Anda di halaman 1dari 4

DREAM

Dira adalah seorang gadis tomboi nan cantik yang sekarang tengah duduk di kelas 12
di salah satu sekolah menengah keatas ternama di daerah Bandung, Dira termasuk salah satu
remaja yang beruntung dikarenakan Dira merupakan anak seorang yang berada jadi apapun
yang dia butuhkan pasti terpenuhi, namun tak terpungkiri sebagai anak remaja yang hidup di
zaman yang serba modern dia pun terpengaruh dengan yang namanya game online. Bermula
ketika dia melihat temannya yang tengah bermain di warnet, dan ia pun mencoba-coba dan
akhirnya ketagihan, hingga pada akhirnya suatu hari ketika ia tengah bermain game tengah
malam dan tertidur di depan komputer kesayangannya dan hal itu pun terjadi...

Pagi yang cerah di hari minggu,teriakan ibu yang begitu menggelegar membangunkan
Dira yang masih terlelap pulas ketika jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Dira!! Ini sudah jam berapa? Kamu ini anak perempuan, jam segini kok belum bangun,
mentang-mentang ini hari minggu,papa belum pulang jadi kamu bisa seenaknya tidur, ayo
buruan bangun atau enggak mama siram pake air bekas pel nih. Udah enggak sholat,bangun
siang pula aduh malu mama sama tetangga !, celoteh mama Dira yang terdengar begitu
kesal.

Aduh mah ini baru jam berapa? setengah jam lagi deh,Dira ngantuk banget ni,Dira semalem
begadang ngerjain tugas, jawab Dira .

Tugas-tugas... tugas yang mana? Waktu mama masuk kamar kamu semalam, mama lihat
kamu sibuk main game, waktu kamu udah tidur komputer enggak kamu matiin, terus tugas
mana yang kamu kerjain,ha.?, Jawab mama Dira yang setelah itu tidak ada jawaban dari
Dira.

Dira !! jangan coba-coba tidur lagi ya! Mama siram beneran ni kamu,teriak mama Dira
yang kemudian menghampiri Dira yang masih tiduran di kamarnya.

ketika mendengar langkah kaki ibunya yang semakin dekat Dira pun mulai beranjak dari
kasurnya.

Iya-iya ma,Dira bangun ni, jawab Dira sembari berjalan menuju dapur.

Eh kamu mau kemana?,tanya mama Dira.

Mau makan mah.

Makan-makan... mandi dulu sana, lihat tuh muka masih penuh sama iler kok udah mau
makan.

Iya udah deh iya-iya. Kemudian Dira pun mengambil handuknya dan pergi mandi.

Ada apa sih mah pagi-pagi kayak gini kok sudah ribut ?, ujar papa Dira yang baru datang
dari luar kota.
Papa udah datang, itu pah Dira jam segini baru bangun, habis begadang katanya, jawab
mama Dira sambil membawakan tas dan sepatu milik papa Dira.

Ya udahlah mah biarin aja mungkin tugasnya juga lagi banyak maklum kan mau ujian
,jawab papa Dira santai.

Aduh mending ya pa kalau dia begadang tu ngerjain tugas,ini malah main game.

Eh papa udah dateng, pesenan Dira ada enggak pa?, tanya Dira yang masih mengenakan
handuk baju.

Emangnya kamu pesan apa dengan papa kamu? Tanya mama Dira penasaran.

Ini loh mah keyboard sama vcd game apa lah itu dota-dota, jelas papa Dira.

Memang keyboard komputer kamu kenapa kok minta beliin keyboad eksternal segala,
ketus mama Dira.

Rusak mah, jawab Dira singkat.

Rusak?! komputer kamu itu baru berapa bulan kok udah rusak, makanya gak usah main
game terus pake buat nyari-nyari informasi tentang perguruan tinggi atau nyari bahan buat
UN, kamu ini udah kelas 12 Dira inget..., marah mama Dira.

Udahlah ma biarin aja,asalkan dia lulus dengan nilai bagus kan enggak rugi juga di kita. Ni
pesenan kamu, bela papa Dira.

Makasih pa, sayang deh sama papa, ujar Dira sambil meninggalkan papa dan mamanya.
Aduh mama enggak tau lagi deh pa ngomongin Dira tu kayak gimana lagi,papa juga sih
terlalu manjain dia, ujar mama Dira yang kemudian meninggalkan papa Dira.

Sejak saat itu tingkah laku Dira semakin menjadi, setiap malam kini ia habiskan
dengan bermain game dia tidak memikirkan bagaimana ia nanti menghadapi ujian sekolah
ataupun ujian nasional. Hari demi haripun berlalu hingga akhirnya, tibalah pada hari
pembagian nilai ujian tengah semester, sebagian besar nilai Dira turun, orangtua Dira pun
akhirnya marah dengan Dira termasuk ayah Dira yang biasanya tidak memarahi Dira.

Dira kamu ini bagaimana sih papa udah percaya sama kamu,papa bebasin kamu pake WI-
FI, papa beliin apa yang kamu mau tapi kenapa kamu malah sia-siain semua, papa enggak
mau tau semua alat komunikasi, komputer, handphone, WI-FI papa stop, dan papa juga
enggak mau tau pokonya nilai kamu harus naik waktu US nanti, marah papa Dira.

Tapi pah Dira udah berusaha semaksimal mungkin.., belum selesai Dira berkata, papanya
langsung memotong pembincaraannya

Enggak ada tapi-tapian, mulai sekarang kamu harus les, nanti papa yang cariin
orangnya,nanti papa suruh kerumah.

Tapi..tapi.., belum selesai Dira berkata papanya sudah meninggalkannya terlebih dahulu.
Dirapun hanya bisa pasrah, kini setiap malam Dira hanya bisa belajar,belajar, dan belajar
untuk mempersiapkan UN-nya. Hingga waktu yang ditunggu-tunggu pun datang, UN sudah
di depan mata, namun masih banyak materi yang belum dipahami oleh Dira, Dira pun
berusaha lebih keras dan akhirnya waktu kelulusan tiba, nilai per mata pelajaran Dira
memang naik, tetapi entah mengapa hingga saat kelulusan ini tiba, belum ada satupun
perguruan tinggi yang menerimanya. Dira pun sedih, belum selesai kesedihan itu,muncul
kesedihan lainnya yaitu ketika mendengar bahwa ayahnya terlilit utang karena menunggak
pembayaran biaya Wi-Fi Hotspot yang ternyata jumlahnya begitu banyak. Dira pun
menyesali semua perbuatan yang ia lakukan dahulu, ia kini merasa bahwa dirinya tidak bisa
apa-apa untuk membantu keluarganya. Dira merasa bersalah kepada ayahnya yang selama ini
sudah memberi apa yang Ia mau, hingga Ia tidak bisa mengontrol apa yang sudah di
amanahkan padanya Ia pun hanya bisa menangis menyesali semua yang terjadi, Dira pun
berpikiran bahwa bunuh diri adalah jalan terbaik untuk mengakhiri ini semua, seketika itu
pula Dira pergi berlari ke arah jembatan yang airnya mengalir sangat deras. Sesaat sebelum
melompat ada seseorang yang mencegahnya.

Dira ! Jangan lakukan hal bodoh itu, ayo pulang, kita pasti bisa selesaikan masalah ini
sama-sama, mama sayang Dira, ujar mama Dira sambil menangis tersedu-sedu.

Dira tidak mendengarkan kata-kata mamanya dan akhirnya ia pun terjun ke sungai dengan
perasaan yang begitu menyesal. Namun sayup-sayup Dira mendengar suara ayahnya.

Dira kamu kenapa, Dira bangun ayo sholat udah subuh ini, Dira...Dira bangun ucap
papanya Dira sembari mengguncang-guncang tubuh Dira.

papa... ucap Dira diiringi tangisan.

eh kenapa kamu kok tiba-tiba nangis ? .

Papa, maafin Dira,Dira janji enggak akan sering-sering main game lagi, Dira janji bakalan
belajar yang sungguh-sungguh Dira enggak mau buat mama,papa kecewa, maafin Dira pa
ucap Dira sambil menangis tersedu-sedu di pelukan papanya.

iya-iya papa percaya kok, ya udah ayo sholat subuh, mama udah nungguin tuh ucap papa
Dira.

Sejak saat itu Dirapun menjadi anak yang rajin, ia lebih mementingkan sekolah dan
belajar, ketimbang bermain game yang hanya akan membuatnya semakin malas Ia sadar
bahwa kehidupan nyata itu lebih menyenangkan dibanding kehidupan maya yang membuat
dia lupa akan segalanya termasuk keluarganya. Apapun akan Dira lakukan agar dia bisa lulus
perguruan tinggi yang ia impikan dan bisa membuat orangtunya bahagia terhadap dia.

syukurlah mungkin gara-gara mimpi itu dia berubah jadi seperti ini, batin papa Dira yang
tidak sengaja melihat Dira belajar dengan sungguh-sungguh di dalam kamarnya
BIODATA PENULIS

Nama saya Raihanah Fathindya Pratiwi, bisa di panggil hana, Lahir di Musi Banyuasin, 14
Februari 2000, saya anak ke dua dari tiga bersaudara yang ingin mencoba menjadi penulis.
Hobi saya bermain game, mendengarkan musik, dan tidur malam. Saya siswa dari SMA
Negeri 2 Sekayu , jurusan IPA, alamat e-mail : raihanahpratiwi@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai