NYERI PANGGUL
Disusun oleh:
B-6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016/2017
SKENARIO
NYERI PANGGUL
Seorang perempuan berusia 60 tahun datng ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri pinggul kanannya setelah terbentur lantai kamar mandi karena jatuh. Sejak
terjatuh yang dirasakan tidak mampu berdiri karna rasa nyeri yang sangat pada
pinggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
berat,merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi
104x/menit, frekuensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada Art. Coxae dextra,
posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Ditemukan krepitasi
tulang dan nyeri tekan juga pemendekan ekstermitas. Gerakan terbatas karena nyeri.
Neurovascular distal baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femoris
tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.
KATA SULIT
PERTANYAAN
SASARAN BELAJAR
1. Mempelajari dan memahami anatomi makroskopis dan mikroskopis Os.
Femur dan Art. Coxae
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa.
Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang
tersimpan dalam lapisan lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang
spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak
padat. Celah-celah diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang diantara trabekula
berisi sumsum tulang merah. Pada trabekula yang tebal dapat terlihat osteon.
Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphysis lebih
banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak
disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).
Tulang Kompakta
Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni:
1. Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum dan
endosteum.
2. System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang kompakta. Lapisan
lamellar 4-20 tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular.
3. System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel lamel, secara garis
besar membentuk segitiga dan segiempat.
Pada tulang kompakta juga terdapat saluran Havers, saluran Volkman, lacuna dan
kanalikuli.
b. Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu
pemberian nutrisi pada tulang yang disalurkan melalui kanalikuli. Osteosit berada di
dalam lacuna dan dapat berhubungan dengan osteosit lain dengan gap junction.
c. Osteoclast
Osteoclast adalah sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan
merupakan bagian yang penting. Osteoclast mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoclast ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. Aktifitas
osteoclast akan meningkat dengan adanya hormone parathyroid dan dapat dihambar
oleh calcitonin.
d. Sel osteoprogenitor
Osteoprogenitor merupakan sel induk tulang. Osteoprogenitor berperan sebagai
bone repair dan pembentukan callus. Osteoprogenitor mempunyai sifat multipoten
yaitu bisa berdiferensiasi menjadi osteoblast, fibroblast, chondroblast, dan sel lemak.
2. Mempelajari dan memahami fraktur
2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial.
2.2 Etiologi
Penyebab fraktur adalah taruma.Trauma langsung berarti benturan pada tulang
dan mengakibatkan fraktur ditempat itu. Trauma tidak langsung bila mana titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Misalnya seorang anak yg jatuh dan berusaha menahan dengan telapak tangan
membentur lantai. Gaya benturan akan diteruskan ke proksimal dan dapat
mengakibatkan :
1. fraktur distal radius
2. fraktur antebrachi
3. fraktur kaput radius
4. fraktur kondilus lateralis
5. fraktur suprakondilair humerus
6. fraktur klavikula
Taruma rotasi pada kaki dapat mengakibatkan fraktur spiral tibia. Sesorang
yang melompat dari ketinggian dan mendarat pada kakinya dapat menderita
fraktur kompresi tulang belakang yang jaraknya amat berjauhan. Frkatur yang
diakibatkan taruma yang minimal atau tanpa trauma adalah fraktur patologis
yaitu fraktur dari tulang yang patologik akibat suatu proses misalnya : pada
osteogenesis imperfecta, osteoporosis, penyakit metabolik atau atau penyakit-
penyakit lain seperti infeksi tulang dan tumor tulang.
Fraktur femur.
a. Klasifikasi menurut Garden
Tingkat I : fraktur impaksi yang tidak total
Tingkat II : fraktur total tetapi tidak bergeser
Tingakt III : fraktur total isertai dengan sedikit pergesekan
Tingkat IV : fraktur disertai dengan pergeseran yang hebat
Patogenesis
1. fase hematoma
apabila fraktur pada patahan tulang panjang, maka pembuluh darah
kecil yang melewati kanalikuli dalam system havers akan robek pada
daerah fraktur sehingga terjadi hematom diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma besar diliputi periosteum sehingga periosteum terdorong
dan robek karena tekanan hematom sehingga ekstravasasi darah
kedalam jaringan lunak
2. fase proliferasi subperiosteal dan endosteal
sel osteogenik akan berprolifesai dari periosteum membentuk kalus
eksterna dan interna
3. fase pembentukan kalus
setelah bentuk jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
osteoblast dan kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblast dtempati matriks intrasel kolagen dan perlekatan
polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk tulang matur yang
disebut woven bone
4. fase konsolidasi
woven bone akan membentuk kalus primer dan menjadi tulang matang
akibat aktivitas osteoblast dan kelebihan kalus direabsorbsi secara
perlahan
5. fase remodeling
saat union lengkap tulang barubentuk menyerupai bulbus yang
meliputi tulang tanpa kanalis medulari. Bulbus terbentuk dari
reabsorbsi osteoklas, proses osteoblast di tulang, kalus eksterna
perlahan-lahan hilang, kalus intermedia akan berubah menjadi tulang
kompak berisi system haver dan kalus interna akan menjadi rongga
bentuk sum-sum tulang.
B. Palpasi / feel
Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat
juga secara objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang
sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau
menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan
sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang
tepat sama. Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu
diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur
tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang
mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu
diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri,
warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test),
sensibilitas. Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat
apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan
krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi.
Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit
dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah
sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.
C. Gerakan / moving
Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena
menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan
gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin
fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu
(Loss of function)
2.7 Tatalaksana
Untuk patah tulangnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu
selama masa penyembuhan tulang (imobilisasi).
Tindakan Debridement
1. Penderita diberi toksoid atau ATS
2. Antibiotic untuk bakteri gram positif dan negative
3. Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka terbuka
4. Tourniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup
5. Setelah dalam narkose seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan
dicukur
6. Luka diirigasi dengan cairan fisiologis atau air matang 5-10 liter, luka
derajat 3 disemprot hingga bebas kontaminasi (jet lavage)
7. Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)
8. Eksisi luka lapis demi lapis, fragmen tulang besar untuk stabilitas
dipertahankan
9. Bila letak luka tidak menguntungkan, dibuat insisi baru yang biasa
digunakan
10. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup
setelah 1 minggu atau edema hilang. Luka untuk reposisi primer dijahit
primer
11. Fiksasi eksterna yang paling baik, bagi yang pengalaman, dibolehkan
fiksasi interna. Antibiotik diteruskan 3 hari kedepan
Operatif
Dipasang intermedullary nail, ada 3 macam:
1. Kuntsher mail (paling terkenal)
2. Sneider nail
3. Ao nail
Pemasangan intermedullary nail dapat dilakukan secara:
Terbuka
Menyayat kulit fascia sampai tulang yang patah. Pen dipasang secara
retrograde
Tertutup
Tanpa sayatan di daerah patah. Pen dimasukkan melalui ujung trochanter
major dengan bantuan image intersifier(C.arm). Tulang dapat direposisi dan
pen dapat masuk kef ragmen bagian distal
2.8 Prognosis
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung
pada lokasi fraktur juga umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:
Lokasi Fraktur Masa Lokasi Fraktur Masa
Penyembuhan Penyembuhan
1.Pergelangan 3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu
tangan
2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu
3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu
4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu
5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu
6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6
minggu), lansia (> 8 minggu)
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI.
Jakarta: Binarupa Aksara
Stuart J. Warden, David B. Burr, and Peter D. Brukner. 2006. Stress fractures :
pathophysiology, Epidemiolog, and risk factors. Current Science Inc. USA.
Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: EGC
Rasjad, Chairudin. 2012. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang: Bintang Lamupate