Disusun oleh:
Agung Dwi Rahmawan
201310370311164
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dampak Kebijakan Fiskal
Yang Kurang Tepat Oleh Pemerintah, Menyebabkan Adanya Inflasi Barang Dan Jasa Di
Indonesia tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat teratasi
dengan baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan................................................................................................................. 6
3.2 Saran................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 21
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kedua kebijakan ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah
dibidang ekonomi. Pada dasarnya sebagian besar upaya stabilisasi makro ekonomi
berfokus pada pengendalian atau pemotongan anggaran belanja pemerintah dalam
rangka mencapai keseimbangan neraca anggaran. Oleh karena itu, setiap upaya
mobilisasi sumber daya untuk membiayai pembangunan publik yang penting hendaknya
tidak hanya difokuskan pada sisi pengeluaran saja, tetapi juga pada sisi penerimaan
pemerintah. Pinjaman dalam dan luar negeri dapat digunakan untuk menutupi
kesenjangan tabungan.
Dalam jangka panjang, salah satu potensi pendapatan yang tersedia bagi
pemerintahan untuk membiayai segala usaha pembangunan adalah penggalakan pajak.
Selain itu, sebagai akibat ketiadaan pasar-pasar uang domestik yang terorganisir dan
terkontrol dengan baik, sebagian besar pemerintahan Negara- Negara Dunia Ketiga
memang harus mengandalkan langkah-langkah fiskal dalam rangka mengupayakan
stabilisasi perekonomian nasional dan memobilisasikan sumber-sumber daya
(keuangan) domestik.
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus
atau penurunan nilai mata uang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang
yang pernah terkena dampak Krisis Ekonomi Global. Pada tahun 1998 Indonesia benar -
benar merasakan dahsyatnya goncangan krisis financial yang merembet pada
kepercayaan. Setelah itu Ekonomi Indonesia mulai bergerak dan bangkit kembali,
namun pada tahun 2004 perlahan kondisi Ekonomi Indonesia mulai merasakan tekanan
kembali yang merupakan imbas dari kenaikan harga minyak dunia dengan
diumumkannya kenaikan harga BBM oleh Menteri Koordinator Abu Rizal Bakri pada
tanggal 1 Maret 2004. Dan baru - baru ini kenaikan BBM kembali terjadi tepatnya pada
tanggal 21 Juni 2013 lalu.
Semenjak peristiwa kenaikan BBM tersebut, Indonesia benar - benar mengalami
inflasi. bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga barang - barang pokok
pun ikut melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat Indonesia semakin
berat. Walaupun dengan adanya BLSM, Masyarakat tidak dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan pokoknya. Selain itu turunnya nilai mata uang rupiah juga dirasakan oleh
semua orang, Khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah.
6
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, berikut adalah tujuan dari
penulisan makalah ini:
1. Mengetahui dampak kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi.
2. Mengetahui inflasi yang terjadi di Indonesia.
3. Mengetahui dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi di Indonesia.
4. Mengetahui pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah menyangkut inflasi
yang terjadi di Indonesia.
7
BAB II
PEMBAHASAN
kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, yang menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya
pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari
75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan
masyarakat miskin. Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia
termasuk dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan
masyarakat ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup besar, maka
sebenarnya dapat dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal
dari hyperinflation. Contoh peristiwa Inflasi:
a. Pasca kenaikan harga bbm subsidi
Baru - baru ini pemerintah Indonesia menaikkan harga bbm pada tanggal 21
juni lalu. Hal ini membuktikan bahwa bangsa kita benar - benar mengalami
masalah naiknya harga bbm. Hal ini terjadi dikarenakan permintaan masyarakat
akan konsumsi bbm melambung tinggi sementara stock atau persediaan bbm
semakin menipis. Berbagai upaya telah pemerintah lakukan untuk mengatasi krisis
bbm ini, awalnya pemerintah melakukan pembatasan pengguna bbm subsidi.
Pembatasan ini dilakukan pada bbm premium yang menjadi sasaran utama oleh
pemerintah kepada kendaraan dinas. Namun usaha ini dapat dikategorikan gagal
karena terbukti masih banyak kendaraan dinas yang menikmati bbm subsidi yaitu
dengan cara membeli kepada pedagang eceran sehingga bbm non subsidi kurang
laku di pasaran. Menanggapi pemakaian bbm subsidi yang diukur masih tinggi,
pemerintah menaikkan harga bbm atau mngurangi jatah subsidi yang diberikan
oleh pemerintah. Kenaikan harga bbm memperberat beban hidup masyarakat
terutama mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para pengusaha,
karena kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan itu akan
mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan
sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan.
Naiknya harga bbm di Indonesia diawali oleh naiknya harga minyak dunia.
Yang membuat pemerintah tidak dapat menjual bbm kepada masyarakat dengan
harga yang sama dengan harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan
pengeluaran apbn untuk subsidi minyak menjadi lebih tinggi. Maka pemerintah
mengambil langkah untuk menaikkan harga bbm.
10
faktor ekonomi namun juga dapat menyebabkan perubahan faktor ekonomi yang
lain.
c. Turunnya nilai riil kekayaan masyarakat
Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk
kas, karena nilai tukar kas tersebut akan menadi lebih kecil, karena secara nominal
harus menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar. Sebagai misal, jika
uang rp. 10.000,- tadinya bisa dibelikan 10kg beras yang berharga rp.1000,-/kg,
maka setelah adanya inflasi uang rp.10.000,- tersebut hanya dapat ditukarkan
dengan 5kg beras saja, karena sekarang harga beras menjadi lebih mahal
(rp.2000,-/kg). Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva
tetap (umumnya golongan ekonomi menengah ke atas) justru diuntungkan
dengan kenaikan harga akibat inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi akan
membuat jurang kesenjang akan semakin lebar.
4. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah
diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya,
sebelum inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi
= 20 gram emas.
5. Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari
tabungan dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga
yang terjadi. Di samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa,
nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan
dengan sebelum terjadi inflasi.
Seperti halnya yang terjadi di Indonesia pada saat krisis moneter yang selanjutnya
menjadi krisis ekonomi, inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor
(imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari
terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya.
Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan
penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika.
Dalam menstabilkan nilai kurs, pemerintah Indonesia cenderung lebih banyak
memainkan instrumen moneter melalui otoritas moneter dengan tight money policy
yang diharapkan selain dapat menarik minat para pemegang valuta asing untuk
menginvestasikan modalnya ke Indonesia melalui deposito, juga dapat menstabilkan
tingkat harga umum.
Tight money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI
(melalui open market mechanism) sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif untuk
mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga kredit untuk
sektor riil. Akibatnya, akan menyebabkan timbulnya cost push inflation karena adanya
interest rate-price spiral. Apabila tingkat suku bunga (deposito) perbankan sudah terlalu
tinggi, sehingga dana produktif (dana untuk berproduksi atau berusaha) yang ada di
masyarakat ikut terserap ke perbankan, maka akan dapat menyebabkan timbulnya
stagnasi atau bahkan penurunan output produksi nasional (disebut dengan Cavallo
effect). Lebih lagi bila sampai terjadi negatif spread pada dunia perbankan nasional,
maka bukan saja menimbulkan kerusakan pada sektor riil, tetapi juga kerusakan pada
industri perbankan nasional (sektor moneter). Jika kebijaksanaan ini terus dilakukan
oleh pemerintah dalam jangka waktu menengah atau panjang, maka akan terjadi
depresi ekonomi, akibatnya struktur perekonomian nasional akan rusak.
Jika demikian halnya, maka sebaiknya kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan
hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan
memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya
mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada.
Dengan berpedoman pada berbagai hambatan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia yang telah disebutkan di atas, maka perlu berbagai upaya
pembenahan, yaitu :
17
c) Ketiga, mengubah sifat industri dari yang bersifat substitusi impor kepada
yang lebih bersifat promosi ekspor, agar terjadi efisiensi di sektor harga
dan meningkatkan net export.
d) Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah
yang tinggi dan memiliki kandungan komponen lokal yang relatif tinggi
pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan pengeluaran pemerintah dan
perpajakan yang secara langsung memengaruhi permintaan total dan
memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut.
a) Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak
yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok
masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
b) Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau
menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
c) Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang
dilakukan pada masyarakat dan mengembalikannya di kemudian hari,
misalnya dalam bentuk pensiun.
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga secara umum yang terjadi
secara terus menerus namun juga mempengaruhi menurunnya nilai mata uang
negara. Misalnya apabila persediaan uang yang semakin sedikit dapat
menyebabkan kenaikan harga secara umum. Dan harga yang tinggi namun
persediaan uang cukup banyak maka tidak menunjukkan terjadinya inflasi.
Masalah inflasi di Indonesia bukanlah hanya sekedar masalah dalam kurun
waktu jangka pendek namun inflasi tersebut bisa menjadi masalah yang
berkepanjangan apabila tidak segera di atasi dengan benar. Inflasi yang terjadi di
Indonesia ini benar - benar membuat Indonesia semakin terpuruk khususnya
yang dirasakan oleh masyarakat. Namun inflasi yang terjadi di Indonesia bukan
lah semata - mata disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijakan - kebijakan
moneter oleh pemerintah tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan
- hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya
dapat diatasi.
20
3.2 Saran
1. Untuk menangulangi inflasi, maka pemerintah perlu menerapkan kebijakan
fisikal dan moneter yang tepat. Tujuan kebijakan tersebut untuk menjaga
kestabilan nilai tukar dan kestabilan harga dengan tepat.
Bahwa pada dasarnya tingkat inflasi di Indonesia cukup tinggi karena
tingginya tingkat jumlah uang beredar dan tekanan perekonomian,
Pemerintah seharusnya tetap dan benar-benar memegang teguh sikap yang
penuh kehati-hatian dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Hal ini ditujukan
untuk menimbulkan dalam penyejukan terhadap perkembangan kegiatan
ekonomi.
2. Perlu dikaji ulang kebijakan perpajakan di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
karena belajar dari negara-negara yang tax ratio pajak secara keseluruhannya
sudah tinggi, mereka cenderung konservatif dalam kebijakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Hal ini karena dimaklumi bahwa kebijakan tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terkait langsung dengan kelancaran arus
barang dan jasa yang merupakan prasyarat bergeraknya roda
perekonomian dan akan menciptakan multiplier effect yang pada gilirannya
akan meningkatkan potensi pajak secara keseluruhan.
21
DAFTAR PUSTAKA