Disusun oleh:
Agung Dwi Rahmawan
201310370311164
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Keterkaitan antara
Surat Obligasi dengan Devisa Negara tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat
teratasi dengan baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Pengertian Obligasi.............................................................................................4
2.2 Pengertian Devisa Negara...................................................................................6
2.3 Keterkaitan Surat Obligasi dengan Devisa Negara............................................10
2.4 Pengaruh Obligasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi.......................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dibayar obligasi, tingkat kepastian pembayaran kembali atau kondisi ekonomi
secara keseluruhan terutama tingkat inflasi yang mempengaruhi tingkat suku
bunga bank.
Di dalam prospektus yang disampaikan kepada para calon investor, disajikan
ringkasan fakta dan pertimbangan-pertimbangan penting. Misalnya tentang
anggaran dasar perusahaan, bidang usaha perusahaan termasuk mencantumkan
jumlah nominal obligasi dan tujuan penggunaanya. Data-data penting seperti
laporan keuangan terbaru dilampirkan secara utuh. Riwayat singkat emiten dan
para pemegang saham, struktur perusahaan, kegiatan dan prospek usaha. Pada
bagian awal prospektus akan dituliskan ringkasan penawaran umum yang akan
menjelaskan identitas obligasi tersebut.
Pada umumnya, semakin panjang waktunya maka akan semakin tinggi tingkat
bunga yang ditawarkan untuk menutupi resiko tambahan yang dikarenakan
jangka waktu investasi yang sangat panjang. Hubungan antara tingkat suku bunga
yang dibayarkan suatu obligasi (jangka pendek maupun jangka panjang) dengan
tanggal atau tahun jatuh temponya disebut kurva hasil (Yield Curve). Yield adalah
apa yang sebenarnya investor dapatkan dari hasil menananmkan uangnya pada
obligasi. Kebanyakan kolom obligasi menyatakan yield saat ini (current) dalam
presentase. Para investor menggunakan current yield untuk membandingkan
nilai relatif suatu obligasi.
Devisa adalah valas yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri
dan dapat diterima di dunia internasional yang biasanya berada dalam
pengawasan otoritas moneter, yaitu Bank Sentral. Dalam kegiatan perdagangan
internasional, misalnya kegiatan ekspor dan impor, diperlukan alat pembayaran
yang diakui oleh dunia yang alat pembayaran tersebut menggunakan mata uang
kuat (hard currencies).
Dunia mengakui ada delapan mata uang sebagai hard currencies, yaitu
Amerika Serikat dengan mata uangnya US Dolar, Jepang-Yen, Inggris-
Poundsterling, Prancis-Franc, Switzerland-Franc, Germany-DM (Deutsche Mark),
Canada-Dollar, dan European-Euro. Devisa memiliki fungsi yang pada umumnya
sama seperti fungsi uang, hanya saja digunakan dalam lingkup transaksi
internasional atau antarnegara sebagai pembayaran antarnegara, pertukaran
2
barang dan jasa, mengukur kekayaan, menimbun kekayaan, dan cadangan
moneter.
Baik pemerintah maupun swasta dalam melakukan perdagangan internasional
harus memiliki cadangan devisa guna menjaga stabilitas moneter dan ekonomi
makro suatu negara. Cadangan devisa sendiri merupakan indikator moneter yang
menunjukkan kuat lemahnya ekonomi suatu negara. Cadangan devisa
didefinisikan sebagai sejumlah valas yang dicadangkan Bank Sentral (Bank
Indonesia) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar negeri, seperti
pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, berikut adalah tujuan dari
penulisan makalah ini:
1. Mengetahui keterkaitan antara surat obligasi dengan devisa Negara.
2. Mengetahui pengaruh surat obligasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
o Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik
penerbitnya.
o Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
o Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.
o Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
Karakteristik Obligasi:
Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi
secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu
5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin
tinggi Kupon / bunga nya.
Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga
obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal.
5
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan
nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut
adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
at premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai
obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.
at discount (dengan Discount): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal
Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka
nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.
7
Fungsi devisa
o Alat pembayaran hutang luar negeri
o Alat transaksi pembayaran barang dan jasa luar negeri
(perdagangan, ekspor, impor, dan seterusnya).
o Alat transaksi pembiayaan hubungan dengan luar negri seperti
membiayai kedutaan, misi budaya, hadiah, bantuan, dll
o Sebagai sumber pendapatan negara
Sumber-sumber devisa
o Pinjaman / hutang luar negeri: Pinjaman luar negeri yang berupa
uang, secara langsung dapat menambah devisa. Pinjaman ini dapat
digunakan untuk membayar semua pembiayaan ke luar negeri.
Meskipun ada kewajiban untuk mengembalikan, akan tetapi uang
yang diperoleh dari luar negeri tetap akan menambah devisa
negara.
o Hadiah, bantuan atau sumbangan luar negeri: Bantuan yang
diperoleh dari luar negeri dapat berupa barang ataupun uang.
Apabila bantuannya berupa barang, maka hal ini dapat menghemat
devisa negara. Mengapa? Karena negara dapat memperoleh barang
tanpa harus membayarnya. Sedangkan bantuan yang berupa uang,
otomatis dapat langsung menambah devisa negara.
o Penerimaan deviden atau jasa serta bunga dari luar negeri :
Penerimaan jasa adalah penerimaan devisa yang berasal dari
pengiriman jasa-jasa ke luar negeri. Apabila suatu negara
mengadakan atau menyelenggarakan jasa untuk negara lain, maka
negara tersebut akan memperoleh devisa. Misalnya Indonesia
mengirimkan tenaga kerjanya ke negara lain, berarti Indonesia akan
memperoleh devisa atas jasa yang telah digunakan oleh negara lain.
Selain pengiriman jasa tenaga kerja, ekspor jasa dapat berupa jasa
pengiriman barang-barang ke luar negeri serta jasa dari pelabuhan
dan bandar udara.
o Hasil ekspor barang dan jasa : Apabila suatu negara mengekspor
barang ke negara lain, maka negara tersebut akan memperoleh
devisa dari negara pengimpor berupa devisa. Semakin banyak
8
barang yang diekspor, maka devisa yang akan diperoleh juga
semakin banyak.
o Kiriman valuta asing dari luar negeri: Jumlah TKI yang bekerja di luar
negeri cukup banyak, sehingga dapat memberikan sumbangan
devisa ke negara kita cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pengiriman uang asing dari TKI yang bekerja di luar negeri untuk
keluarganya yang ada di Indonesia. Uang asing yang dikirimkan dari
luar negeri harus ditukar menjadi uang rupiah di bank devisa.
Penukaran inilah yang dapat menambah simpanan devisa bagi
negara.
o Wisatawan yang belanja di dalam negeri: Banyaknya turis yang
datang ke Indonesia dapat menambah devisa negara. Turis-turis
yang datang dari negara lain, tentunya akan membawa uang dari
negara asalnya. Akan tetapi uang dari negaranya tidak bisa
digunakan di Indonesia. Untuk itu, para turis harus menukarkan
uangnya menjadi mata uang rupiah. Penukaran uang asing menjadi
uang rupiah akan menjadi devisa bagi Indonesia. Semakin banyak
turis mancanegara yang datang maka pemasukan devisa akan
semakin banyak.
o Pungutan bea masuk : Bea masuk yang diperoleh dari pungutan
biaya barang-barang luar negeri yang dimasukkan ke Indonesia,
dapat menambah devisa. Semakin banyak arus barang luar negeri
yang masuk ke Indonesia maka devisa yang diperoleh akan semakin
banyak. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak barang-barang yang
masuk tanpa ada izin (diselundupkan), sehingga hal ini dapat
mengurangi perolehan devisa bagi negara.
9
2.3 Keterkaitan Surat Obligasi dengan Devisa Negara
Kehadiran obligasi pemerintah merupakan bentuk instrument utang
pemerintah untuk menyerap dana yang ada di pasar domestic. Hal ini merupakan
strategi pemerintah guna menutupi defisit anggaran Negara. Perilaku keuangan
pemerintah khususnya yang berhubungan dengan anggaran negara menjadi
perdebatan dikalangan pengambil keputusan, dalam hal ini pemerintah, ekonom
dan publik hingga saat ini. Pengambilan keputusan untuk mencari sumber dana
guna membiayai defisit anggaran adalah salah satu isu yang terus menjadi
perhatian.
Sumber pembiayaan defisit anggaran pemerintah Indonesia selama ini berasal
dari dalam dan luar negeri. Walaupun pada praktiknya sumber dana untuk
membiayai defisit anggaran dari dalam negeri, khususnya yang berasal dari
obligasi pemerintah untuk pasar domestik, baru diperkenalkan ke publik pada
tahun 1999. Upaya ini dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan
mengembangkan pasar obligasi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
terhadap utang luar negeri.
Obligasi pemerintah sering disebut dengan Surat Utang Negara (SUN). Surat
utang negara menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 merupakan surat
berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah dan valuta
asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara Republik
Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya atau masa jatuh tempo.
10
ada yang masuk ke dalam sistem keuangan perbankan kita. Ekonominya tumbuh
dan sibuk.
Hutang di jama orba dikatagorikan sebagai pinjaman luar neger dalam bentuk
hibah, proyek, dan pinjaman untuk menutup defisit. Sekarang dikenal juga
pinjaman domestik berupa obligasi Republik Indonesia (ORI) maupun Surat Utang
Negara (SUN). SUN bisa dalam Rupiah maupun mata uang asing US$ ataupun
Yen. Misalnya dalam mata uang Yen dikenal sebagai Samurai Bond.
Adanya instrumen pinjaman domestik khususnya dalam nominal Rupiah tentu
menyehatkan ekonomi karena mengurangi tekanan atas kebutuhan US$ ataupun
Yen untuk membayar hutang kelak. Ini menghindari gejolak nilai tukar mengingat
cadangan devisa kita tidaklah besar sekali.
Hutang dalam negeri dapat dikatakan positif maknanya. Hanya saja klaim atas
berkurangnya hutang Luar Negeri dibanding jaman dulu dapat diartikan sebagai
bahwa sebagian hutang LN tersebut sebenarnya dikonversikan menjadi hutang
domestik berupa SUN. Maka walau hutang LN berkurang, tetap saja total hutang
membengkak drastis. Karena hutang domestik melejit. Misalnya obligasi rekap
perbankan pasca BPPN. Itu siap menjadi bom waktu. Di sisi lain pemerintah terus
lebih besar pasar daripada tiang dalam APBNnya sehingga terus menerbitkan
hutang atau SUN baru.
Hal lain yang perlu disimak juga apakah komponen hutang LN yang diklaim
berukang ini karena kegiatan ekonomi yang melemah dan proyek yang tidak ada.
Ingat bahwa sebagian pinjaman LN itu untuk pendanaan proeyk strategis. Kalau
anda pengusaha, pasti sependapat bahwa perusahaan yang tanpa hutang juga
mungkin karena kurang kegiatan bisnisnya.
Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dua terminologi
cadangan devisa, yaitu official foreign exchange reserve dan country foreign
exchange reserve, yang masing-masing mempunyai cakupan yang berbeda.
Pertama, merupakan cadangan devisa milk negara yang dikelola, diurus, dan
ditatausahakan oleh bank sentral, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU
No. 13 Tahun 1968. Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimilki badan,
perorangan, lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter
merupakan bagian dari kekayan nasional.
11
Menurut Bank Dunia, peranan cadangan devisa adalah:
Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis keuangan
pada akhir 1900-an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki
pandanganya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam
melindungi dari krisis mata uang.
Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian
kelayakan kredit dan kredibiltas kebijakan secara umum, sehinga
negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat memberi
pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman.
Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabiltas nilai tukar.
Salah satu cara pemerintah memperkuat cadangan devisa ialah dengan
menjual obligasi berdenominasi valuta asing atau dikenal dengan global bond.
Strategi ini ditempuh guna mencari sumber pendanaan dari pasar modal
internasional. Namun disamping itu pembayaran kewajiban atas global bond
yang jatuh tempo turut melemahkan cadangan devisa Indonesia.
12
Pada dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam
perekonomian berada dalam jumlah yang tepat sehingga dapat melancarkan
transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya
pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh
bank sentral, melalui berbagai instrumen, khususnya open market operations
(OMOs).
Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau
membeli obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian
dirasakan perlu ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi
negara di pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah, dan dilain pihak
bila bank sentral ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral
akan menjual sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank
sentral. Perlu difahami bahwa portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut
memberikan pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.
Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini Bank Indonesia belum memiliki
obligasi negara yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia
telah menerbitkan obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi
bank-bank yang bermasalah, tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru
pada tahap awal dan volume transaksi jual beli di pasar sekunder tersebut masih
sedikit. Selama ini Bank Indonesia masih mempergunakan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) untuk melaksanakan OMOs. Disamping menimbulkan beban pada
Bank Indonesia, karena BI harus membayar bunga SBI yang cukup tinggi, jangka
waktu SBI juga sangat pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen ini
sebenarnya kurang memadai untuk dipakai dalam OMOs
Sejak dilanda krisis pada pertengahan 1997, utang luar negeri diperkirakan
akan membawa beban negatif terhadap perekonomian. Perkiraan didasarkan
fakta bahwa utang luar negeri Indonesia dewasa ini terus membengkak. Dengan
semakin bertambahnya akumulasi utang, pertumbuhan PDB dan investasi mulai
menurun.
Dalam kasus Indonesia, pola bertambahnya akumulasi utang dimulai sejak
maraknya semangat liberalisasi dan deregulasi sekitar tahun 1988 dan peniadaan
platform utang sebagai pelengkap dalam GBHN. Artinya, utang sejak saat itu i
bukan lagi dipandang hanya sebagai pelengkap, tetapi malahan sebagai sumber
13
utama. Kondisi ini semakin diperparah dengan terus meningkatnya jumlah utang
luar negeri tanpa diiringi oleh kebijakan utang yang hati-hati (prudent borrowing
policy), khususnya pada utang swasta. Dengan demikian, utang tidak akan
mampu mendorong investasi dan pertumbuhan PDB, tetapi sebaliknya telah
menyebabkan kondisi krisis utang di Indonesia.
Terdapat dua alternatif untuk menghadapi kondisi utang negara yang sudah
memprihatinkan di atas, yaitu pertama, pengembangan pasar obligasi
pemerintah. Setidak-tidaknya terdapat tiga alasan perlunya dikembangkan pasar
obligasi pemerintah,
Untuk membangun struktur utang pemerintah yang berkesinambungan.
Pasar sekunder yang berkembang akan mendukung upaya pemerintah
untuk merefinancing utang-utangnya secara sustainable sehingga utang
domestic pemerintah pada masa yang akan datang dengan lebih seimbang
jatuh temponya.
Untuk mengurangi ketergantungan utang luar negeri. Pengembangan pasar
obligasi pemerintah akan memberikan alternatif yang lebih fleksible dalam
mengkombinasikan utang domestik dan utang luar negeri dengan beban
biaya yang paling rendah (minimum). Disamping itu obligasi yang likuid juga
akan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan
terhadap utang luar negeri dengan mengandalkan mobilisasi dana dari
sumber domestik.
Mendukung efektivitas bank sentral dalam melaksanakan kebijakan
moneter Sebagai instrumen operasi pasar terbuka (OPT), Bank Indonesia
selama ini hanya menggunakan SBI, karena belum adanya government
securities. Padahal di beberapa negara, bank sentral telah menggunakan
obligasi pemerintah sebagai instrumen OPT. Sebagai prasyarat instrumen
OPT, obligasi ini harus tersediadalam jumlah yang cukup, kesinambungan
penerbitannya, likuid. Disamping itu juga perlu adanya koordinasi otoritas
fiskal dan moneter agar price stability terjamin, fiskal sustainable tidak
terancam, dan market principles tetap dapat berfungsi independen.
Beberapa persyaratan yang diperlukan agar pasar obligasi dapat berkembang
Khususnya di pasar sekunder antara lain adalah:
Credit worthiness penerbit (pemerintah) khususnya dimata investor asing.
14
Adanya perangkat hukum yang memadai untuk melindungi kepentingan
investor.
Basis investor yang luas (dari wholesale sampai dengn retail).
Adanya sistem perpajakan yang memadai.
Adanya lembaga perantara yang memadai, dan f) adanya dukungan system
pembayaran yang efisien, aman dan cepat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan atau
pemerintah dengan nilai nominal (nilai pari / par value) dan waktu jatuh tempo
tertentu. Karena seseorang memberikan pinjaman uang kepada perusahaan atau
pemerintah, maka peminjam (perusahaan atau pemerintah) akan
mengembalikan pinjaman tersebut ditambah dengan bunganya selama jangka
waktu tertentu.
Devisa adalah valas yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri
dan dapat diterima di dunia internasional yang biasanya berada dalam
pengawasan otoritas moneter, yaitu Bank Sentral. Dalam kegiatan perdagangan
internasional, misalnya kegiatan ekspor dan impor, diperlukan alat pembayaran yang
diakui oleh dunia yang alat pembayaran tersebut menggunakan mata uang kuat (hard
currencies).
16
DAFTAR PUSTAKA
17