Pukul 23.45
Dering telpon berbunyi, sontak aku terbangun dengan mata yang masih
mengerjap-ngerjap. Aku sudah menunggu telpon ini sejak beberapa jam yang lalu,
saat Ria mengirim pesan bahwa dia akan menelfon bersama Amir dan Merlina. Aku
rela menunggu sampai selarut ini, hingga aku terlelap sekitar setengah jam yang lalu.
Ria memang mengatakan kalau dia akan menelpon ntar, entah ntar kapan. Tapi aku
mau menunggu, hingga ntar itu menjadi nyata dan aku akan bahagia.
Lima bulan bukan waktu yang singkat. Mereka kembali pada saat purnama ke
lima. Ketika kuputuskan untuk segera mengangkat telpon dengan sekali tarikan
nafas, denggan sapaan akrab halo, dadaku tiba-tiba sesak! Suara-suara di sana
mulai ramai, aku tidak sedang bermimpi. Merlina, Amir, Ria, lengkap sudah. Suara-
suar yang kutunggu selam lima bulan terakhir, suara-suar yang hanya bisa ku kenang
dalam diam, suara-suara yang selalu mampu membuatku tersenyum dalam keadaan
Tak terasa, air mataku menetes. Aku mennagis bahagia, prasangkaku selama
ini ternyata salah. Mereka tak melupakanku, mereka hanya sedang sibuk dan tidak
memiliki waktu untuk berkomunikasi seperti lima bulan yang lalu. Aku memaklumi
semua itu, dadaku masih sesak. Aku memilih tak bersuara. Untuk saat ini,
mendengarkan mereka berbicara sesuka hati sudah lebih dari cukup. Air mataku
***
Halo...halo..halo... Merlina, Ria , Zulhah, itu pasti suara Amir, masih belum
iya-iya haloo, itu suara yang masih sangat kuingat, Ria. Hanya Ria yang masih
iya, phuk, aku ada, itu benar-benar suara Merlina. Suara yang masih sama.
Periang, suka ngomelin Amir, suka ketawa ngakak, bahkan tidak malu-malu meski
ada Amir. Manusia luar biasa yang dikaruniai ke pe-de-an yang luar biasa dari Tuhan.
Aku tak berbicara panjang lagi, karena setelah itu, suara pelanku mulai
tertelan oleh suara Ammir dan Merlina yang entah apa yang diperdebatkan. Sam,ar-
buang-buang tenaga.
bentar-bentar, aku gak terima lho, kamu bilang kayak gitu. Bahwa naik
apa yang ada dala pikiran kamu itu, kok bisa kamu bilang naik gunung itu
nguras tenaga....
pokonya jelas daki gunung itu bikin ngos-ngosan.... potong merlina lagi.
itu ya... timbulnya perasaan kayak gitu itu, karena kamu gak pengen
mendekat kepada Alalh... Amir benar-benar ngotot, belum terima merlina bilang
begitu.
sekarang itu, ya, mau mendekat sama Allah itu gampang, buka Al-Quran
sama amir.
jadi ketawa-ketawa sendiri. Aku ingin nimbrumng juga, tapi suaraku tidak boleh naik
barang satui oktaf pun. Kalu tidak, salah satu bu nyai akan terbangun dan akan
mennayakan aku perihal telpon tengah malam ini. Dan aku akan terancam tidak
itu karena kamu belum mandi, mending aku, meski dikerubungi semut
beb, kamu pulang, ini udah malem, suara lebay merlina menggoda amir.
bah! Ini aku udah mau pulang! jawab amir agak jengkel, merlina jadi ketawa
lagi.
Rekaman di hp ku terputus.
Eh, nuris sama ivan gak masuk karena gak bisa di telpon. Gak tau kenapa? Sibuk
kalii...