Identitas suatu bangsa merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan jati
diri sebuah bangsa ataupun negara yang pada prinsipnya identitas itulah yang sedikit banyak
menandakan eksistensi sebuah bangsa di lingkungan internasional. Bertolak dari konsep
diatas, adalah sangat penting bagi setiap bangsa (di dunia ini) untuk mampu mempertahankan
jati-diri nasionalnya demi menjaga eksistensi bangsa tersebut terutama dalam meningkatkan
aspek harga diri serta kehormatan bangsa tersebut.
IDENTITAS NASIONAL
Identitas secara terminologi dapat diartikan sebagai suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian tersebut, identitas nasional dapat berarti setiap bangsa memiliki ciri khas,
keunikan dan sifat-sifat yang berbeda dengan bangsa lain. Dengan demikian, identitas
nasional merupakan jati diri bangsa atau kepribadian suatu bangsa. Pada umumnya
pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas
dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.
Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang beda dengan
orang lain. Oleh karena itu, kepribadian tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang
dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981:6).
Dari pengertian kepribadian dan bangsa, maka identitas nasional itu benar-benar
melekat pada setiap individu yang mengaku menjadi suatu bangsa tertentu. Identitas Nasional
sebuah bangsa sangat erat kaitannya dengan budaya dasar dari bangsa itu sendiri. Dan khusus
untuk bangsa Indonesia, masalah Identitas Nasional ini tidak dapat dilepaskan dari Dasar
Negara Pancasila.
GLOBALISASI
Globalisasi adalah suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung. Didalam Konferensi
Berlin dari kelompok yang menyebut dirinya sosial demokrat, Shimon Peres menyatakan
kekuatan globalisasi sebagai pengalaman seseorang yang bangun pagi dan melihat segala
sesuatu berubah. Banyak hal yang kita anggap biasa, banyak paradigma yang kita anggap
suatu kebenaran tiba-tiba menghilang tanpa bekas. Menurut Budi Winarno, globalisasi
menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak wajah) yang menimbulkan beraneka ragam
pandangan dan interprestasi, terutama jika dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusia di
dunia.
Globalisasi saat ini bergerak dengan sangat cepatnya, kemajuan teknologi informasi
serta komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa
batas. Setiap orang bisa berbicara dan bertatap muka dengan berbagai masyarakat dari
berbagai belahan dunia lainnya. Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dan informasi
mempengaruhi keberadaan bidang-bidang lain. Misalnya bisnis, transportasi, pembangunan,
pendidikan, budaya. Pengaruh dari adanya kemajuan ini memudahkan proses transaksi bisnis
dan transportasi maka secara otomatis akan memudahkan masuknya budaya-budaya asing
yang akan mempengaruhi identitas nasional.
Dalam identitas nasional, budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa.
Pada saat ini budaya lokal (daerah) perlahan-lahan mulai berubah dan bahkan ada bagian-
bagian tertentu yang hilang, ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berpikir
dan menerapkan budaya nasional dalam tata kehidupan secara format bisnis yang
dibangunnya. Seperti beberapa menu makanan dan tata budaya lokal mulai terasa asing
diterapkan, seperti model keputusan ke daerah mulai ditinggal dan dipakai format keputusan
budaya nasional, padahal kearifan budaya daerah juga mampu menyelesaikan berbagai
macam permasalahan.
Pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada masyarakat perkotaan yang telah
mengalami akulturasi dari berbagai budaya, karena masyarakat kota bersifat heterogen.
Contohnya terlihat pada acara-acara pesta perkawinan tertentu yang diadakan di perkotaan
dimana mempelai laki-laki dan perempuan kadangkala ditemui tidak lagi memakai pakaian
adat mereka, namun telah memakai pakaian yang bergaya barat seperti jas dan gaun. Contoh
yang lainnya dapat dilihat dalam penyelesaian konflik dan proses pengambilan keputusan di
masyarakat, yaitu dalam proses penyelesaian konflik tidak lagi mengedepankan konsep
penyelesaian secara adat, padahal penyelesaian secara adat mampu memberi pengaruh
penguatan rasa persaudaraan. Dari melihat contoh diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia
mampu mempengaruhi budaya yang sudah ada.
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh berbagai
negara, maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
tersebut. Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Untuk
menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang
merupakan jati diri bangsa, diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan,
budaya dan Bela Negara.
a. Mengembangkan Nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah
memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa . Secara umum,
nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk segala aspek yang
terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan
sikap nasionalisme, yaitu :
1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa cinta dan
bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.
2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa dilakukan
dengan beberapa perbuatan misalkan membaca, menonton, mengunjungi hal-hal yang
berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan jiwa
nasionalisme yang sudah ada dari masing-masing individu.
3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik, teknologi dan
lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban demi
bangsa.
Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme yaitu :
Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan dengan
sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari bangsanya, termasuk
budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam negeri dan adat istiadat masing-
masing suku. Dengan demikian, hal ini merupakan sikap yang menjadi salah satu faktor
penentu dalam mempertahankan identitas nasional.
b. Pendidikan
Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun
informal . Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat dikembangkan melalui
pendidikan. Pendidikan nasional mempunyai peran yang sangat besar didalam pembentukan
jati diri bangsa Indonesia. Salah satu kenyataan bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan
budaya yang beraneka ragam dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya
masing-masing merupakan kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa
Indonesia yang multikultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri
bangsa, peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan
untuk mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal .
Hal ini sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di
blog-nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan identitas
nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa pendidikan
merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom), pengetahuan
(knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena mengapa pendidikan
adalah yang pertama dan utama .
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama
Sputnic pada 4 Oktober 1957, Amerika Serikat meradang. Amerika adalah negara besar
dengan kemampuan teknologi yang paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet. Presiden
AS ketika itu memerintahkan untuk membentuk special unit. Tim ini tidak berkeinginan
untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya adalah meninjau kembali kurikulum
pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi.
Dengan bekerja keras dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan
statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan
sudah tidak layak lagi dan harus direvisi.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan
dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan
sampai pada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan
hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 Juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia
pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil
mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan
seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perguruan tinggi. (C. Winfield dan Scoot
dalam Zaim. 2007).
Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia II
dengan dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus
1945. Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan. Bahkan Kaisar Jepang waktu itu
menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Namun sang
Kaisar langsung memanggil pucuk pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih
hidup?. Sebuah pertanyaan sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah
awal segalanya.
Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah
dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil
telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah
bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka akan
mengalami kehancuran dari bangsanya.
Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan kemajuan
suatu bangsa. Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas nasional yang
dikembangkan melalui pendidikan diharapkan akan memberi harapan positif bagi kemajuan
bangsa ini untuk mempertahankan karakteristiknya sebagai sebuah bangsa yang beradab,
bangsa yang santun, bangsa yang toleran, bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
c. Pelestarian Budaya
Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam
kebudayaan tersebut . Budaya merupakan salah faktor penentu jati diri bangsa. Pada
pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai
sebagai bagian dari tata kehidupan sehari-hari . Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan
dalam kehidupan dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan
masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka
panjang, sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada
kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh budaya
asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan kembali jati diri dan
budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus dilakukan :
1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar
sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan
bermartabat.
2. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun legislatif untuk
membangun dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat kebangsaan di setiap hati
nurani rakyat.
d. Bela Negara
Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut menunjukkan bahwa bela negara
merupakan hak dan sekaligus kewajiban bagi setiap warga negara, ini membuktikan bahwa
bela negara juga menjadi suatu aturan agar setiap warga negara harus melakukan tindakan
bela negara demi ketahanan dan eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela
negara diartikan dengan cara mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara
indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia berhasil mengalahkan
para penjajah dan merdeka, konsep bela negara berbuah dalam arti tidak tertapaku lagi harus
mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini, setiap orang dapat melakukan bela negara dengan
caranya masing-masing, menurut profesinya atau pekerjaannya. Dalam konsep bela negara
diinterpretasikan secara labih luas lagi sehingga meliputi segala bidang dalam kehidupan
bernegara. Dalam upaya pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan disadasarkan
atas kecintaan terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan seorang
dokter menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi dokter
yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun contoh yang lain
dala dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan kemudian mengikuti lomba di tingkat
internasional dan dapat meraih juara. Dari berbagai sikap yang dilakukan oleh warga negara
sebagai rasa cinta terhadap negara dan pembelaan negara ini dapat mengharumkan nama
bangsa indonesia. Dengan sendirinya juga setiap warga negara sudah memberikan sumbangsi
terhadap ketahanan nasional dan eksistensi dari pada identitas nasional.
Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam
Indonesia, kependudukan Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Menghadapi identitas nasional, bangsa Indonesia sendiri masih
kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana untuk menyatukan negara yang mempunyai
banyak sekali kelompok etnis, yang memiliki pengalaman yang berbeda dari satu wilayah ke
wilayah lainnya. Namun saat ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas
bangsanya. Karena kebiasaan atau pun budaya masyarakat kita telah bercampur dengan
kebiasaan dan kebudayaan negara-negara lain. Indikator identitas nasional itu antara lain pola
perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti adat-istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara seperti bendera, bahasa,
dan lagu kebangsaan.