Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK: STUDI PARTAI POLITIK DI

INDONESIA, DAN AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NON-PEMERINTAH: STUDI LSM


DI INDONESIA

Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Sektor Publik

Disusun Oleh :
Indah Arista Dewi
150810301095

Program Studi Strata Satu Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2017
PENDAHULUAN

Partai Politik menurut Sigmund Neuman (Budiarjo, 2008:404) adalah organisasi dari

aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta

merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain

yang mempunyai pandangan berbeda.

Akan tetapi di negara baru, partai politik berhadapan dengan berbagai masalah seperti

kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, pembagian pendapatan yang timpang dan

tingkat buta huruf yang tinggi. Peranan partai politik untuk mengatasi masalah-masalah

tersebut dialami Bangsa Indonesia sejak merdeka. Namun pada pelaksanaannya, peranan

partai politik tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak adanya kerja sama, timbulnya

kecurigaan dan keinginan untuk menguasai kekuasaan membuat partai politik di Indonesia

dalam perjalanannya sering mengalami perpecahan. Memasuki masa orde baru, peranan

partai politik di Indonesia berkembang lebih leluasa.

Mengingat pentingnya fungsi partai politik maka menjadi hal yang menarik pula untuk

kita kawal sejauh mana tingkat efektifitas partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya,

hal ini akan lebih menarik jika kita mau untuk menilik keadaan perpolitikan di negeri ini.

Sebuah kondisi yang pada awalnya hanya sebatas menarik, namun tanpa kita sadari

keadaan tersebut telah berubah menjadi hal yang wajib untuk semua kalangan masyarakat

berperan aktif dalam perpolitikan, jika dahulu masyarakat hanya menjadi obyek politik

sekarang mau tidak mau masyarakat harus menjadi subjek politik, kondisi ini bukan tanpa

sebab yang telah menjelma dalam realitas kehidupan masyarakat.


PEMBAHASAN

Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, dan Lingkungannya

Definisi Partai Politik

Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasionaldan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesiasecara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
citauntuk memperjuangkan dan membela kepentinganpolitik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, sertamemelihara keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UU RI Nomor 2/2008).

Tujuan Partai Politik

Pada dasarnya partai politik mempunyai tujuan umum dan khusus. Sebagaimana
dijelaskan oleh Bastian, 2007; Hafild, 2008 yaitu:
a) mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksuddalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.
b) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
denganmenjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
RepublikIndonesia
c) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara
konstitusional.

Fungsi dan Peran Partai Politik


Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi sebagai berikut:
1. Partai politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban
politik rakyat.
2. Partai politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan negara.
3. Partai politik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota masyarakat
untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi.
Karakteristik Aktivitas Partai Politik
Pada dasarnya aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan
mengatur kekuasaan bagi amanat dan mandat dari konstituennya dengan cara-cara yang
demokratis. Partai politik memiliki karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang
dimilikinya dan perannya dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah
mendapatkan mandat dari konstituennya untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara
demokratis, yaitu pemilihan umum.

Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Partai Politik


Dalam partai politik terdapat perangkat organisasi umum, yang mana perangkat
organisasi dan kegiatannya meliputi: (1) sekretariat, (2) rapat-rapat yang diperlukan untuk
mengambil keputusan partai, (3) kegiatan pencairan dana, (4) kegiatan kampanye, (5)
kegiatan pendidikan politik, (6) kegiatan-kegiatan partai politik diluar kampanye yang
spontan dilakukan, (7) partai membentuk yayasan-yayasan untuk menyebarluaskan
pengaruhnya, dan (8) kekayaan partai politik.

Keuangan Partai Politik


Untuk mencapai tujuan dan menjalankan fungsi-fungsinya, partai politik
membutuhkan sumber keuangan. Keuangan partai politik bersumber dari:
1. Iuran anggota;
2. Sumbangan, dapat berupa uang, barang dan/atau jasa, yang sah menurut hukum;
dan
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Bantuan keuangan dari APBN/ APBD diberikan
secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPR/DPRD.
(UU No. 2 Tahun 2011).

Akuntabilitas Keuangan Partai Politik

Dengan adanya akuntabilitas yang tinggi akan dapat meminimalisir kecurigaan


penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk
menciptakan good political party governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi
para partai politik peserta pemilihan umum. ada beberapa istilah yang identik dengan
partai politik, yaitu Politik Uang dan Politik Daging Sapi.

Peran Dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Partai Politik

Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga
menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi yaitu pihak internak dan eksternal.

Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai
Politik
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari
laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional,
maka partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Untuk itu perlakuan
akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang
Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PSAK
Nomor 45 antara lain:Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Perubahan
dalam Aset Neto / Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan

Namun berdasarkan PP Nomor 05 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan


Partai Politik Pasal 14 mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan
menyerahkan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana bantuan keuangan
tersebut dan telah di audit oleh BPK.

Seluk-Beluk Organisasi LSM

Pengertian LSM

Lembaga swadaya masyarakat atau juga disebut dengan organisasi non-


pemerintah (non-government organizationNGO) merupakan organisasi yang
dikelola oleh swasta atau diluar pemerintahan. Istilah swasta ini bukan berarti
seperti organisasi bisnis yang bertujuan untuk memperoleh profit. \

Ciri-ciri dan Topologi Organisasi LSM


Mengutip Salamo dan Anheier, Hadiwinata (Kompas, 17 April 2004) mendefinisikan
LSM, yang juga merupakan ciri-ciri LSM, sebagai berikut (Bastian, 2007:22).

1. Formal, yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai kantor


dengan seperangkat aturan dan prosedur.
2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau terpisah dari pemerintah.
3. Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan kepada direktur
atau pengurusnya.
4. Menjalankan organisasinya sendiri, yaitu tidak dikontrol oleh pihak luar.
5. Sukarela, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu.
6. Nonreligius, yaitu tidak mempromosikan ajaran agama.
7. Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu.

Struktur Organisasi LSM

Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan organisasi lainnya,


walaupun sama-sama organisasi publiknya. Struktur organisasi LSM tidak terlalu
formal, namun biasanya ada seseorang atau aktivitas senior yang memimpin. Pihak
yang berpengaruh ini biasanya berpeluang sangat besar dalam mengarahkan
kebijakan dan pengelolaan organisasi.

Pengelolaan Keuangan LSM

LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Ciri organisasi nirlaba adalah
organisasi yang tidak berorientasi dan bertujuan utama mencari keuntungan. Namun
bukan berarti aspek keuangan menjadi aspek yang tidak penting. Justru inilah yang
menjadi kelemahan bagi LSM yang tidak mampu menjaga pendanaannya sehingga
tidak dapat menjalankan fungsi dan peranannya dalam masyarakat untuk mmberikan
pendampingan dan pemberdayaan. Tujuan keuangan dari organisasi LSM seharusnya
menjadi pendukung dan penyokong untuk kegiatan-kegiatannya dalam menjalankan
fungsi dan perananya sesuai misi dan nilai yang diperjuangkan.

LSM akan memperoleh sumber pendanaan dari kelompok memiliki kesesuaian nilai,
visi dan misi dengan LSM tersebut. Hal ini bertujuan, strategi dan program yang akan
dilaksanakan harus sesuai juga dengan nilai,visi dan misi dengan LSM tersbut. Sesuai
dengan tujuan dan strategi dengan adanya penyusunan program, penyusunan
anggaran, implementasi, pengawasan dan pelaporan. Pengawasan ini perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategik yang telah di buat.

Akuntabilitas Lsm: Antara Isu,Tuntutan Dan Realita

Jadi, akuntabilitas terkait dengan tindakan atau perilaku yang didasarkan pada
standar etik,kinerja optimal,mekanisme kontrol,konsistensi terhadap visi dan mandat
organisasi dan penghargaan prinsip-prinsip demokrasi,HAM dan hak asasi perempuan.
Pembenahan governance dan akuntabilitas LSM yang selama ini terabaikan diyakini
sebagai landasan awal yang penting untuk memulihkan kepercayaan publik dan
meningkatkan legitimasi terhadap LSM sebagai basis dukungan bagi perubahan sosial.
Dengan demikian,ketidakpedulian LSM terhadap masalah akuntabilitasnya,bukan
hanya mengancam eksistensi LSM,tetapi juga membahayakan upaya mendorong
peranan masyarakat sipil dalam pengembangan demokrasi dan perilaku demokratis
disemua arena politik,lokal,nasional,regional dan global.
Di indonesia sendiri eksistensi LSM semakin ditantang setelah otonomi daerah-
menyusul lahirnya berbagai kebijakan dan peraturan daerah yang terindikasi
melanggar HAM dan bersifat diskriminatif terhadap perempuan.
Jadi,akuntabilitas bagi organisasi LSM idak sekedar isu,melainkan juga sudah
menjadi tuntutan publik.Salahbentuk implementasi akuntabilitas adlah menyusun
laporan keuangan LSM.Untuk menghasilkan laporan keuangan diperlukan sistem
akuntansi untuk LSM.
Mengembangkan Akuntasi Untuk Lsm
Kebanyakan organisasi nirlaba ini menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai
ukuran keberhasilannya,seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh,pertumbuhan
jumlah anggota dan luas wilayah dampingan,jumlah orang yang dilayani,dan biaya
overhead yang mampu diminimalisasikannya (Bastian,2007).
Sistem Akuntansi LSM

Organisasi LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Untuk itu, perlakuan
akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK No 45 tentang Standar
Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. LSM menyelenggarakan pembukuan terpadu
berdasarkan peraturan tata buku yang berlaku. Pembukuan keuangan LSM diperiksa
oleh peninjau organisasi dan pemberi dana. Sementara itu, kewenangan, penerimaan,
penyimpanan, dan penggunaan dana, serta pembukuan keuangan LSM yang
diselenggarakan oleh pelaku organisasi LSM ditentukan oleh badan penyandang dana
berdasarkan status LSM yang dimaksud.

Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan organisasi LSM perlu menyelenggarakan kegiatan


akuntansi. Pada umumnya, siklus akuntansi pada organisasi nirlaba termasuk organisasi
LSM, dikelompokkan dalam tiga tahap, diantaranya:

1. Tahap pencatatan. Tahap ini terdiri dari kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran
dalam bentuk transaksi dan buku pencatatan, kegiatan pencatatan bukti transaksi ke
dalam buku jurnal, dan memindahbukukan dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya ke dalam akun buku besar

2. Tahap pengikhtisaran. Terdiri dari penyusunan neraca saldo berdasarkan akun-akun


buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian, penyusunan kertas kerja,
pembuatan ayat jurnal penutup, membuat neraca saldo setelah penutupan, membuat
ayat jurnal pembalik

3. Tahap pelaporan. Terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN LSM

Pengguna Laporan Keuangan LSM


Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan LSM,
diantaranya: Pengurus, Staf/relawan,Pemerintah,Penyumbang,Kreditur,
danPublik/masyarakat luas (donatur & objek dampingan).

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Sebelumnya disini tujuan utama laporan keuangan sendiri yaitu menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu LSM
untuk memenuhi kepentingan para staf/relawan, penyumbang, pemerintah, dan pihak lain
yang menyediakan sumber daya bagi LSM, serta masyarakat luas.

Laporan Posisi Keuangan


Tujuan laporan posisi keuangan yaitu untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih, serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur
tersebut pada waktu tertentu.Informasi dalam Laporan Posisi Keuangan yang digunakan
bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya.
Penyajian Aset dan Kewajiban
1. Laporan Posisi Keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan
informasi yang relevan mengenai sifat, likuiditas, fleksibilitas keuangan dan
hubungan antara aset dan kewajiban.
2. Kas atau aset lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.

Klasifikasi Aset bersih Terikat atau Tidak Terikat


Klasifikasi Aset bersih Terikat atau Tidak Terikat adalah sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok asset bersih
berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yang terikat secara
permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
b. Informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.

Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyajikan informasi mengenai:


1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset bersih;
2. Hubungan antar-transaksi dan peristiwa lain;
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau
kegiatan.

Laporan Arus Kas

Tujuan Laporan Arus Kas


Tujuan utama Laporan Arus Kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2
tentang Laporan Arus Kas.
KESIMPULAN

Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK No. 45
tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan
Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan anrus kas, Cacatan atas laporan keuangan.
Selain mengacu pada PSAK No. 45. Penyusunan laporan keuangan partai politik juga terikat
pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan mengenai partai politik dan
pemilu seperti Undang-undang No. 2 tahun 2008, Undang-undang No. 2 tahun 2011, dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2013.
Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena
karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan
dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
Opini publik terhadap LSM masih kurang baik. Hal ini disebabkan ketidakkonsistenan
sebagian komunitas LSM yang menyimpang dari filosofi dasar pembentukan LSM. Selain itu
kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan minimnya akses informasi tentang LSM
merupakan salah satu penyebab kecilnya peluang LSM untuk mendapatkan dukungan dana
lokal, antara lain filantropy dan dana corporate social responsibility (CSR).
Akuntansi LSM meliputi sistem akuntansi keuangan, dan sistem akuntansi biaya.
Sedangkan pelaporan keuangan mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi
untuk entitas nirlaba. Laporan keuangan organisasi LSM terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai