Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNOLOGI BIOGAS

Kinetika biogas

Disusun oleh:

Christian Andrew Hadi Saputa NIM. 11.14.006


Elisabeth Kunti Sulistyaningtyas NIM. 11.14.007
Jeanne Fransiska Wijaya NIM. 11.14.010
Nur Aini Setiawati NIM. 11.14.013
Cahyo Setiawan NIM. 11.14.014

JURUSAN TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Teknologi Biogas berisikan
materi tentang Kinetika Biogas.
Makalah ini disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana yang
disertai dengan penjelasanpenjelasan yang diharapkan mudah dipahami oleh setiap
pembaca, sehingga mempermudah pembaca untuk mempelajarinya.
Dengan makalah ini kami berharap semoga bermanfaat bagi pembaca. Kami
sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, Maret 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Energi dari bahan bakar minyak yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari
semakin menipis dan harganya semakin tinggi, terutama di Indonesia. Proporsi
penggunaan energi oleh sektor transportasi yang mencapai lebih dari 30 persen dari total
penggunaan energi nasional yang hampir seluruhnya (92%) bersumber dari bahan bakar
minyak (BBM) selain masalah pada pasokan BBM juga berdampak buruk bagi
lingkungan (Susilowati, 2009), untuk itu perlu dicari sumber energi alternatif lainnya
yang lebih menguntungkan yang berasal dari bahan-bahan limbah yang dapat
dimanfaatkan menjadi sumber energi. Limbah dari kegiatan manusia, antara lain limbah
pertanian, peternakan, industri dan konsumsi, terdiri dari tiga, yaitu limbah padat,
limbah cair dan limbah gas.
Biomassa telah dianggap sebagai sumber utama terbarukan energi untuk
menggantikan sumber bahan bakar fosil yang menurun. Biomassa tampaknya menjadi
bahan baku yang menarik untuk tiga alasan utama. Pertama, adalah sumber daya terbaru
yang bisa berkelanjutan di masa depan. Kedua, tidak ada pelepasan karbon dioksida
(CO2) dan kandungan sulfur yang sangat rendah. Ketiga, biomassa memiliki potensi
ekonomi yang signifikan, sedangkan harga bahan bakar fosil terus meningkat.
Produksi biofuel dari biomassa dapat memperlambat perubahan iklim dangn
mengurangi emisi gas rumah kaca. Anaerobik digestion adalah proses alami dimana
senyawa organik di pecah menjadi senyawa sederhana dalam keadaan anaerob oleh
beberapa mikroorganisme. Proses anaerobik terdiri 4 tahapan reaksi, yaitu hidrolisis,
acidogenesis, acetogenisis, dan methanogenesis.
Penelitian yang dilakukan oleh Deepanraj B. bertujuan untuk menyelidiki
pengaruh suhu terhadap produksi biogas dari limbah makanan. Kinetika percobaan juga
dianalisa dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
penguraian bahan organik oleh bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara
(bakteri anaerob) terhadap limbah-limbah organik baik di digester (pencerna)
anaerob maupun di tempat pembuangan akhir sampah (sanitary landfill). Gas ini sering
dimanfaatkan untuk pemanas, memasak, pembangkit listrik dan transportasi.
Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenesis pada
bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan, kotoran hewan dan
manusia merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2 dan gas lainnya.
Komposisi biogas bervariasi tergantung pada limbah organik dan proses fermentasi
anaerob, dengan komposisi lengkap sebagai berikut:
Tabel 2.1. Komposisi Kandungan Biogas
Komponen %volume
CH4 40-70
CO2 30-60
H2 0-1
H2S 0-3

Produksi biofuel dari biomassa dapat memperlambat perubahan iklim dangn


mengurangi emisi gas rumah kaca. Anaerobik digestion adalah proses alami dimana
senyawa organik di pecah menjadi senyawa sederhana dalam keadaan anaerob oleh
beberapa mikroorganisme. Proses anaerobik terdiri 4 tahapan reaksi, yaitu hidrolisis,
acidogenesis, acetogenisis, dan methanogenesis.
Keuntungan utama dari proses anaerobik digestion adalah untuk proses
pembuatan biogas, sumber energi terbaru yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
untuk mobil, untuk pemanasan langsung. Penggunaan bahan bau biomassa pada
produksi biogas membantu pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dan
memungkinkan penurunan tingkat karbon dioksida. Terlepas dari hasil biogas,
anaerobik digestion dapat membebaskan solid dan cair dari produk yang dapat
digunakan sebagai pupuk.
Biogas yang dihasilkan selama proses pencernaan anaerobik adalah campuran
metana (CH4). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses biogas adalah konsentrasi
solid, pH, suhu, pencampuran/agitasi, C/N ratio, dll mempengaruhi kinerja proses
pencernaan anaerobik. Diantara faktor-faktor tersebut, suhu merupakan salah satu faktor
penting dan banyak para peneliti meniliti efek suhu pada produksi biogas.
Metode dan Bahan
Limbah makanan yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari
asrama National Institute of Technology Calicut, Kerala. Sisa makanan adalah substrat
yang sangat dibutuhkan untuk proses anaerobik. Berkaitan dengan biodegradasi yang
lebih tinggi dan biogas/gas metana mengandung sejumlah subtansial bahan organik,
yang dapat dicerna secara anaerobik untuk menghasilkan biogas. Selain itu juga
menganalisa kandungan nutisi untuk menunjukkan bahwa limbah makanan yang
terkandung memiliki nutrisi seimbang untuk mikroorganisme anaerob. Komposisi unsur
dari limbah makanan ditentukan dengan menggunakan unsur penganalisa.
Tabel 2.2. Komposisi Limbah Makanan
Komponen %
C 49,96
H2 10,35
O2 1,13
N2 38,28
S2 0,28
Air ditambahkan untuk memperoleh konsentrasi total padatan yang diinginkan
dan larutan natrium bikarbonat 1 N digunakan untuk mempertahankan nilai pH tetap 7.
Karakteristik substrat digunakan ditentukan sebelum dan sesudah pencernaan. Untuk
penelitian ini, kotoran sapi digunakan sebagai inokulum (10% inokulum untuk memberi
nutrisi pada mikroorganisme).

Digester batch anaerob skala laboratorium terbuat dari kaca dengan volume
total 2 Liter dan pada penelitian ini bekerja pada volume 1,6 L. Campuran reaksi diaduk
2 kali sehari. Masing-masing reaktor dipertahankan temperaturnya menggunakan
waterbath dengan perbedaan temperatur 30, 40, 50 dan 60 C.
Kinetic Study

Banyak model dinamika yang tersedia untuk mendeskripsikan mekanisme


biokonversi. Dalam penelitian ini menggunakan modifikasi Model Gompertz dan
Model Logistik. Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapaat ditentukan potensi
produksi biogas dari substrat, tingkat maksimum produksi biogas dan fase lag reaksi
yang dapat ditentukan dengan hasil penelitian.
Data kinetik diperoleh dari pengecekan semua digester untuk persamaan
Gompertz dan persamaan Logistik. Persamaan Gompertz dan persamaan Logistik
menggambarkan produksi biogas secara kumulatif dari digester batch, dengan asumsi
bahwa produksi biogas adalah fungsi pertumbuhan mikroorganisme. Persamaan yang
digunakan adalah:

R e

C B exp exp b t 1

B

B
C
t
1 exp 4R b 2
B
Keterangan:
C : kumulatif produksi biogas
t : waktu digestion
B : potensial yield biogas dari substrate
Rb : rate maksimum produksi biogas
: durasi dari fase lag
exp (1) = 2,718
Hasil Study Kinetika Persamaan Gompertz
Persamaan Gompertz dimodifikasi digunakan utnuk menyesuaikan kumulatif
data produksi biogas yang diperoleh dari proses anaerobik.

Parameter kinetik berdasarkan modifikasi persamaan Gompertz terdapat pada


tabel diatas. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi persamaan Gompertz dapat
digunakan untuk memperkirakan potensi hasil biogas, maksimum tingkat produksi
biogas dan durasi fase lag.
Gambar 2 (b) menunjukkan perbandingan eksperimental dan prediksi produksi
biogas kumulatif untuk semua reaktor. Menggunakan modifikasi persamaan Gompertz,
untuk keseluruhan menggunakan RMSE (Root Mean Square Error) dan R2 diperoleh
sebagai berikut 2,68% dan 0,9994%. Itu adalah keseluruhan persentase untuk semua
reaktor dengan suhu berbeda adalah sekitar 17,5%. Ini menunjukkan bahwa modifikasi
persamaan Gompertz terbaik untuk studi kinetika produksi biogas dan untuk
menentukan fase lag dari reaksi dan maksimum potensial biogas.
Hasil Studi Persamaan Logistik

Dari gambar 3 (b) menunjukkan perbandingan antara eksperimental dan


prediksi produksi biogas kumulatif pada semua reaktor. Menggunakan persamaan
Logistik, untuk keseluruhan menggunakan RMSE dan R2 diperoleh masing-masing
5,31% dan 0,9960%. Keseluruhan persentase untuk semua reaktor dengan temperatur
yang berbeda adalah kurang lebih 25%. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan
Logistik dapat digunakan untuk studi kinetic produksi biogas dan untuk menentukan
fase lag reaksi dan potensi biogas maksimum.
Tapi dibandingkan dengan modifikasi persamaan Gompertz persentase
keseluruhan persamaan Logistik lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa modifikasi
persamaan Gompertz yang baik untuk studi kinetika produksi biogas dibandingkan
dengan persamaan Logistik.
BAB III
KESIMPULAN

Hasil penelitian memberikan bahwa temperatur 50 C adalah kondisi operasi


yang terbaik. Namun, hasil ini tidak berarti bahwa temperatur yang tinggi itu lebih
optimal, memerlukan energi berlebih pada temperatur digester.
Persamaan Gompertz dan persamaan Logistik digunakan untuk mengevaluasi
parameter dari anaerobik digestion. Dari penelitian ini, potensi hasil biogas dari
substrat, fase lag dan tingkat produksi biogas maksimum yang ditentukan. Analisa
statistic menunjukkan bahwa persamaan Gompertz yang telah dimodifikasi adalah lebih
baik dari persamaan Logistik.

Anda mungkin juga menyukai