Anda di halaman 1dari 10

SELUK BELUK PENGAUDITAN DAN PERAN SPKN DALAM AUDIT DI PEMERINTAH

INDONESIA & MEMAHAMI FUNGSI BPK , BPKP DAN INSPEKTORAT DI


PEMERINTAH INDONESIA

Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Sektor Publik

Oleh:

Indah Arista Dewi

150810301095

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2017
PENDAHULUAN

Pemerintah yang atau tata kelola yang baik ditandai dengan tiga pilar utama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah
partisipasi, transparasi, dan akuntabilitas. Untuk meminimalkan terjadinya pemerintahan
yang menyimpang dan tidak akuntabel diperlukan sistem akuntabilitas publik yang baik.
Sistem akuntabilitas yang baik memerlukan saluran-saluran pertanggung jawaban yang
tersistem dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya praktik penyimpangan dalam
pemerintah oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pemerintah
maka diterapkanya fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi
pemeriksaan atau audit.

Tugas pokok BPKP yaitu (1) mempersiapkan perumusan kebijakan pengawasan


keuangan dan pembangunan, (2) menyelenggarakan pengawasan umum atas
penguasaan dan pengurusan keuangan dan (3) menyelengarakan pengawasan
pembangunan. Berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 sistem pengendalian internal
pemerintah (SPIP), BPKP merupakan aparat pengewas intarnal pemerintah (APIP) yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden dan berwenang melakukan pengawasan
intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi
kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara.

Inspektorat Jenderal sendiri dalam kementerian Negara Republik Indonesia adalah


unsur pembantu yang ada disetiap departemen atau kementerian yang mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan departemen atau
kementeriannya. Tugas pokok Inspektorat yaitu menyelenggarakan pengawasan
dilingkungan departemen terhadap semua pelaksanaan tugas unsur departemen agar
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berdasarkan kebijakan menteri dan peratuaran
perundang-undangan berlaku, yang bersifat rutin maupun tugas pembangunan.
PEMBAHASAN

PERBEDAAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN ( PENGAUDITAN)

Secara konsepsional , pelakasanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari


aspek pengawasan. Istilah suatu pemriksaan (auditing) adalah sebuah istilah teknis
profesional. Secara teknis profesional, pemriksaan APBN/APBD hanya dapat dilakukan
oleh institusi yang memiliki wewenang dan keahlian untuk melakukan audit. Pengawasan
dapat dilakuakn dari pihak internal dan juga eksternal, dimana pengawasan dari internal
dilakukan langsung oleh pimpinan, sedangkan pengawsan dari ekstrernal dilakukan oleh
lembaga legislative.

Secara operasional, antara pengawasan dan pemeriksaan memang sulit untuk


dipisahkan dalam rangka fungsi pengawasan pimpinan misalnya pemeriksaan selalu
menyertai pengawasan. Dalam hal ini pengawasan merupakan tindakan untuk
membandingkan antara yang seharusnya terjadi dengan yang sebenarnya terjadi atau
untuk menjamin pencapain tujuan tertentu secara optimal. Sama dengan pengawasan,
Tarigan ( 2007 ) membagi pemeriksaan keuangan menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan
keuangan secara internal dan ekstrnal. Pemeriksaan secara internal dimana badan
pengawas keuangan dan pembangunan (BPK) melakukan pemeriksaan dalam lingkungan
pemerintah secara keseluruhan, yang menjalankan fungsi pengawasan dari presiden
selaku kepala pemerintah atau inspektorat wilayah (Itwil) dalam lingkungan pemerintah
daerah, yang menjalankan fungsi pengawasan dari kepala daerah selaku pimpinan
daerah. Sedangkan pemeriksaan keuangan secara eksternal dijalankan oleh badan
pemeriksa keuangan (BPK) yang menjalankan amanat konstitusi untuk memeriksa
pertanggung jawaban keuangan pemrintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat.

JENIS-JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang institusional dan hukum, di mana audit sektor publik pemerintah
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas
dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor
publik, yaitu audit keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan audit
investigasi (investigation audit) (Bastian,2003).

Audit Keuangan

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotorisasi serta dicatat secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi audit atas laporan
keuangan dan audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan.

Audit Kinerja

Audit kinerja atau sering dikenal dengan performance audit atau value for money
audit merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi sektor publik (Mahmudi,
2007).

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Menurut SKPN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah pemeriksaan
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Audit kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas
kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan serta pengujian terhadap
pengendalian internal (Sandha dan Bastian, 2008).

Secara proses dan teknik pengauditan, antara audit keuangan dan audit kinerja
tidak ada perbedaan yang mendasar. Bahkan definisi audit kinerja dapat diturunkan dari
audit keuangan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada objek yang diaudit, fokus
audit, dan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan audit
(Mahmudi,2007).

Audit Ekonomi dan Efisiensi

Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung, ruang, dan
peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien. Selain itu juga bertujuan untuk
menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis
atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem
informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.

Audit Efektivitas

Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau


manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.

Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu
program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh, evaluasi oleh konsumen dan evaluasi
yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil.

Audit Investigasi

Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya


tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga
mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit
berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan
wewenang yang ditemukan (Bastian,2003). Tujuan audit investigatif adalah mengadakan
temuan lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk
membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat.
Tanggung jawab pelaksanaan audit investigasi adalah pada lembaga audit seperti BPK.
Audit investigasi merupakan pemeriksaan oleh auditor dengan tujuan menemukan
kecurangan (Rahayu dan Bastian, 2008).

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM AUDIT SEKTOR PUBLIK


Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam pekerjaan audit, dan tidak
ada satu pendekatan yang menjadi pendekatan paling tepat. Secara garis besar,
pendekatan audit ada tiga, yaitu (Bastian, 2003:62)
1. Audit Transaksi
Pendekatan ini meliputi vouching atau pembuktian seluruh transaksi yang terjadi
setelah melihat dokumen-dokumen atau bukti-bukti yang ada.
2. Audit Neraca
Pendekatan ini meliputi verifikasi seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam
neraca
3. Audit Sistem
Dalam pendekatan ini, auditor melakukan pengujian sistem akuntansi dan sistem
pengendalian internal untuk melihat apakah terdapat suatu dasar yang dapat
diandalkan sehingga sistem tersebut dapat digunakan.

Proses Audit dalam Sektor Publik


Mardiasmo (2009:197) menyatakan bahwa struktur audit kinerja memiliki (1) tahap
pengenalan dan perencanaan, (2) tahap pengauditan, (3) tahap pelaporan, dan (4) tahap
penindaklanjutan.
Pada tahap pengenalan dan perencanaan, perlu dilakukan survey pendahuluan dan
review sistem pengendalian manajemen. Untuk menghasilkan rencana penelitian yang
detail yang dapat membatu auditor dalam mengukur kinerja dan mengembangkan temuan
berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria dan mengembangkan temuan
berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tahap pengaditan dalam audit kinerja terdiri atas tiga elemen, yaitu telaah hasil-hasil
program, telah ekonomi dan efisiensi, dan telaah kepatuhan. Review hasil-hasil program
akan membantu auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang
benar.
Tahap pelaporan merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya
tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal tersebut
menjadi alasan utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak
manajemen, lembaga legislatif dan masyarakat luas. Penyampaian hasil pekerjaan audit
dapat dilakukan secara formal dalam bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislatif
maupun secara informal melalui diskusi dengan pihak manajemen.
Tahapan yang terakhir adalah tahap penindaklanjutan, di mana tahap ini didesain
untuk memastikan atau memberikan pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan oleh
auditor sudah diimplentasikan. Prosedur penindaklanjutan dimulai dengan tahap
perencanaan melalui pertemuan dengan pihak manajemen untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi organisasi dalam mengimplementasikan rekomendasi
auditor. Selanjutnya. auditor mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis
terhadap data-data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan

PERAN & FUNGSI STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA(SPKN)

Sesuai dengan peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 bahwa SPKN atau standar
pemeriksaan keuangan negara adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN dinyatakan dalam bentuk
pernyataan standar pemeriksaan yang selanjutnya disebut PSP. SPKN ini berlaku untuk
semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas , program kegiatan serta fungsi
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sesuai dengan peraturan perundang-undang

Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004 standar pemerintah ( SPKN ) memiliki


kedudukan sebagai dasar untuk menilai kebenaran , kecermatan , kreadibilitas dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan tanggung jawab keuangan negara. Adapun
peran SPKN yaitu Memberikan patokan atau arahan per tahapan pemeriksaan
pengeloaan dan tangung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. Dengan kata lain ,
SPKN disusun untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tangung jawab keuangan
negara.

ISU & TANTANGAN DALAM AUDIT DI PEMERINTAH INDONESIA

Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta meniai kewajaran laporan keuangan
sektor publik tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang
dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, auditor sektor publik juga memeriksa dan
menilai tingkat ekonomis , efisiensi serta efetivitas dari semua entitas , program , kegiatan
serta fungsi yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian , bila kualitas auidt sektor publik
rendah akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum terhadap pejabat pemerintah dan akan
muncil kecurangan , korupsi kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Selain itu tantangan dimasa yang akan datang auditor atau pemeriksa
sebagaimana telah dijelaskan oleh ritonga (2010) adalah adanya amanat UU Nomor 17
Tahun 2003 untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual. Salah satu kondisi yang
menjadi syarat untuk dapat menerapkan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah
daerah adalah adanya dukungan dari pemeriksa keuangan.

MEMAHAMI FUNGSI BPK , BPKP & INSPEKTORAT DI PEMERINTAH INDONESIA

Pada dasarnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bertugas untuk melakukan


pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara. Yang diharapkan untuk tidak
terjadinya penyimpangan atau menghindari adanya praktik-praktik yang mengakibatkan
kerugian negara. Peran BPK untuk senantiasa melaporkan hasil auditnya kepada lembaga
yang kompeten untuk pemberantasan korupsi.

Tugas pelaksanaan dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja LPND sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2002 dan terakhir PP Nomor 64
Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun
2001. Berdasarkan peraturan tersebut, tugas BPK adalah untuk melaksanakan
pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah
sesuai peraturan perundangn-undangan yang berlaku. Fungsi BPK adalah :

1. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan;


2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan
pengurusan barang milik/kekayaan negara;
3. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan
pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah atas pemerintah daerah;
4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat
strategis dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah;
5. Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
pusat dan daerah;
6. Evaluasi atas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan pusat dan
daerah;
7. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, pertamina, cabang usaha
pertamina,
8. Evaluasi terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance dan laporan
akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, pertamina, cabang usaha
pertamina,
9. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha
milik negara, dan badan-badan lain yang didalamnya terdapat kepentingan
pemerintah,
10. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta
pengendalian mutu pengawasan;
11. Pelaksanaan administrasi perwakilan BPKP.
1. Audit;
BPK melakukan audit atas :
1. APBN;
2. Laporan keuangan dan kinerja BUMN/D/badan usaha lainnya;
3. Pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri;
4. Kredit usaha tani (KUT) dan kredit ketahanan pangan (KKP);
5. Peningkatan penerimaan negara, termasuk penerimaan negara bukan
pajak (PNPB);
6. Dana Off Balance SheetBUMN maupun yayasan yang terkait;
7. Dana Off Balance Budget pada departemen/LPND;
8. Audit tindak lanjut atas temuan-temuan pemeriksaan;
9. Audit khusus (audit investigasi);
10. Audit lainnya yang menurut pemerintah bersifat perlu dan penting untuk
segera dilakukan.
2. Konsultasi, Asistensi, dan Evaluasi;
3. Pemberantasan Korupsi;
4. Pendidikan dan pelatihan Pengawasan.
KESIMPULAN

Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah fungsi
pemeriksaan atau auditing. Fungsi pemeriksaan berbeda dengan fungsi pengawasan.
Secara konsepsional, pelaksanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari aspek
pengawasan. Namun, secara operasional , antara pengawasan dan pemeriksaan
memang sulit dipisahkan. Sebagai bagian dari pelaksanaan fungsi pengawasan dari
pimpinan, pemeriksaan keuangan secara internal, tidak bisa lepas dari keharusan untuk
melakukan pengawasan , yaitu membandingkan hasil yang seharusnya terjadi dengan
yang benar-benar terjadi.

Berdasarkan landasan hukum , kewenangan BPK telah diatur didalam UUD 1945
Pasal 23E. BPK berperan untuk senantiasa melaporkan hasil auditnya kepada lembaga
yang kompeten untuk memberantas korupsi. Validitas data BPK dapat dijadikan data awal
bagi penegak hukum untuk melakukan penyidikan atas indikasi korupsi yang dilaporkan,
laporan BPK yang akurat juga akan menjadi alat bukti dalam pengadilan.

Tugas Badan pengawasan keuangan dan pembangunan yang ditetapkan


berdasarkan peraturan presiden Nomor 64 Tahun 2005 menyebutkan secara rinci tugas
dan fungsi-fungsinya sebagai sebuah lembaga non departemen (LPND) yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2015. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
SektorPublik. Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai