Disusun Oleh :
Indah Arista Dewi
150810301095
Partai Politik menurut Sigmund Neuman (Budiarjo, 2008:404) adalah organisasi dari
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain
Akan tetapi di negara baru, partai politik berhadapan dengan berbagai masalah seperti
tingkat buta huruf yang tinggi. Peranan partai politik untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut dialami Bangsa Indonesia sejak merdeka. Namun pada pelaksanaannya, peranan
partai politik tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak adanya kerja sama, timbulnya
kecurigaan dan keinginan untuk menguasai kekuasaan membuat partai politik di Indonesia
dalam perjalanannya sering mengalami perpecahan. Memasuki masa orde baru, peranan
Mengingat pentingnya fungsi partai politik maka menjadi hal yang menarik pula untuk
kita kawal sejauh mana tingkat efektifitas partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya,
hal ini akan lebih menarik jika kita mau untuk menilik keadaan perpolitikan di negeri ini.
Sebuah kondisi yang pada awalnya hanya sebatas menarik, namun tanpa kita sadari
keadaan tersebut telah berubah menjadi hal yang wajib untuk semua kalangan masyarakat
berperan aktif dalam perpolitikan, jika dahulu masyarakat hanya menjadi obyek politik
sekarang mau tidak mau masyarakat harus menjadi subjek politik, kondisi ini bukan tanpa
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasionaldan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesiasecara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
citauntuk memperjuangkan dan membela kepentinganpolitik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, sertamemelihara keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UU RI Nomor 2/2008).
Pada dasarnya partai politik mempunyai tujuan umum dan khusus. Sebagaimana
dijelaskan oleh Bastian, 2007; Hafild, 2008 yaitu:
a) mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksuddalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.
b) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
denganmenjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
RepublikIndonesia
c) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara
konstitusional.
Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga
menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi yaitu pihak internak dan eksternal.
Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai
Politik
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari
laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional,
maka partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Untuk itu perlakuan
akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang
Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PSAK
Nomor 45 antara lain:Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Perubahan
dalam Aset Neto / Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Pengertian LSM
LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Ciri organisasi nirlaba adalah
organisasi yang tidak berorientasi dan bertujuan utama mencari keuntungan. Namun
bukan berarti aspek keuangan menjadi aspek yang tidak penting. Justru inilah yang
menjadi kelemahan bagi LSM yang tidak mampu menjaga pendanaannya sehingga
tidak dapat menjalankan fungsi dan peranannya dalam masyarakat untuk mmberikan
pendampingan dan pemberdayaan. Tujuan keuangan dari organisasi LSM seharusnya
menjadi pendukung dan penyokong untuk kegiatan-kegiatannya dalam menjalankan
fungsi dan perananya sesuai misi dan nilai yang diperjuangkan.
LSM akan memperoleh sumber pendanaan dari kelompok memiliki kesesuaian nilai,
visi dan misi dengan LSM tersebut. Hal ini bertujuan, strategi dan program yang akan
dilaksanakan harus sesuai juga dengan nilai,visi dan misi dengan LSM tersbut. Sesuai
dengan tujuan dan strategi dengan adanya penyusunan program, penyusunan
anggaran, implementasi, pengawasan dan pelaporan. Pengawasan ini perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategik yang telah di buat.
Jadi, akuntabilitas terkait dengan tindakan atau perilaku yang didasarkan pada
standar etik,kinerja optimal,mekanisme kontrol,konsistensi terhadap visi dan mandat
organisasi dan penghargaan prinsip-prinsip demokrasi,HAM dan hak asasi perempuan.
Pembenahan governance dan akuntabilitas LSM yang selama ini terabaikan diyakini
sebagai landasan awal yang penting untuk memulihkan kepercayaan publik dan
meningkatkan legitimasi terhadap LSM sebagai basis dukungan bagi perubahan sosial.
Dengan demikian,ketidakpedulian LSM terhadap masalah akuntabilitasnya,bukan
hanya mengancam eksistensi LSM,tetapi juga membahayakan upaya mendorong
peranan masyarakat sipil dalam pengembangan demokrasi dan perilaku demokratis
disemua arena politik,lokal,nasional,regional dan global.
Di indonesia sendiri eksistensi LSM semakin ditantang setelah otonomi daerah-
menyusul lahirnya berbagai kebijakan dan peraturan daerah yang terindikasi
melanggar HAM dan bersifat diskriminatif terhadap perempuan.
Jadi,akuntabilitas bagi organisasi LSM idak sekedar isu,melainkan juga sudah
menjadi tuntutan publik.Salahbentuk implementasi akuntabilitas adlah menyusun
laporan keuangan LSM.Untuk menghasilkan laporan keuangan diperlukan sistem
akuntansi untuk LSM.
Mengembangkan Akuntasi Untuk Lsm
Kebanyakan organisasi nirlaba ini menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai
ukuran keberhasilannya,seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh,pertumbuhan
jumlah anggota dan luas wilayah dampingan,jumlah orang yang dilayani,dan biaya
overhead yang mampu diminimalisasikannya (Bastian,2007).
Sistem Akuntansi LSM
Organisasi LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Untuk itu, perlakuan
akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK No 45 tentang Standar
Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. LSM menyelenggarakan pembukuan terpadu
berdasarkan peraturan tata buku yang berlaku. Pembukuan keuangan LSM diperiksa
oleh peninjau organisasi dan pemberi dana. Sementara itu, kewenangan, penerimaan,
penyimpanan, dan penggunaan dana, serta pembukuan keuangan LSM yang
diselenggarakan oleh pelaku organisasi LSM ditentukan oleh badan penyandang dana
berdasarkan status LSM yang dimaksud.
1. Tahap pencatatan. Tahap ini terdiri dari kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran
dalam bentuk transaksi dan buku pencatatan, kegiatan pencatatan bukti transaksi ke
dalam buku jurnal, dan memindahbukukan dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya ke dalam akun buku besar
3. Tahap pelaporan. Terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan
Sebelumnya disini tujuan utama laporan keuangan sendiri yaitu menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu LSM
untuk memenuhi kepentingan para staf/relawan, penyumbang, pemerintah, dan pihak lain
yang menyediakan sumber daya bagi LSM, serta masyarakat luas.
Laporan Aktivitas
Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK No. 45
tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan
Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan anrus kas, Cacatan atas laporan keuangan.
Selain mengacu pada PSAK No. 45. Penyusunan laporan keuangan partai politik juga terikat
pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan mengenai partai politik dan
pemilu seperti Undang-undang No. 2 tahun 2008, Undang-undang No. 2 tahun 2011, dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2013.
Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena
karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan
dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
Opini publik terhadap LSM masih kurang baik. Hal ini disebabkan ketidakkonsistenan
sebagian komunitas LSM yang menyimpang dari filosofi dasar pembentukan LSM. Selain itu
kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan minimnya akses informasi tentang LSM
merupakan salah satu penyebab kecilnya peluang LSM untuk mendapatkan dukungan dana
lokal, antara lain filantropy dan dana corporate social responsibility (CSR).
Akuntansi LSM meliputi sistem akuntansi keuangan, dan sistem akuntansi biaya.
Sedangkan pelaporan keuangan mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi
untuk entitas nirlaba. Laporan keuangan organisasi LSM terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat.