BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam arti yang luas, kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan tidak hanya
terbatas berlaku dalam suatu orgasnisasi atau kantor tertentu. Kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh
aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu
organisasi tertentu, melainkan kepemimpinan bisa tejadi dimana saja asalkan seseorang
menunjukkan kemampuannya mempengaruhi orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan
tertentu (Pawikan, 2011). Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang
melakukan sesuatu yang anda yakini sebaiknya dikerjakan (Kouzes dan posner dalam
potter, 2005). Kepemimpinan dalam bahasa inggris adalah leadership yang berasal
dari kata lead yang berarti pergi- suatu arah dimana seseorang dipengaruhi untuk
mengikuti. Pemimpin merupakan orang yang memperlihatkan cara dan telah
mendapatkan gambaran jelas tentang sesuatu. ( Potter and Perry, 2005).
Organisasi yang sukses membutuhkan kepemimpinan dan manajemen. Seorang
penulis telah membuat konsep tentang kedua fungsi dengan menyatakan bahwa
manajemen mendorong ketepatan dan menaiki tangga kesuksesan; kepemimpinan
menetukan apakah tangga yang di naiki bersandar pada dinding yang kokoh (covey
dalam potter, 2005). Dalam menyukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin
perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada
pegawainya. Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai
dalam berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling
tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang
dapat memaksimumkan kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi
dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan menjadi faktor pertama dalam meningkatkan kinerja secara
berkelanjutan. Pada proses ini pemimpin mempunyai peran yangbesar dalam menentukan
pelaksanaan organisasi suatu perusahaan. Seorang pemimpin dituntut untuk memberikan
arahan yang jelas terhadap visi dan misiorganisasi tersebut, dan mampu menjalankan
organisasi dengan baik agar hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan (Dibyo,2016).
22
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada
perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak (Purba, 2012).
Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang melakukan sesuatu yang anda
yakini sebaiknya dikerjakan (Kouzes dan Posner dalam Potter, 2005). Menurut
(Armstrong dalam Sudarmanto, 2014), menyatakan bahwa Kepemimpinan adalah proses
memberi inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
Kartini Kartono (1983) pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan khususnya kecakapan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian
satu atau beberapa tujuan. Soerjono Soekanto (2001: 318) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang
yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya. Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku
sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara
kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial.
Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan
kewajibankewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau
suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa kepemimpinan merupakan
suatu tindakan dimana dalam mengambil suatu keputusan pemimpin melibatkan
bawahannya dalam memecahkan masalah sehingga dapat terbentuk keputusan bersama
sesuai dengan aspek-aspek kepemimpinan, yaitu konsultasi, pengambilan keputusan
bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi, dan serta manajemen.
anak buah, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak
dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinan. Wahyudi
(2009) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan yang ditampilkan dalam proses
manajerial secara konsisten disebut sebagai gaya (style) kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan dimaksudkan sebagai cara berperilaku yang khas dari seorang pemimpin
terhadap para anggota kelompok. Dengan demikian, gaya kepemimpinan adalah cara
pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota kelompok.
Miftah Thoha (2010) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola
perilaku yang konsisten yang kita tunjukkan dan diketahui oleh pihak lain ketika kita
berusaha memengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan
adalah suatu pola perilaku yang secara konsisten diketahui oleh pihak lain ketika
mempengaruhi orang lain.
Terdapat lima gaya kepemimpinan menurut Siagian (2002), yaitu:
1) Tipe pemimpin yang otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik adalah Seorang pemimpin yang menganggap
organisasi adalah milik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi; Menganggap bahwa sebagai alat mata mata; Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya; Dan
dalam tindak penggeraknya sering menggunakan approach yang menggunakan
unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum).
2) Tipe pemimpin yang militeristik
Seorang pemimpin militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat sifat sebagai berikut:
a) Dalam menggerakkan bawahannya sistem perintah yang sering
dipergunakan.
b) Dalam menggerakkan bawahannya senang bergantung pada pangkat
dan jabatan.
c) Senang kepada formalitas yang berlebih lebihan.
d) Menurut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya.
26
kepemimpinan. Klasifikasi teori kepemimpinan yang dalam tulisan ini disebut gaya
kepemimpinan mencakup pembawaan, keperilakuan, kontingensi dan integratif.
Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa paradigma kepemimpinan merupakan
bagian dari pola pikir yang mewakili cara berpikir, mempersepsikan, mempelajari,
meneliti dan memahami kepemimpinan secara fundamental. Keempat klasifikasi teori
kepemimpinan utama tersebut juga mewakili perubahan paradigma kepemimpinan
(Lussier dan Achua, 2001: 14-19).
2.3.1 Teori Kepemimpinan Berdasarkan Pembawaan
Kajian kepemimpinan pada mulanya didasarkan pada asumsi bahwa pemimpin
dilahirkan, tidak dibuat. Peneliti kemudian mengidentifikasi serangkaian pembawaan
pemimpin yang membedakan dengan pengikutnya, serta pemimpin efektif dengan
pemimpin tidak efektif. Teori pembawaan kepemimpinan mencoba menjelaskan
karakteristik khusus kepemimpinan yang efektif. Peneliti menganalisis pembawaan fisik
dan psikologis serta kualitas, seperti level kemampuan yang tinggi, keagresifan,
kepercayaan pada diri sendiri, daya persuasif yang dimiliki dan kekuasaannya dalam
mengidentifikasi serangkaian pembawaan yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses.
Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat dan perangai pemimpin tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik,
sosial dan psikologis (Introducing Leadership Studies, 2001: 18; Leadership, 2001: 1;
Sadler, 2001: 11).
Atas dasar pemikiran di atas ada anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha
dari para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil
melaksanakan tugas kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam
sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori
kepemimpinan yang disebut teori sifat kepemimpinan (Robbins, at.al., 1994: 469).
ini. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya
kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingakat kedewasaan bawahan. Namun, Hersey
dan Blanchard tidak merinci dan memberikan definisi kedewasaan sebagai suatu tingkat
kemantapan emosional.
2001: 358-359; Politis, 2002: 188-190; Lussier dan Achua, 2001: 374-384 Bass dan
Burns dalam Haryono, 2002: 7-10) sebagai berikut.
Karakteristik Pengikut
- Lokus pengendalian
- Kemampuan tugas
- Kebutuhan berprestasi
- Pengalaman
- Tuntutan kejelasan
Faktor-faktor Lingkungan
- Tugas-tugas pekerja
- Sistem kewenangan
- Kelompok kerja
Setelah Warren Bennis mempelajari 90 pemimpin yang paling efektif dan sukses di
Amerika serikat disimpulkan bahwa pemimpin kharismatik mempunyai empat
kompetensi yang sama yakni: mempunyai visi atau pemahaman tujuan; dapat
mengkomunikasikan visinya dalam kata-kata yang jelas sehingga para pengikutnya dapat
dengan mudah memihak; dapat menunjukkan konsistensi dan fokus dalam memburu visi
kepemimpinannya; dan tahu kekuatannya sendiri dan memanfaatkannya. Selain itu,
analisis yang paling menyeluruh telah dirampungkan oleh Congger dan Kanungo dari
Universitas McGill. Sebagian kesimpulan yang dibuat menyatakan bahwa pemimpin
kharismatik memiliki tujuan ideal yang ingin dicapai, memiliki komitmen pribadi yang
kuat pada tujuan, tidak konvensional, tegas dan percaya diri, serta sebagai agen
perubahan radikal, bukan manajer dari status quo.
34
Menurut Bass (1985) bahwa kharisma adalah bagian penting dari kepemimpinan
transformasional, namun kharisma itu sendiri tidak cukup untuk proses transformasional.
Pemimpin kharismatik lebih dari sekedar percaya diri pada keyakinannya, melainkan
pula melihat dirinya sendiri seperti mempunyai suatu tujuan dan takdir supranatural.
Sementara itu, pengikutnya bukan saja mempercayai dan menghormati pemimpin yang
kharismatik, melainkan pula memuja dan menyembah pemimpinnya sebagai seorang
pahlawan yang melebihi manusia atau tokoh spiritual. Pemimpin kharismatik dipandang
memiliki kebesaran, sekaligus menjadi katalisator mekanisme psikodinamik pengikutnya.
Seorang pemimpin kharismatik lebih besar kemungkinannya akan lahir manakala
para pengikut membagi sama norma-norma, keyakinan dan fantasi yang dapat dijadikan
sebagai basis bagi seruan emosional dan rasional oleh pemimpin tersebut. Namun, Bass
juga menyatakan bahwa tanggapan seseorang terhadap pemimpin kharismatik
kemungkinannya akan sangat terpolarisasi, karena pemimpin kharismatik dicintai oleh
35
beberapa orang namun dibenci oleh yang lainnya. Tanggapan yang terpolarisasi ini
membantu menjelaskan mengapa demikian banyak pemimpin politik yang kharismatik
menjadi sasaran pembunuhan.
Kata akhir yang perlu dipahami dalam hal ini ialah kepemimpinan kharismatik
mungkin tidak selalu diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja karyawan yang tinggi.
Namun, pemimpin kharismatik mungkin paling tepat jika tugas pengikut memiliki suatu
komponen ideologis. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pemimpin kharismatik lebih
dimungkinan muncul dalam konteks politik, agama, waktu perang atau apabila suatu
perusahaan bisnis memperkenalkan suatu produk yang benar-benar baru (baca: produk
kreatif dan inovatif) atau menghadapi suatu krisis yang mengancam kehidupannya.
sebagai proses yang berbeda namun tidak saling menafikan. Selain itu, Bass mengakui
bahwa pemimpin yang sama dapat menggunakan kedua jenis kepemimpinan tersebut
pada waktu dan situasi yang berbeda.
Perbandingan tipe kepemimpinan yang dibahas berikut ini diwakili oleh tipe The
Strong Man, The Transactor, Visionary Hero dan Superleader (Manz and Sims, 2001:
39). Pertama, the Strongman menggunakan kewenangan dalam posisinya untuk
mempengaruhi orang lain agar tunduk kepadanya karena rasa takut. Perilaku the
strongman yang paling umum adalah menginstruksikan, memerintah dan mengintimidasi.
Model ini didasarkan pada gagasan bahwa satu dari dua tipe
39
Ketiga, the Visionary Hero dicirikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh
pemimpin untuk menciptakan motivasi yang tinggi dan menyerap visi masa depan.
Pemimpin ini memiliki kapasitas untuk memberi kekuatan kepada orang lain untuk
merealisasikan visi yang ditetapkan. Jenis kepemimpinan ini terutama menyangkut proses
pengaruh atas-bawah. Pemimpin merupakan sumber kebijakan dan arahan, serta
cenderung menempati posisi sentral, sementara peran pengikut memudar dalam bayang-
bayang pemimpin. Kewenangan pemimpin didasarkan pada kapabilitas yang dimiliki
dalam membangkitkan komitmen pengikutnya terhadap visi pemimpin.
Keempat, the Superleadership, yaitu pemimpin yang mengarahkan orang lain agar
dapat mengarahkan dirinya sendiri. Pemimpin super dikenal pula sebagai pemimpin
pemberdaya. Tipe pemimpin ini terutama terfokus pada bawahan. Pemimpin menjadi
super memiliki kekuatan dan kebijaksanaan sejumlah orang karena membantu
melejitkan kemampuan para pengikut yang mengelilinginya (Manz dan Sims, 2001: 45).
Konsep Kepemimpinan
(1930 2003)
Teori Kepemimpinan
Integratif Teori Kepemimpinan Kharismatik
Teori Kepemimpinan Atribusi
- Robert House (1977)
- H. H. Kelley (1972, 1973)
- B. M. Bass (1985, 1990, 1992)
- J. C. McElroy (1982)
- T. R. Michell, et.al. (1981)
Teori Kepemimpinan
Transformational versus
Teori Kepemimpinann Transaksional
Super
(Studi- Manz and Sims (2001)
- B. M. bass (1985, 1990, 1992)
- Burns (1985)
Teori Kepemimpinan
Pengembangan
- Gilley and Maycunich
(1999, 2000)
kelompok dan semakin lebar pula kadar interaksinya dan semakin melibatkan banyak
orang.
b. Two Stage Model
Sedangkan dalam teori two stage model, disebutkan bila seorang pemimpin
mampu meningkatkan keterampilan pegawainya, maka secara bersamaan sebenarnya
sang pemimpin sedang memberikan motivasi kepada pegawainya.
3. Teori humanistic (humanistic theory), menekankan pada hubungan yang
kohesif dan efektif dalam dinamika kelompok. Manusia dalam pandangan teori ini adalah
sesuatu organism yang bisa diberikan motivasi setinggi mungkin. Sedangkan organisasi
sebagai kelengkapan yang bisa dimanipulasi dan dikendalikan.
Sementara itu menurut kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai kelompok (Kadarman et.al, 1992:110). Di lain sisi
kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupan mempengaruhi prilaku orang lain
dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181). Kepemimpinan juga diartikan suatu usaha
mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich, and Donnely, 1987:263).
Menurut Wahjosumidjo (1999: 79) bahwa seorang pemimpin memiliki kecerdasan,
pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain Dewasa, keleluasaan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja
kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin
karismatik, terutama dalam lingkungan sosial dan politik. Kemudian menurut Edwin B
(2000: 101) bahwa pemimpin kharismatik mempunyai kesetiaan dan tanggung jawab dan
dukungan dari pengikutnya. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan konsultasi,
bimbingan, motivasi dan memberikan nasehat dalam rangka mencapai tujuan.
Kemudian menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003: 120) banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja pegawai antara lain pendidikan dan pelatihan, disiplin kerja,
kompensasi, iklim organisasi, sistem jenjang karier, motivasi, kepemimpinan. Dalam
penelitian ini mengambil salah satu faktor yang dapat meningkatkan team work. Hal ini
disebabkan bahwa manusia merupakan mahluk yang keinginannya tidak terbatas,
sehingga mendorong untuk melakukan aktivitasnya guna memenuhi kebutuhan dan
43
antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan
kewenangan.
b. Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu
subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting,
sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu
tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan
kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat
organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position power
yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada
mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power. Sejarah telah
menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu kuat
cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut.
Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup akan
mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam
organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk
mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal
akan bervariasi tergantung situasi.
Sedangkan dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert
power atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang
pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.
Pengaruh
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan
gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi
orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. Jika kekuasaan
merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan
berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan
dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang
timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas
kepemimpinan.
45
Kekuasaan Sah atau Legitimate Power ini berasal dari posisi resmi yang dijabat
oleh seseorang, baik itu dalam suatu organisasi, birokrasi ataupun pemerintahan.
Kekuasaan Sah adalah Kekuasaan yang diperoleh dari konsekuensi hirarki dalam
organisasi. Seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam organisasi memiliki hak dan
wewenang untuk memberikan perintah dan instruksi dan mereka sebagai bawahan
ataupun anggota tim berkewajiban untuk mengikuti instruksi atau perintah tersebut.
5. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan Keahlian atau Expert Power ini muncul karena adanya keahlian ataupun
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. Seringkali seseorang yang memiliki
pengalaman dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan ahli dalam suatu organisasi
meskipun orang tersebut bukanlah Manajer ataupun Pemimpin. Individu-individu yang
memiliki keterampilan/keahlian tersebut biasanya dipercayai oleh Manajernya untuk
membimbing karyawan lainnya dengan benar.
Komunikasi Organisasi
Goldhaber (1986) dalam Muhammad (2004) memberikan definisi
komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam
suatu jaringan hubungan yang saling tergantung yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yanitu proses, pesam,
jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian.
Lebih lanjut Zelko dan Darce dalam Muhammad (2004) menjelaskan bahwa
komunikasi organisasi adalah suatu system yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi
yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri. Komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang dilakukan organisasi dengan lingkungan luarnya. Cara melihat komunikasi yang
terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan makro,
pendekatan mikro, pendektan individu (Muhammad, 2004). Masing-masing dari
pendekatan ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Makro
Pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi organisasi melakukan aktivitas
47
Menurut Penulis, Peta konsep dan gaya kepemimpinan yang dikemukakan di atas
memberi pemahaman tentang keberagaman perspektif setiap pakar dalam memahami
karakteristik manusia yang akan memimpin atau dipimpin. Keberagaman gaya
kepemimpinan ini juga meneguhkan arti penting dan peranan kepemimpinan dilihat dari
dimensi ruang di rumah, di sekolah dan di masyarakat atau di kelompok mana saja
dan dimensi waktu dulu, saat ini, dan di masa datang, termasuk di hari kiamat, karena
orang beragama meyakini bahwa setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Karena itu, artikulasi teori dan gaya kepemimpinan pada tataran
ilmiah akan membawa implikasi multi-dimensional terhadap basis teoritis dan
representasi perilaku aktor yang memerankan gaya kepemimpinan tertentu. Tipe
49
pemimpin penentang yang menganut teori reward and punishment cenderung akan
menampilkan perilaku yang suka mengintimidasi dan mencercah atau sebaliknya
memberikan penguatan
50
BAB 3
RANGKUMAN
Daftar Pustaka
Bass, B.M. (1985). Leadership and Performance Beyond the Expectations. New York;
Pree Press.
Bass B.M. dan Avolio, B.J. (1993). Transformational Leadership dan Organizational
Culture. Public Administration Querterly. 17(1): 112-17.
Bastian, Dian Razak. (2017). Pengaruh Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi
Terhadap Motivasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan PD. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Kapetakan Cirebon. Bandung: Program Magister
Manajemen Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan.
Bycio et al., (1995). Conceptualization of Transactional and Transformational
Leadership., Journal of Aplied Psychology, 80(4):468-78
French, Wendell L., et.al. (ed.) (2000). Organization Development and Transformation:
Managing Effective Change. Singapore: Irwin McGrall-Hill Gilley,
Jerry W. and Ann Maycunich. (2000). Beyond the Learning Organization. Cambridge:
Perseus Books.
Lussier, Robert N. and Christopher F. Achua. (2001). Leadership: Theory, Application,
Skill Development. United States: South-Western College Publishing,
Manz, Charles C and Henry P. Sims Jr. (2001). The New Super Leadership: Leading
Others to Lead Themselves, Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Nurwati, Umar Nirman & Margono S.S. (2012). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Budaya Organisasi, Komitmen Kerja, Perilaku Kerja, dan Kinerja Pegawai.
Kendari: Fakultas Ekonomi Huluoleo.
Pawikan, Ari Sapta N. (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekola Menengah Pertama Sekecamatan
Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Podungge, Robiyati dan Moh. Agussalim Monoarfa. (2014). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Pengambilan Keputusan Di Desa Longalo
Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bulango. Gorontalo : Universitas
Negeri Gorontalo.
52
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.