Anda di halaman 1dari 7

Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah satu

gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik
dan frustrasi. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula yang
dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut.

Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor individual dapt timbul dari tuntutan
pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh,
penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dsb.

. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor yang
berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua,
adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat
dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan
fisik.
Pendekatan-pendekatan Stress
Menurut Sarafino (1990), Sutherland dan Cooper (1990) stress dapat dikelompokkan
menajadi berbagai macam titik atau pandang :
Stress sebagai stimulus adalah pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan dan
menggambarkan stress sebagai suatu stimulus (atau stress sebagai variabel bebas). Pendekatan
seperti ini biasanya digunakan individu ketika dia berbicara tentang stress dalam kehidupan
sehari-hari, seperti : Banyak stress di tempat kerja.
Stress sebagai respon adalah pendekatan yang memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap
stressor dan menggambarkan stress sebagai suatu respon (atau stress sebagai variabel
tergantung). Respon yang dialami itu mengandung dua komponen, yaitu : komponen psikologis,
yang meliputi prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress; dan komponen fisiologis, berupa
rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat. Stress sebagai suatu respon ini juga dikenal dalam
ilmu medis dan sering dipandang sebagai perspektif fisiologis. Konsep General Adaptation
Syndrome dari Selye dan fight or flight reaction dari Cannon.
Stress sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, adalah pendekatan yang
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan
menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia
dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional (Van
Broeck, 1979; Sutherland dan Cooper, 1990; Sarafino, 1990). Di dalam proses hubungan ini
termasuk juga proses penyesuaian.
Penyebab Stress
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress Psikologis, yaitu :
a) Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi ada
yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain).
b) Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict,
avoidance -avoidance conflict.
c) Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri
individu.
d) Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu, misalnya
kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera operasi. Keadaan
stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.
B. Macam-macam Tingkat Stress
Penggolongan Stress apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan
Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat
bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
2) Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
3) Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
4) Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
5) Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
6) Stress psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Grant Brecht (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi
2 macam, yaitu :
Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.
Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga,
beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
Reaksi Psikologis terhadap stress diantaranya :
Kecemasan, Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan
dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut fisik jantung berdebar, keluar keringat
dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
Kemarahan dan agresi, Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin
dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan
serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan,
tindak sadis dan usaha membunuh orang.
Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih.
C. Jenis Stress
Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
a) Stres fisik, merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu
tinggin atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat, dll.
b) Stress kimiawi, merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang
terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormone atau gas, dll.
c) Stress mikrobiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri,
atau parasit.
d) Stress fisiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara
lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dll.
e) Stress proses tumbuh kembang, merupakan stress yang disebabkan oleh proses tumbuh
kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
f) Stress psikologis dan emosional, merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan situasi
psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.
Tahapan-tahapan Stress
Gejala-gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal
tahapan stress timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut
dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun di
pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam penelitiannya membagi
tahapan-tahapan stress sebagaimana berikut :

a. Stress Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-
perasaan sebagai berikut :

Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).


Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Namun tanpa disadari cadangan
energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, Namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
b. Stress Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan
pada tahap I di atas Mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan
cadangan energi yang mengalami deficit. Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone
(HP) yang sudah lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan
baik. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II
adalah sebagai berikut :

Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.


Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
Lekas merasa capai menjelang sore hari.
Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
Tidak bisa santai
c. Stress Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-
keluhan sebagaimana diuraikan pada stress tahap II tersebut di atas, maka yang bersangkutan
akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang air
besar tidak teratur (diare).
2) Ketegangan otot semakin terasa.
3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai masuk tidur (early insomnia),
atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu
pagi/ dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini
seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban
stress hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna
menambah suplai energi yang mengalami defisit.
d. Stress Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan
keluhan-keluhan stress tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stress

tahap IV akan muncul :

Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.


Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit.
Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon
secara memadai (adequate).
Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.
Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stress Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang ditandai
dengan hal-hal berikut :

Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological
exhaustion).
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.
Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan
panik.
f. Stress Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap VI ini berulang-
kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai
berikut :

Debaran jantung teramat keras.


Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap).
Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ
tubuh sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.
Kesimpulan

Stress merupakan gejala psikologis yang dialami oleh setiap orang. Stress juga memiliki
beberapa faktor diantaranya faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dri lingkungan
dan faktor internal mumncul dari diri sendiri.

Jenis Stress yaitu, Stress fisik, Stress kimiawi, Stress mikrobiologis, Stress fisiologis,
Stress proses tumbuh kembang, Stress psikologis atau emosional. Pengalaman stress dapat
bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran. Gejala-gejala stress ada 2 yaitu secara fisik
dan psikis.
Saat kita mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan, saat sesuatu yang buruk terjadi di
luar kendali kita maka secara otomatis mengalami perasaan yang tidak tenang. Jika hal yang
terjadi itu jauh melampaui daya tahan diri kita, melampaui bagaimana kita mampu bertoleransi
maka timbullah stress. Ada peristiwa tertentu menimbulkam stress bagi seseorang, namun bagi
orang lain hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa saja dan dapat dikendalikan dengan baik.
Hal yang membedakan adalah persepsi. Bagaimana setiap orang dapat memiliki persepsi yang
berbeda atas suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai