Anda di halaman 1dari 10

Rapat Revisi Formularium Nasional Tahun 2017

Bagian Program dan Informasi Setditjen 15/08/2017 0 dibaca 1,120 kali

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanpa memandang kemampuan membayar.
UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menyatakan bahwa upaya
untuk mendukung jaminan kesehatan masyarakat semesta (Universal Coverage) juga
meliputi upaya untuk menjamin aksesibilitas terhadap obat. Sedangkan menurut UU No.
36/2009 tentang Kesehatan, aksesibilitas terhadap obat, terutama obat esensial generik
dijamin oleh pemerintah.
Terkait dengan pelaksanaan SJSN, dibutuhkan suatu acuan dan pedoman bagi penggunaan
obat esensial yang dibutuhkan di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, dengan
mempertimbangkan aspek manfaat dan keamanan (benefit-risk ratio); mutu dan stabilitas;
kepraktisan dalam penggunaan, penyerahan, penyimpanan dan pengangkutan; serta rasio
manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang paling menguntungkan, dalam rangka untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan obat.
Pada saat ini telah terbit Formularium Nasional 2015 yang digunakan sebagai acuan dalam
pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat pertama,
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
Adanya panduan yang berbeda-beda dalam penggunaan obat merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan tingginya biaya pelayanan kesehatan khususnya untuk obat. Hal itu
membutuhkan kebijakan pemerintah dan acuan secara Nasional agar tercapai efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaan obat.
Untuk itu pada tahun 2017 dilaksanakan revisi Formularium Nasional 2015 dalam rangka
peningkatan penggunaan obat rasional sebagai kendali mutu dan kendali biaya pada
pelayanan kesehatan di era JKN. Adapun tujuan kegiatan ini adalah menyediakan acuan
nasional bagi RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang melaksanakan SJSN,
menyediakan acuan bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat,
paling efficacious, dan aman, dengan harga yang terjangkau, mendorong penggunaan obat
secara rasional sesuai standar, sehingga pelayanan kesehatan lebih bermutu dengan belanja
obat yang terkendali (cost effective), mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien kepada masyarakat, dan memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pertemuan dengan Komite Nasional Penyusunan Fornas
2017 bersama dengan Para Klinisi, perwakilan Organisasi Profesi serta pengelola program
terkait di lingkungan Kemenkes.
Peserta pertemuan yang diminta masukan dan pendapatnya dalam pembahasan usulan obat
Fornas terdiri dari Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, para Eselon II di lingkungan
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, pakar kedokteran dan kefarmasian dari perguruan
tinggi (UI, UGM, UNAIR, ITB dan lain-lain), praktisi kedokteran dan kefarmasian dari RS
(RSCM, RS Soetomo, RSHS, RS Karyadi, RS Dharmais, RS Fatmawati, dan lain-lain) dan
Puskesmas, organisasi Profesi (IAI, IDI, IDAI, PAPDI, PERDAMI, PERHATI-KL,
HISFARSI, PERHOMPEDIN, PERKI, PERDOSSI, PERDOSKI dan lain-lain), Dinas
Kesehatan Prov/Kab/Kota, pengelola program terkait di lingkungan Kemenkes (Direktorat di
lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Ditjen Pelayanan Kesehatan, PPJK,
PPPL, Biro Hukum, dan lain-lain) dan Dit. Pelayanan Kefarmasian sebagai penyelenggara.

Formularium Nasional Kendalikan Mutu dan Biaya


Pengobatan
Dit Prodis Kefarmasian 18/06/2013 2 Komentar dibaca 9,489 kali

17

Jakarta, 18 Juni 2013


Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah
mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas. Obat yang masuk dalam daftar obat
Fornas adalah obat yang paling berkhasiat, aman, dan dengan harga terjangkau yang
disediakan serta digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep dalam sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu, Fornas adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Oleh karena itu, perlu disusun suatu daftar obat yang digunakan sebagai
acuan nasional penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan SJSN untuk menjamin
aksesibilitas keterjangkauan dan penggunaan obat secara nasional dalam Formularium
Nasional.
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen
Binfar dan Alkes) Kemenkes RI, Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D, pada acara temu
media tentang Formularium Obat untuk JKN, di lingkungan Kemenkes (17/6).
Manfaat Fornas yaitu sebagai acuan penetapan penggunaan obat dalam JKN, serta
meningkatkan penggunaan obat yang rasional, dapat juga mengendalikan mutu dan biaya
pengobatan, serta mengoptimalkan pelayanan kepada pasien. Selain itu, Fornas juga dapat
memudahkan perencanaan dan penyediaan obat, serta meningkatkan efisiensi anggaran
pelayanan kesehatan, kata Dirjen Binfar dan Alkes.
Tujuan secara umum Formularium Nasional adalah sebagai acuan bagi fasilitas kesehatan
dalam menjamin ketersediaan obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam
sistem JKN, tambah Ibu Maura.
Menurut Dirjen Binfar dan Alkes, latar belakang akan disahkannya Formularium Nasional,
berkaitan dengan implementasi program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan
diterapkan pada secara bertahap 1 Januari 2014. Legalisasi keberadaan Fornas didasarkan
pada UU No. 40/2004 tentang SJSN Pasal 25, UU No. 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 40,
UU No. 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dirjen Binfar dan Alkes menambahkan dalam paparannya, latar belakang akan ditetapkan
Fornas juga untuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit agar menggunakan Sistem Indonesia
Case Based Groups (INA CBGs) agar rasional, efisien, dan efektif, namun penggunaan obat
tetap harus dipantau. Selain itu, diperlukan adanya daftar obat yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari INA CBGs, untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai
kaidah dan standar yang berlaku.
Kriteria pemilihan obat, yaitu obat harus memiliki khasiat keamanan terbaik berdasarkan
bukti ilmiah mutakhir dan valid, memiliki rasio manfaat-risiko (benfit-risk ratio) yang paling
menguntungkan pasien, memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh Badan POM,
memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi, dalam kriteria ini tidak
termasuk obat tradisional dan suplemen makanan, jelas Ibu Maura.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor
hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id
dan alamat e-mail kontak@depkes.go.id

DAFTAR OBAT FORMULARIUM RS PERSAHABATAN JAKARTA


BERDASARKAN KELAS TERAPI
Kelas terapi, nama
generik obat,
Bentuk Sediaan dan
kekuatan Dosis Nama Dagang Keterangan
1. ANALGESIK, ANTI
PIRETIK, ANTI
INFLAMASI NON
STEROID, ANTIPIRAI

Analgesik Narkotik

1. Fentanil
Inj. i.m/i.V
amp. 50g/m! @ ml Premed. 100pg i.m Fentanyi Jan I: Analgesik narkotika
ktk. 5 Amp.,amp 2ml 30-60 pre op suplemen pada anestesi
Post op. 50-100pg i.m regional/generai
Kl: Depresi pernafasan, trauma
kepala, serangan akut
asma
P: - Kombinasi dengan
Droperidol
2. Kodein - Potensi 80x morfin
tab. 10mg,20mg ES: - Depresi pernafasan
- Antidot : naloxon
Bila perlu:
D: Oral 30-60mg tiap jam maks
240mg/hr Codein Kf
A: 1-12 th : 3mg/kg/hr I: Nyeri ringan sedang
ES: Konstipasi untuk
pemakaian jangka lama

3. Morfin
Inj.i.m/s.k/i.v.,
amp. 10mg/ml 5-10mg/dosis/i.m/i.v.
ktk. 10amp. @ 1ml
Morfin HCI Kf ES: Depresi pernafasan
Inisial : 10-15 mg/12jam MST I : Nyeri kronik
tab. 10mg,15mg,30mg (bagi yg belum pernah Continius MBF ES: Konstipasi, nausea,
dos 6 strip @ 10tab mendapat terapi opioid)
vomitus
20-30mg/12 jam (bagi yg
Kl: Depresi pernafasan, obat-
4. Petidin sudah pernah mendapatkan obat MAOI, obat-obat
inj.i.m/s.k/i.v. lambat terapi oploid)
yang bekerja di Susunan
amp. 50mg/ml @ 2ml Syaraf Pusat
ktk. 10amp
D: 50-100mg/dosis/i.m.p.r.n. 1
kali lagi setealah 4-6 jam
Pethidine HCI Kf ES: Depresi pernafasan
Analgesik non A: 0.5-1mg/kg/dosis
narkotik
1.2.1 Analgesik antipiretik

3. Asam asetil salisilat


tab. 100mg.ktk
10bls @ 10 tab
tab. 500mg A: 15-25mg/kg/dosis, 2-3 kali
ktk. 10bls @ 10tab p.c.
D: 500-1000mg/dosis, 2-3 Asetosal OGBKl: - tukak lambung
kali p.c. Restor Pri - gastroenteritis
Aspilet UA- hemofili
4. Metampiron Ascardia Phl ES: - dosis tinggi:
tab. 500mg : klg. 1000tab salisillisme
- gangguan agregasi
inj. i.m. 250mg/ml - trombosit :perdarahan
ktk. 100amp @ 2ml
ktk. 25vial @ 10ml
Antalgin Ogb Kl: - alergi pyrazolon
5. Parasetamol A: >5 th; 250-500mg/dosis
2-3 kali - G6PD defisiensi
Tab. 500mg/klg. 100tab Xylomiden Dfj ES: agranulosiitosis
D: 500-1000mg/1-2x
D: 500-1000mg/dosis/24jam. Novamidon Nvp
Maks 1000mg/dosis Piramidon Pra
400mg/24jam Antrain Int
sir. 120ng/5ml, btl 60ml A: 5-14 th: 250-1000mg/24jam
Parasetamol OGB
Pamol Int Kl: penyakit hati/ginjal
Panadol Ster ES: dosis tinggi/jangka
A: 10mg/kg/dosis 4-6kali
Farmadol Fah panjang
D: 500-1000mg/4-6x. Maks
- hepatotoksik
4000mg/24jam - nefrotoksik
Parasetamol OGB
Pamol Int

A: 10mg/kg/dosis/4-6kali

Kelas terapi, nama Dosis Nama Dagang Keterangan


generik obat,
Bentuk Sediaan
dan kekuatan
A: 1th : 3-4kali/hari Panadol Ster
Famadol Fah
0,6ml
Sanmol Drop San
1-3th : 3-4kali/hari
0,6-1,2ml

Asam Mefenamat OGB


D: 500mg/dosis Postan Pfi
Mefinal San Kl: Dispepsia, asma, penyakit ginjal
3kali p.c.
Lapisan Lapi P: Hamil, laktasi, usia <14th
ES: Mual, muntah, konstipasi
A: 25mg/kg/24jam

Tramadol OGB
Zumatram Pri
D: 1-3 x 50mg/hari Dolana Com Kl: Intoksikasi akut
Dolika Phap alcohol/analgesik/hipnotik/psikotropik
Dolana Com
1-2 amp I.v/i.m/s.c Intradol INF
Tradyl Int ES: Depresi pernafasan, sedasi, mual,
muntah, mulut kering
Tramal Phl
Dolana Com

1-4 supp sehari


Synflex DV
Synflex DV

D: awal 550mg, lalu Kl: Ulkus peptikum, hamil, laktasi


275mg tiap 8 hari P: Jika klirenis kreatinin <20
Novalgin AP ES: gangguan pencernaan, sakit
kepala, mual, vertigo

Xevolac Nvl
Remopain Dex

I: Terapi jangka pendek untuk nyeri


akut berat
Awal: 30/60mg l.m. Kl: Hipersensitif, ulkus peptikum,
dapat dilanjutkan gangguan ginjal, laktasi, persalinan
dengan dosis 15/30mg P: Hipertensi/kondisi yang
tiap 6jam. Maks berhubungan dengan retensi cairan,
120mg/hr disfungsi hati anak <16 th

Allopurinol OGB
Benoxuria Ber
Isurik Int Kl: Serangan akut Gout, hamil, laktasi
Urica PriH P: Disfungsi ginjal
ES: Gangguan pencernaan, sakit
Eenilbutason OGB kepala

A: 10-20mg/kg/24jam
D; 100mg/dosis pada
hari pertama Kl: Ulkus peptikum, penyakit tiroid,
ditingkatkan sampai CVD, riwayat alergi aspirin
300mg/dosis ES: Gangguan pencernaan, hepatitis
Ibuprofen OGB
Rhelafen Lapi
Proris Phl
A: 5-10mg/kg/24jam Kl: Sensitif terhadap aspirin, laktasi
D: inisial 200mg/dosis P: Kehamilan, pasien tua, gagal ginjal,
Rhelafen Lapi asma, ulkus peptikum
pemeliharaan: 100- Prots Phl
200mg/24jam
Profenid AP
Nazovel Nvl
A: 20mg/kg/hari
D: 200-400mg, 3x/hari Kl: Ulkus peptikum
Profenid AP P: Gagal ginjal
Pronalges Dex
Profecom Com

D: 3x50mg

:1 sup. Malam

Kelas terapi, nama


generik obat,
Bentuk Sediaan dan
kekuatan Dosis Nama Dagang Keterangan

5. Diklofenak natrium(*)
Natrium diklifenak OGB Kl: Ulkus peptikum
D: 3 x 25-50mg/dosis Delfiamat Alp P: Laktasi, kehamilan
Voltaren Nov ES: Gangguan pencernaan,
Voltadex Dex dizziness vertigo

Voltaren Nov P: Hanya digunakan pada


permukaan kulit yang
tab. Salut 25mg, 50mg D: oleskan 3-4kali/hari
utuh/sehat, hindari kontak
dengan mata dan selaput
lender. Jangan diberikan
bersama sediaan oral.

6. Diklofenak Kalium(*) Kalium diklofenak OGB


tab. 25mg, 50mg Cataflam Nov Kl: Ulkus peptikum
D: 100-150mg/hari
ktk. 50s Scanaflam TSP P: Laktasi, kehamilan
ES: Gangguan pencernaan,
dizziness vertigo

7. Piroksikam(*) Piroksikam OGB


kap. 10mg, 20mg Pirofel San Kl: Ulkus peptikum
D: Scandene TSP P: Gangguan
ktk. 10 str @ 10 kap
- Osteoartristis, artritis kordiovaskuler, gagal
rematoid 1x20mg/hari ginjal, kehamilan
- Gangguan otot skelet ES: Gangguan pencernaan
akut 1x40mg/hari
Pada hari I dan II, kmd
1x20mg/hari, 5-12hari
- Gout: 1x40 mg/hari
selama 4-6hari
D: untuk hasil yang
efektif 3 atau 4 hari
sehari Feldene Gel Pfi
Gel 0,5% tub. 15g, 25g P: Hindari kontak dengan
D: Oleskan 3-4kali/hari
mata, murkosa atau lesi
kulit terbuka
8. Tenoksikam(*) Thenil Int
tab. Salut 20mg
D: 1 x 20mg Kl: Gangguan pencernaan
P: Gagal ginjal, sirosis hati,
penyakit jantung kongestif
ES: Gangguan fungsi
ginjal/hati, dizziness

9. Meloksikam(*) Meloksikam OGB


tab. 7,5mg, 15mg Movi-cox BI Kl: Hipersensitif thd aspirin,
ktk. 2str @ 10s Osteoartristis : Artrilox Com AINS yang lain, penyakit
7,5mg/hari Mevilox Ber ginjal berat, hamil dan
Rematoid artritis : 15mg laktasi, anak tukak
lambung, gagal ginjal, non
dialysis berat, pendarahan
saluran cerna dan
10. Kombinasi Osteokom Lapi serebrovaskuler
Kondroitin sulfat 400mg,
glukosan, in 500mg
MSM 200mg, Vit C 50, Terapi BB>55kg 3x1 I: Osteoartritis, untuk
Mg glycerophosphat 10mg kapl/hari, <55kg 2x1 memelihara kesehatan
kapl. Sal. Salaput kapl/hari pemeliharaan 1 sendi
kap/hari

11. Glukosamin Sulfat


Krim 10%, 75g Mediflex Kal

I: Meredahkan nyeri pada


Gunakan 1-2x sehari artritis dan nyeri
12. Sulfasalazin(*) pada sendi yang sakit punggung, nyeri leher,
tab. 500mg nyeri lutut dan tungkai,
ktk. 10str @ 10s Sulcolon Ber
Lazafin Nvl nyeri pergelangan dan jari
tangan
13. Tinoridin HCl(*)
kap. 50mg, ktk. 60s
D: minggu I malam 1 tab Nonflamin Tak
lalu 2x1tab

1-2kap/3x/hari I: Peradangan pasca bedah,


cedera saluran kemih,
otitis artritis, epididimitis,
lumbago, artralgia, nyeri,
punggung, nyeri setelah
cabut gigi, rematik

Kelas terapi, nama


generik obat,
Bentuk Sediaan dan
kekuatan Dosis Nama Dagang Keterangan
2. ANASTETIK
I: Anestesi spinal
2.1. Anastesi local
1. Buplvakain HCl
Inj. Infiltr. 0.25% (HCl)
Ktk. 1 vial 20 mL
Protokol khusus Marcain AZ
Inj. 0,5% (HCl)-glukosa
Protokol khusus Marcain 5% AZ
7,5%
Ktk 5 amp, @ 4 mL Bupicain Cla
Buccain Ber
Marcain Heavy 5% AZ

2. Etil Klorida
Chlorethyl Spray DrH
Semp, btl. 100 mL Protokol khusus

3. Lidokain HCl
inj. Infiltr 1 %
inj. P. V. 2% Lidocain KF
ktk. 100 amp @ 2 mL Protokol khusus Lidocain OGB
Protokol khusus I: Anestesi permukaan
jeli 2% tube 10 g untuk :
ampul 4% btl 50 mL(semp) Xylocaine Jelli AZ - mulut & kerongkongan
Protokol khusus Xylocaine Spray AZ - gastrointestinal bagian
4. Kombinasi : Protokol khusus atas
Lidokain 25 mg +
Prilokain 25 mg
Krim 5%, tub 5 g Estesia
D; oleskan selapis tebal Topsy GPL
pd kulit yang intak Emia AZ
5. Kombinasi
Lidokain HCl 20 mg+ KI: bayi < 12 bln,
Epinefrin 12,5 mg hipersensitif
Inj. 2 mL Extracain Soho P: hindari kontak dengan
Protokol khusus Extracain Eth mata dan membrane
Pehacain Phap mukosa, luka terbuka
Lidocain comp OGB
6. Lignokain HCl
Inj. Amp. 2% @ 20 mL
Inj. Amp. 500 mg/5 mL I: anestesi local
Xylocard 1 AZ P: Hipertensi berat,
Xylocard 5 AZ arteriosklerotik,
Protokol khusus induvisiensi KV, blok
jantung

2.2. Anastesi umum dan


oksigen
1. Droperidol
Amp. 2,5 mg/mL x 2 mL;
Ktk 10 amp
Dehidrobenzpiridol Jan
2. Enfluran
Protokol khusus
Cairan inlan; btl 250 mL

3. Halotan Ethran Abb


Cairan, btl, 250 mL
Protokol khusus
4. Ketamin HCl Halotan Dex I: - Premedikasi
Vial 50 mg/mL @ 10 mL - anestesi neuroleptika
100 mg/mL @ 10 mL
Protokol khusus

5. Propofol Ivanes Ika


Amp. 10 mg/mL @ 20 mL, Ketamin Hamelin Corn I: anestesi inhalasi
Protokol khusus Ketajec Cla
50 mL
Ktk. 5 vial
Profol Cla I: anestesi inhalasi
Savol Nvl
6. Oksigen
Gas dalam tabung Fresofol Fre
Protokol khusus
I: - Terutama untuk
anestesi pada anak

Protokol khusus

I: Induksi dan
pemeliharaan amestesi
umum

I: Obstrusi jalan nafas


7. Etomidat (empisema, bronchitis)
Inj. 20 mg/10 mL, ktk.10 untuk mencapai inhalasi
amp </= 30% O2
Pada retensi CO2
Etimidat Lipuro BB
8. Dinitrogen Oksida (Pneumonia, udema paru,
Gas dalam tabung alveolitis dan kegagalan
sirkulasi) dapat dipakai
Protokol khusus sampai dengan 100%
tetapi harus dikurangi
secepat mungkin.
D: Untuk Induksi: N2O + Pada bayi asphyxia </=
20% O2 dipertahankan 35%
dengan campuran 30% ES: Depresi pernafasan
9. Sevofluran pada konsentrasi tinggi
O2
Cairan, btl. 250 mL - Untuk analgesia pada bila ventilasi jelek
obstetric, 50% N2O + O2 P: hati-hati terhadap
10. Midozolam(*) Sevoflurane Abb kebakaran
Inj. I.v. 1 mg/mL,
Ktk, 5 amp @ 5 mL
Inj. I.v. 5 mg/mL, Protokol khusus
Ktk, 5 amp@ 500 mg Miloz Nvl
11. Natrium Tiopental Midazolam Hamein Com
Serb. Inj. I.v. 500 mg Sezolam Cla I: Anestesi inhalasi
Protokol khusus
(dilarutkan dalam 20 mg air ES: pemakaian jangka
injeksi) panjang dapat
Ktk, 10 amp, @ 500 mg menyebabkan depresi
sumsum tulang
12. Isoflurane
Cairan, btl. 250 mL Protokol khusus P: maksimum 24 jam

Isoflurane Dex
Forane Abb I: anestesi inhalasi
3. ANTI ALERGI DAN
OBAT UNTUK
ANAFILAKSIS Protokol khusus
I: induksi dan
1. Deksametason pemeliharaan anestesi
Inj. 5 mg/mL, local
Ktk. 100 amp @ 1 mL Deksametason OGB
Kalmetason Kal

Tab 0,5 mg, klg.1000 tab


(*) I: anestesi I.v
D: 4-20mg/dosis I.m/I.v.,
p.r.n. diulangi tergantung Deksametason OGB
kebutuhan Kalmetason Kal
A: 0,1-0,2 mg/kg/dosis Indexon Int
I.v
2. Metil prednisolon(*) I: anestesi inhalasi umum
Tab. 4 mg, 8 mg, 16 mg D: 0,5-1,5 mg/dosis
Ktk, 10 str @ 10s 3 kali/24 jam Metil Prednisolon OGB
A: 0,3 mg/kg/dosis Lameson Lapi
3 kali/24 jam Methylon Ber
Intidrol Int
Inj. 125 mg/2 mL, 500 KI: ulkus peptikum, H.
mg/mL D: Permulaan: Medixon Dex
4-48 mg sehari Methylon Ber Simplek ocular, infeksi
Pemeliharaan: jamur sistemik.
4-16 mg/hari P: Hipotiroid, sirosis hati,
3. Difenhidramin HCl hipertensi, DM, CHF
Inj. i.m. 10 mg/mL Rhinofed Dex ES: lemah, osteoporosis,
Ktk. 100 amp @ 1 mL Ikadryl inj Ika gangguan mens, retensi
Paradryl Pra cairan & elektrolit,
pendarahan lambung,
moonface
4. Epinefrin (adrenalin)
Inj. I.v. 0,1%, D: 10-20 mg/dosis Epinephrine OGB
Ktk, 100 amp @ 1 mL I.m/I.v. Adrenalin eth
3-4 kali/24 jam

I: Artritis Rematoid,
bursitis akut/ sub akut.
Dermatitis eksfolitiva,
D: 0,3 mg/dosis/s.k rhinitis alergi, asma
A: 0,01 mg/kg/dosis bronchial, dermatitis
s.k; p.r.n. 3x/ 15 menit kontak, konjungtivitas
alergi
KI: Infeksi jamur
sistemik, imunisasi
ES: Retensi NA & cairan,
lemah otot, osteoporosis,
gangguan penyembuhan
luka, gangguan
metabolisme

ES: - mengatuk
- dosis tinggi; kejang-
kejang pada penderita
epilepsi

I: asma, angioneurotik
edema, glaucoma, syok
alergi
KI: insufisiensi koroner,
syok saat operasi
kerusakan otak organic
P: hipertensi, DM
ES: sakit kepala,
gangguan pencernaan,
takikardi, bingung, dan
depresi pernafasan/SSP

Anda mungkin juga menyukai