Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA I
PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM

Semester :
Ganjil 2017

Oleh :
Dhea Ratna Ayu
A1D016086/4

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup melakukan perkembangbiakan untuk melanjutkan

keturunannya. Unit terkecil dari makhluk hidup dinamakan sel. Semua benda hidup

tersusun dari unit dasar ini, dari struktur uniselular yang sederhana seperti bakteri

dan protozoa hingga struktur-struktur kompleks seperti manusia, hewan dan

tumbuhan. Penurunan sifat dari suatu generasi ke generasi lain sangat penting agar

generasi berikutnya dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Materi genetika

pembawa sifat yang diturunkan berupa gen. Kumpulan gen akan membentuk

kromosom. Kromosom merupakan pemegang semua instruksi hereditas (pewarisan

sifat).

Kromosom memiliki peranan penting dalam keberlangsungan makhluk

hidup, karena kromosom merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan gen-

gen tetua kepada keturunannya dan kepada generasi satu ke generasi berikutnya.

Pengamatan terhadap perilaku kromosom sama pentingnya dengan mempelajari

struktur kromosom. Perilaku kromosom dapat dilihat dalam siklus sel, termasuk di

dalamnya adalah pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis merupakan

dasar dalam pembiakan vegetatif tanaman, sedangkan meiosis merupakan dasar

munculnya suatu keragaman.

Mitosis adalah proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik. Mitosis

mempertahankan kromosos yang sama melalui pembelahan inti sel somatis secara

berturut-turut. Tahap dari mitosis adalah interfase, profase, metafase, anafase, dan

1
telofase. Kromosom pada metafase tahap mitosis mengalami kondensasi dan

penebalan yang maksimal sehingga kromosom pada tahap ini mudah untuk diamati.

Namun, pengamatan terhadap kromosom tidak semudah itu. Pengamatan

kromosom sering timbul kesulitan karena kromosom terkadang tumpang tindih

antara yang satu dengan yang lainnya dan kadang masih terlihat samar karena

kondensasi yang belum sempurna.

Praktikum kali ini menggunakan akar bawang merah. Akar bawang merah

memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, dan

mudah didapatkan. Pengguunaan akar bawang merah sangat menolong sekali

dalam praktikum kali ini disebabkan hal yang telah dijelaskan di atas.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perilaku kromosom

pada pembelahan mitosis.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisis DNA dimana

informasi genetik tersimpan di dalamnya. Kromosom terdiri dari dua bagian yaitu

sentromer dan lengan kromosom. Sentromer merupakan inti dari kromosom,

sedangkan lengan kromosom merupakan bagian yang mengandung kromonema

dan terdapat sepasang gen di dalamnya. Selain itu, kromosom merupakan suatu alat

transportasi materi genetika yang sebagian bersegregasi menurut hukum Mendel

(Sastrosumarjo, 2006).

Kromosom dibedakan atas autosom dan kromosom pada sel kelamin.

Pembelahan sel yang terjadi pada kromosom autosom / sel somatis disebut dengan

pembelahan mitosis. Mitosis ini terjadi secara bersama-sama dengan pembelahan

sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel. Proses ini memiliki peranan penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap organisme. Mitosis terdiri dari fase

interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase (Suryo, 2008).

Interfase biasa disebut sebagai fase istirahat. Interfase ini merupakan tahap

yang paling penting dari mitosis karena terjadinya sintesis ADN, menuju pada

replikasi kromosom dan sintesis protein. Sebenarnya kurang tepat juga bila

interfase ini disebut sebagai fase istirahat karena sebenarnya pada fase ini sel

bekerja cukup berat. Interfase dibedakan menjadi tiga fase, diantaranya :

1. Fase gap 1 (G1)

Fase ini terjadi kegiatan sel, diantaranya :

a. Transkip RNA

b. Sintesis protein untuk memacu pembelahan inti

3
c. Produksi enzim yang diperlukan untuk replikasi ADN

d. Tubulin dan protein yang akan membentuk benang spindel

2. Fase sintesis (S)

Fase ini terjadi replikasi ADN dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir

fase ini terbentuk sister chromatid yang memiliki sentromer bersama. Fase ini

belum terjadi pembelahan.

3. Fase gap dua (G2)

Fase ini sintesis protein tetap berlangsung dan mengikuti sertakan protein

kromosom dan komponen-komponennya yang digunakan oleh sel itu selama

pembelahan. Fase gap dua ini, sel mengandung ADN empat kali lebih banyak dari

ADN yang terdapat dalam gamet. Proses akhir fase ini sel mengalami mitosis dan

sitokenesis (Soetaryo, 1997).

Proses profase, terjadi kondensasi dan penebalan kromosoma. Kondensasi

dan penebalan kromososm ini terjadi karena akibat dari berpilinnya kromosom. Dua

sister chromatid terlihat dan kromosom mulai nampak berpasangan. Proses akhir

profase, nukleous dan membran nukleus menghilang dan terbentuk benang spindel

(Crowder, 1986).

Kromosom berkumpul pada equator merupakan ciri utama dari metafase.

Benang-benang gelondong menjadi jelas pada permulaan metafase. Terjadi

kondensasi pada saat metafase dan penebalan yang maksimal sehingga kromosom

terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase lainnya. Ciri berakhirnya

dari proses metafase adalah sentromer telah membelah dan masing-masing

kromatid menjadi kromosom tunggal (Lilik, 1997).

4
Anafase merupakan fase terpendek dari pembelahan mitosis. Fase ini

dimulai ketika setiap pasang kromatid dari setiap-setiap pasang kromosom

berpisah, masing-masing kromatid bergerak menuju arah yang berlawanan.

Pemisahan ini dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang membelah

kemudian ditarik oleh benang gelondong ke arah kutub berlawanan bersama dengan

kromatidnya. Ciri khusus dari fase ini adalah kromosom terlihat seperti huruf V

atau J dengan ujung yang bersentromer menuju ke arah kutub. Terbentuk sekat di

dekat bidang equator pada akhir anafase (Crowder, 1986). Nukleus terbentuk

kembali pada fase telofase, kromosom mulai mengendur dan nukleus terlihat. Sel

membelah menjadi dua dan diikuti terbentuknya dinding sel baru. Pembelahan ini

juga membagi sitoplasma menjadi dua atau sitokenesis. Terbentuk dua sel anakan

yang identik dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan tetuanya pada

akhir fase ini (Lilik, 1997).

Bawang merah merupakan anggota dari famili Liliaceae. Tanaman ini

merupakan tanaman musiman yang memiliki umbi berlapis. Tanaman ini memiliki

akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Bawang merah merupakan

komoditas sayuran unggulan yang sejak lama sudah diusahakan petani secara

intensif. Bawang merah juga merupakan salah satu komoditas sayuran yang

mempunyai prospek cukup baik dalam segi agribisnis. Hal ini dapat dilihat pada

status usaha taninya oleh petani khususnya di Kabupaten Brebes bahwa usaha tani

bawang merah merupakan usaha tani yang bersifat komersil (Deptan, 2005).

Jumlah kromosom dari setiap tanaman berbeda. Bawang merah memiliki

jumlah kromosom 2n = 16. Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis

5
mitosis pada tanaman karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukuran

kromosom yang besar serta sangat mudah untuk dibuat preparat (Stack, 1979).

6
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akar bawang merah,

larutan 0,002 M hydroxychinolin, larutan 45% CH3COOH, larutan HCl dan larutan

aceto orcein. Alat yang di gunakan adalah kaca preparat, cover glass, beker glass,

penangas air, pembakar bunsen, mikroskop dan jarum.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada paktikum ini adalah :

1. Umbi bawang merah dipilih yang bagus dan sehat kemudian dikecambahkan

di air sampai muncul akar.

2. Akar bawang merah dicuci dengan air mengalir sampai bersih

3. Ujung akar bawang merah dipotong sepanjang 1 cm dan dimasukan ke dalam

larutan 0,002 M hydroxychinolin, kemudian disimpan di ruang gelap dengan

suhu 20 oC selama 1 jam.

4. Fiksasi ujung akar bawang merah dilakukan dengan menggunakan larutan 45%

CH3COOH selama 10 menit.

5. Bahan dimaserasi dengan campuran larutan HCl dan CH3COOH dengan

perbandingan 3 : 1 pada suhu 60 oC selama 3 menit.

6. Ujung akar bawang merah diambil 1 mm dan diletakan di atas gelas preparat.

7. Pewarnaan dilakukan dengan aceto orcein (larutan staining).

7
8. Gelas preparat ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan kemudian ujung

akar dihancurkan dengan cara ditekan.

9. Preparat dilewatkan di atas nyala api bunsen.

10. Preparat diamati di bawah mikroskop ( fase-fase pada mitosis, fase yang

jumlahnya paling banyak, gambar fase, perbesaran yang digunakan).

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Kromosom adalah unit struktur sel yang berukuran makromolekul berisi

DNA yang dapat menyimpan data pewarisan sifat makhluk hidup. Kata kromosom

berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan

Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer atau kinetokor yang merupakan

pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung

kromonema & gen berjumlah dua buah (Sastrosumarjo, 2006). Kromosom

merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar

bersegregasi menurut hukum Mendel, kromosom ialah susunan beraturan yang

mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam

genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria,

termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer

yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda,

kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau

kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material

kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Masitah, 2008).

Pembelahan sel merupakan cara sel untuk memperbanyak diri atau yang

disebut juga sebagai proses reproduksi sel. Sel adalah bagian terkecil yang

9
menyusun tubuh makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup

perhubungan erat dengan proses pembelahan sel ini. Namun fungsi pembelahan sel

pada makhluk hidup multiseluler dan uniseluler sangatlah berbeda namup pada

dasarnya sama yaitu perbayakan sel (Suryo,1984).

Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis

(sel penyusun tubuh). Sel induk yang diploid (2n) akan menghasilkan anakan yang

tetap diploid (2n) dan jumlah kromosom dari induk akan sama juga dengan anakan.

Sel tidak langsung membelah menjadi dua, tetapi harus melewati tahapan yaitu

profase, metafase, anafase, telofase. Menurut Crowder (1986), proses mitosis

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Profase

Pada profase, sel induk akan membelah memperlihatkan gejala terbentuknya

dua sentriol dan sentrosom. Masing-masing sentriol memancarkan serabut-serabut

berupa filamen. Lalu butiran kromatin memanjang menjadi benang kromatin yang

kemudian memendek dan menebal menjadi kromosom. Selubung inti sel pecah

pada akhir profase dan setiap kromatid melekat di beberapa benang spindel

kinetokor.

2. Metafase

Membran inti sudah tidak nampak lagi. Posisi kromosom sudah berada tepat

di bidang equator. Kromosom nampak jelas pada fase ini. Letak kromosom di

equator seolah kromosom itu berpegangan pada benang gelondong pembelahan.

3. Anafase

Selama proses anafase berlangsung, kromatid bergerak menuju ke arah kutub-

kutub yang berlawanan. Kinetokor yang masih melekat pada benang spindel

10
berfungsi membawa kromatid menuju kutub atau dapat dikatakan sebagai jalan

kromatid. Pergerakan kromatid menuju kutub diikuti pula dengan pergerangan dari

lengan kromosom yang memiliki tujuan sama yaitu menuju kutub.

4. Telofase

Proses telofase ditandai dengan kromatid-kromatid telah mengumpul di

kutub. Benang gelondong menghilang dan kromatid menjadi kusut. Butir kromatid

dan selaput inti akan terbentuk kembali dan nukleus baru akan tampak. Terjadi

lekukan di bagian equator yang makin lama makin ke dalam hingga sel induk

terbelah menjadi dua.

Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Sel-sel dari semua

makhluk hidup akan selalu aktif untuk membelah. Pembelahan sel ini berfungsi

untuk melangsungkan kehidupannya. Makhluk hidup dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik akibat adanyan pembelahan sel, dengan kata lain proses

perkembangan sel ini sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup. Makhluk hidup setelah tumbuh dewasa, maka akan mengalami

proses perkembangan yang selanjutnya berreproduksi. Reproduksi ini akan

mewariskan sel-selnya ke keturunannya. Telah kita ketahui bersama bahwa di

dalam sel terdapat materi genetik ADN yang sangat berperan penting dalam

pewarisan sifat makhluk hidup (tumbuhan).

Praktikum mengenai pengamatan perilaku kromosom menggunakan akar

bawang merah. Terdapat beberapa perlakuan dengan larutan yang digunakan untuk

mengamati pembelahan sel. Perlakuan diantaranya adalah memfiksasi ujung akar

bawang merah, fungsinya yaitu untuk menghentikan proses metabolisme dengan

cepat dan mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis. Perlakuan

11
selanjutnya adalah memaserasi bahan, maserisasi berfungsi sebagai melunakkan

jaringan dalam ujung akar bawang merah. Perlakuan selanjutnya adalah pewarnaan,

pewarnaan dimaksudkan agar sel-sel yang akan diamati terlihat jelas karena jika

tidak diwarnai maka akan transparan sehingga sulit diamati di bawah mikroskop.

Perlakuan setelah itu adalah preparat dilewatkan pada nyala api bunsen sebanyak

tiga kali, hal ini berfungi untuk memantapkan warna pada objek preparat agar bisa

terlihat lebih jelas. Larutan yang digunakan untuk mengamati pembelahan sel

diantaranya adalah larutan yang berfungsi untuk menghentikan/ menonaktifkan

kegiatan sel akar bawang merah. Larutan 45% CH3COOH berfungsi untuk

meluruhkan organel dalam sel akar bawang merah. Larutan HCl berfungsi untuk

menghidrolisis dinding sel agar menjadi lunak dan mudah dipencet pada saat

pembuatan preparat squash dan juga berfungsi untuk menghilangkan RNA dari sel.

Larutan aceto orcein, aceto orcein berfungsi untuk pewarna pada sel dan memberi

warna pada benang-benang kromatin agar jika diamati kromosom dan inti sel dapat

terlihat jelas.

Menurut Margono (1973), waktu yang tepat dalam pemotongan akar

bawang merah yang akan digunakan sebagai objek preparat adalah pada pukul

00.00. Hal ini dikarenakan pada ujung akar bawang merah banyak sel yang

mengalami aktifitas pembelahan dengan rentang 5 menit sebelum dan sesudah

pukul 24.00 malam sehingga diharapkan tahap-tahap mitosis dapat diamati. Waktu

yang baik untuk megamati pembelahan mitosis pada ujung akar bawang merah

adalah pada kisaran pukul 08.00-11.00 WIB karena pada kisaran waktu tersebut

sel-sel meristem ujung akar paling akif membelah. Praktikum mengenai

pengamatan perilaku kromosom ini menggunakan akar bawang berah (Allium cepa

12
L.) karena lapisan-lapisan senyawa yang mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan

pewarna.

Hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan, pada pengamatan

pembelahan mitosis dengan preparat ujung akar bawang merah di dapatkan empat

fase, yaitu tahap profase, tahap metafase, tahap anafase, dan tahap telofase dengan

jumlah kromosom 16 dan perbesaran 40 kali. Tahap profase yang diamati

kromosom memendek dan menebal dan mulai terbentuk benang spindel. Tahap ini

sesuai menurut (Suryo,1984) dimana profase adalah fase dimana benang-benang

kromatin memendek dan menebal, terbentuklah kromosom. Gelendong mitotik

mulai terbentuk, setiap kromosom terduplikasi tampak sebagai kromatid identik

yang tersambung pada sentromernya dan sepanjang lengannya oleh kohesin (kohesi

kromatid saudara) (Campbell, 2010). Kedua yaitu tahap metafase, berdasarkan hasil

praktikum, terlihat bahwa kromosom-kromosom yang menebal kemudian berbaris

di bagian equator sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Crowder (1986), yaitu pada

metafase membran inti sudah tidak nampak lagi. Posisi kromosom sudah berada

tepat di bidang equator. Kromosom nampak jelas pada fase ini. Letak kromosom di

equator seolah kromosom itu berpegangan pada benang gelondong pembelahan.

Selanjutnya pada tahap anafase yang diamati, kromatid mulai bergerak menuju arah

berlawanan yaitu ke massing-masing kutub. Hasil sesuai dengan literature dimana

menurut (Campbell, 2008) bahwa anafase merupakan tahap pembelahan yang

paling singkat terjadi, biasanya hanya beberapa menit. Sentromer membelah dan

kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub dari sel yang

berlawanan. Tahap telofase yang diamati,terjadi pembesaran sitoplasma dan mulai

terbentuk kromosom yang baru. Hasil sesuai dengan literature dimana menurut

13
(Campbell, 2010) bahwa telofase merupakan tahap terakhir saat nukleus-nukleus

anakan terbentuk dan sitokinesis telah dimulai. Ciri dimana di tiap kutub sel

terbentuk sel kromosom yang identic. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding

inti terbentuk lagi. Plasma sel kemudian terbagi lagi menjadi dua ditandai dengan

terbentuknya dinding pemisah di tengah-tengah sel.

Gambar 1. Hasil Pengamatan pada Tahap Profase

Gamber 2. Hasil Pengamatan pada Tahap Metafase

Gambar 3. Hasil Pengamatan pada Tahap Anafase

14
Gambar 4. Hasil Pengamatan pada Tahap Telofase

15
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel pada makhluk hidup yang terjadi

pada sel somatis makhluk hidup. Tahap dari pembelahan mitosis adalah profase,

metafase, anafase dan telofase. Pada praktikum yang dilakukan tidak nampak tahap

metafase. Hal ini mungkin terjadi karena waktu praktikum yang kurang tepat.

B. Saran

Praktikan dalam praktikum harus benar-benar memperhatikan cara-cara

perlakuan yang benar untuk meminimalisir kegagalan dalam praktikum. Selain itu

dalam melakukan pengamatan praktikan harus benar-benar jeli karena

membutuhkan pengamatan khusus dalam mengamati proses-proses yang terjadi

pada pembelahan mitosis.

16
DAFTAR PUSTAKA

BPP DEPTAN. 2005. Prospek dan Pengembangan Agrobisnis Bawang Merah,


Jakarta.
Crowder. 1986. Genetika Tumbuhan Edisi Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Lilik, G. 1997. Biologi Sel. Yudhistira, Jakarta.

Masitah. 2008. Zoologi Umum. Alumni IKIP, Makassar.

Sastrosumarjo, S. 2006. Panduan Laboratorium Hal 38-63. IPB, Bogor.

Soetaryo, 1997. Sitogenetika Tanaman. Erlangga, Jakarta.

Stack, S. M. 1979. The Chromosome and DNA Allium Cepa. Chromosoma 70: 161-
181.

Suryo. 2008. Sitogenetika. UGM Press, Yogyakarta.


Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

17
LAMPIRAN

Dokumentasi pada saat praktikum

Dokumentasi pada saat praktikum

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan


Tahap Profase Tahap Metafase Tahap Anafase Tahap Telofase

18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai