tjipto Mangunkusumo dan RM Suwardi
Surdjadiningrat (n.I. Ki Hajar Dewantara).
Pada tahun 1928 didirikanlah partai nasional Indonesia Ir. Soekarno, yang
menuntut suatu Indonesia yang Merdeka. Ditengah-tengah kancah perjuangan melawan
penjajah Belanda untuk menuntut kemerdekaan, pada tanggal 28 Oktober 1928
berkumpulah para pemuda Indonesia di Jakarta melaksanakan Konggres Pemuda. Pada
Konggres tersebut itulah mereka mencetuskan isi hati mereka tentang persatuan
Indonesia, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda, yaitu :
a. Satu bangsa bangsa Indonesia
b. Satu Tanah Air Tanah Air Indonesia
c. Satu Bahasa Bahasa Indonesia

Pada tahun 1939, partai-partai politik bersatu dalam Gabungan Politik


Indonesia (GAPI). GAPI menuntut bukan kemerdekaan penuh bagi Indonesia,
tetapi hanya Berpemerintahan Sendiri (Self-Government) bagi Indonesia.
Sungguh suatu tuntutan yang sangat moderat, tidak ringan dan tidak berat. Tetapi
ini hanya sebagai siasat saja untuk dapat secepatnya menuju Indonesia merdeka.
Mayoritas inilah yang akan memutuskan Indonesia merdeka, tetapi Belanda tetap
berkepala batu dan menolak tuntutan GAPI yang moderat itu.

5. Jepang
Pada tahun 1942 Jepang datang dan Belanda pergi, Jepang berteriak: Hakka-ichi-
u, dunia sebagai suatu keluarga besar negara-negara. Bangsa Indonesia setuju, karena
asas kekeluargaan termasuk budi nurani bangsa Indonesia. Tetapi jika Jepang
menambahkan kata-kata :dengan Jepang sebagai kepala keluarga, bangsa Indonesia
tiadk setuju. Itulah namanya imperialisme Jepang.

Pahlawan Pejuang Kemerdekaan

Sejarah perjuangan bangsa-bangsa yang kelak akan menjadi hanya satu bangsa Indonesia
itu, cukup ditaburi oleh nama-nama para pahlawan pejuang kemerdekaan, seperti Thomas
Matulessi, Pangeran Diponegoro, Sunan Gunung Jati, Sultan Baabullah, Sultan Hasanuddin,
Sultan Ageng Tirtayasa, Dipati Ukur, Trunojoyo, Pangeran Antasari, Sisingamangaraja, I Gusti
Ketut Jelantik, Cokorda, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Tengku Cik Di Tiro, Panglima Polim,
Supriyadi, Muradi, Zaina; Muatafa, Tengku Abdul Jalili, dan lain-lainnya, terlalu banyak untuk
disebut satu persatu. Selain dari pejuang bersenjata, tidak pula kalah banyaknya pejuang
kemerdekaan tidak bersenjata, seperti Wahidin Sudirohusodo, Kyai H. Achmad Dahlan, Haji
Samanhudi, HOS Tjokroaminoto, Raden Ajeng Kartini, Ki Hajar Dewantara, Haji Agus Salim,
Muhammad Syafei, dr. Tjipto Mangunkusumo, Muhammad Husni Thamrin, Abikusno
Tjokrosuyoso, Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain. Tiga ratus tahun
lebih dominasi kekuasaan barat di pelopori oelh VOC berlangsung di kepulauan nusantara ini,
yang kemudian dilanjutkan oleh sekitar tiga setengah tahun kekuasaan penduduk tentara Jepang
selama perang Pasifik, tidak berhasil memadamkan semangat perjuangan rakyat. Api perjuangan
tetap bersemi didada para pemuda, menunggu saat yang tepat untuk meledak keluar merebut
kembali mahkota kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang. Secercah peluang yang terbuka
dengan menyerahkan Jepang kepada tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, secepat kilat
disambar oleh para pemuda Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan bangsa.

Proklamasi Kemerdekaan

Pada tahun 1945, kedudukan Jepang makin terjepit, yang kemudian Bom Atom Amerika
Serikat dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima. Jepang menyerah kalah pada tanggal 14 Agustus
1945.
Jepang kalah, Sekutu belum datang, tidak ada kekuasaan lagi yang menggenggam Indonesia.
Inilah waktu yang baik untuk mencetuskan keinginan bangsa Indonesia menjadi kenyataan.
Keinginan yang sudah berabad-abad diidam-idamkan : Indonesia merdeka !!
Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi dinyatakan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia seluruh dunia.
Dengan proklamasi ini bangsa Indonesia dapat mengatur dan membangun Indonesia menurut
kehendak bangsa Indonesia sendiri.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang-Undang Dasar disahkan oleh pemimpin-
pemimpin Indonesia, yang bangsa Indonesia kenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
pembukaannya tercantum secara resmi mengapa dan bagaimana bangsa Indonesia mendirikan
Negara Indonesia Merdeka. Karena itu proklamasi dan pembukaan UUD 1945 tidak dapat
dipisahkan, merupakan satu kesatuan. Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah merupakan
pernyataan kemerdekaan yang terperinci.
Didalam pebukaan UUD 1945 itu tercantum 5 Dasar Negara Indonesia Merdeka, yang
bangsa Indonesia namakan PANCASILA, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Perumusan Pancasila sebagai bagian dari proses pembuatan UUD 1945


1. Saat menjelang akhir penjajahan di Indonesia
Adapun penyusun dan perumus Pancasila Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945
berlangsung pada bagian akhir jaman penjajahan Jepang. Sebelumnya pemerintah Hindia
Belanda yang menjajah Indonesia beratus-ratus tahun lamanya pada tanggal 8 Maret
1942 telah menyerah kalah kepada tentara Jepang yang menyerbu Indonesia dalam
perang kedua. Semenjak pada tanggal itu, seluruh daerah Hindia Belanda berada di
bawah kekuasaan tentara Jepang sebagai Daerah Perang (Terra-Belica) karena
pendudukan Jepang (Accupacie belli) dan sejak itu pula habislah masa penjajahan
Belanda di Tanah Air Indonesia, namun dimulai pula masa penjajahan Pemerintahan
Militer Jepang di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai