Anda di halaman 1dari 10

NAMA : BAIQ ISTI HIJRIANI

NPM : 173112620112

A. ACARA LATIHAN : PERSILANGAN DIHIBRID


B. TEMPAT DAN WAKTU
a. Tempat Percobaan : Laboratorium Mikrotika
b. Waktu Percobaan : Selasa, 3 Oktober 2017
C. LATAR BELAKANG
Pasangan individu dengan sifat atau karakter tertentu menghasilkan
anakan dengan variasi sifat genotipe dan fenotipe. Sifat-sifat tersebut
diturunkan berdasarkan teori pewarisan sifat yang diperkenalkan oleh Groger
Mendel. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada generasinya dapat
dilakukan perhitungan secara kuantitatif berdasarkan percobaan-percobaan
Mendel tersebut (Istamar, 2014).
Mendel melakukan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan
dua sifat beda, seperti contohnya warna biji dan bentuk biji. Persilangan dua
individu dengan dua sifat beda ini disebut dengan persilangan dihibrid.
Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa
gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi
secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotipe F2 dengan perbandingan
9:3:3:1. Persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotipe pada F2 sebesar 9:3:3:1 merupakan bukti berlakunya
Hukum Mendel II yang disebut hukum asortasi atau pengelompokkan gen
secara bebas (The Law Independent Assortment of Genes). Berdasarkan
penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya
hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotipe, dan fenotipe
beserta perbandingannya. Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa
gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui
gamet (Anggraini, 2014).
Hukum Mendel ke- II menyatakan bahwa dua pasang atau lebih sifat dari
dua individu menurunkan sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung
pada pasangan sifat yang lain. Artinya alel dengan dengan gen sifat yang
berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini tersebut menjelaskan bahwa gen
yang menentukan warna biji tidak saling mempengaruhi dengan gen yang
menentukan bentuk biji (Birawata, 2015).
D. TUJUAN
1. Mempelajari hasil persilangan dihibrid
2. Membuktikan hukum Mendel ke- II dengan melakukan analisis chi square
(X2)
3. Menetukan rasio genotipeee dan rasio fenotipe yang dihasilkan melalui
persilangan dihibrid
4. Memahami pengertian dari fenotipe, genotipeee, dominan dan resesif
E. DASAR TEORI
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat
secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat
dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Dari
penelitian yang dilakukannya selama bertahun-tahun tersebut, Mendel
berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika. Dari percobaan tersebut
lahirlah Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. Hukum Mendel ke- II disebut
juga dengan hukum asortasi atau berpasangan bebas (independent
assortment). Isi dari hukum Mendel ke- II ini adalah Segregasi suatu
pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen yang lain yang bukan termasuk
alelnya. Hukum Mendel ke- II ini dipelajari pada persilangan dihibrid
(Fransisca, 2010).
Persilangan dihibrid yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan
dengan dua macam sifat beda, dengan dua alel beda. Pada persilangan
dihibrid dijelaskan hukum Mendel II. Hukum ini menyatakan bahwa, gen-gen
dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan
meiosis pada waktu pembentukan gamet. Salah satu contohnya adalah
persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-bulat (KKBB) dengan galur
murni berbiji hijau-keriput (kkbb). Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi
F1 yang semuanya berbiji kuning-bulat (KkBb). Artinya, sifat bulat dominan
terhadap sifat keriput dan warna kuning dominan terhadap warna hijau. Ketika
tanaman F1 ini dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri, maka diperoleh
empat macam individu generasi F2, masing-masing berbiji kuning-bulat,
kuning-keriput, hijau-bulat, dan hijau-keriput dengan perbandingan fenotipe
9:3:3:1, dan dengan perbandingan genotipe 1:2:2:1:4:2:1:2:1 sebagai akibat
terjadinya pemisahan/segregasi gen K dan B secara bebas/independen.
Fenotipe adalah penampakan sifat dari suatu individu tergantung dari
susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata- kata (misalnya mengenai
ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb) sedangkan genotipe adalah susunan
genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannya dengan fenotipe dan
biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf. Oleh Mendel, huruf yang
dominan diberi simbol huruf kapital. Sedangkan sifat resesif diberi simbol
dengan huruf kecil dari sifat dominan itu tadi (Murdiono, 2011).
Dengan demikian, gamet-gamet yang terbentuk dapat mengandung
kombinasi gen dominan dengan gen dominan (KB), gen dominan dengan gen
resesif (Kb dan kB), serta gen resesif dengan gen resesif (kb). Hasil
percobaan mendel menunjukkan bahwa setiap karakter diwarisi secara
bebas/independen (tidak tergantung satu sama lain, maksudnya penyilangan
dengan dua sifat beda KkBb, dua alel untuk warna biji memisah secara
independen dari dua alel untuk bentuk biji). Pemisahan secara independen
dari pasangan alel selama pembentukan gamet inilah yang disebut hukum
pemilahan independen Mendel (Murdiono, 2011).
Hal yang menarik dari hasil persilangan dihibrid adalah terbentuknya
dua jenis keturunan baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh induk (P) atau
oleh turunan (F1). Kedua jenis keturunan ini adalah biji bulat-hijau dan biji
keriput-kuning. Jenis baru yang berbeda ini disebut sebagai kombinasi baru
atau rekombinasi. Dengan melihat susunan gen dari kedua jenis biji tersebut,
susunan gennya berbeda dengan sususan gen pada induk (P) maupun pada
keturunan (F1). Jadi, pada jenis biji baru ini terjadi susunan gen baru. Biji
bulat-kuning dan keriput-hijau selanjutnya disebut sebagai kombinasi parental
karena fenotipenya sama dengan induk yang disilangkan. Pada pembentukan
gamet turunan F1, Mendel menyatakan bahwa sebuah gamet hanya akan
mempunyai salah satu gen dari sepasang gen sehingga sebuah gamet hanya
akan mempunyai B (gen bulat) atau b (gen keriput) dan K (gen kuning) atau
k (gen hijau). Empat macam gamet akan dihasilkan dalam jumlah yang sama,
yaitu BK, Bk, bK dan bk. Dari turunan F2 terdapat 16 kemungkinan kombinasi
turunan yang terdiri dari: 9 bagian bulat-kuning, 3 bagian bulat-hijau, 3 bagian
keriput-kuning dan 1 bagian keriput-hijau sehingga dapat dikatakan bahwa
perbandingan turunan yang diperoleh pada F2 adalah = 9 : 3 : 3 : 1 (Fransisca,
2010).
Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah
pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang
berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-
pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada bidang
khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis.
Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog,
dengan kata lain gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas
secara meiosis. Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum Mendel ke-
II, yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang
menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan
yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada
keturunannya (Murdiono, 2011).
Percobaan-percobaan persilangan sering kali memberikan hasil yang
seakan-akan menyimpang dari hukum Mendel. Perbandingan fenotipe yang
ditemukan dalam persilangan dihibrid tidak sepenuhnya merupakan
perbandingan yang pasti. Dalam kejadian nyata terdapat penyimpangan atau
deviasi. Perbandingan hasil persilangan di dalam kenyataan berbeda atau
memiliki selisih dengan perhitungan. Maka dari itu perlu diadakan evaluasi.
Cara evaluasi tersebut adalah dengan mengadakan chi-square test (X2)
(Indrayani, 2010).
Sebuah uji statistik yang dapat menguji rasio adalah Chi-Kuadrat.
Pengujian hipotesis dengan X2 atau chi-kuadrat merupakan salah satu teknik
pengujian statistik non-parametrik yang digunakan untuk menguji kesesuaian
data observasi derigan data yang diharapkan. Secara umum, statistik chi
kuadrat meringkas perbedaan antara dua atau lebih kelompok data bebas
melalui kuadrat beda antara frekuensi observasi yang diamati dan frekuensi
harapan yang diharapkan dan dibagi dengan frekuensi harapan
(Indarmawan, 2013).

F. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


a. ALAT DAN BAHAN
1. Jagung hasil persilangan dihibrid
2. Tabel distribusi uji chi square (X2)

b. CARA KERJA
1. Siapkan jagung hasil persilangan dihibrid
2. Hitunglah biji jagung berdasarkan fenotipe warna dan bentuknya (biji
ungu bulat, biji ungu keripu, biji kuning bulat dan biji kuning keriput)
3. Jumlahkan biji jagung tersebut sehingga diperoleh jumlah keseluruhan
dari biji jagung tersebut
4. Data yang didapat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel uji
chi square (X2)

G. HASIL PERCOBAAN
Biji jagung ungu bulat : 376
Biji jagung ungu keriput : 128
Biji jagung kuning bulat : 127
Biji jagung kuning keriput : 37
Jumlah biji jagung : 668

Warna ungu :U
Warna kuning :u
Bentuk Bulat :B
Bentuk keriput :b
Parental (P1) : UUBB >< uubb
Gamet (G) : U,B u,b
Filial (F1) : UuBb ( Biji jagung Ungu Bulat )

Parental (P2) : UuBb >< UuBb


Gamet (G) : UB , Ub UB , Ub
uB , ub uB , ub
Filial (F2) :

UB Ub uB ub

UUBB UUBb UuBB UuBb
UB
(ungu bulat) (ungu bulat) (ungu bulat) (ungu bulat)
UUBb UUbb UuBb Uubb
Ub
(ungu bulat) (ungu keriput) (ungu bulat) (ungu keriput)
UuBB UuBb uuBB uuBb
uB
(ungu bulat) (ungu bulat) (kuning bulat) (kuning bulat)
UuBb Uubb uuBb Uubb
ub
(ungu bulat) (ungu keriput) (kuning bulat) (kuning keriput)

Rasio genotipe : (1:2:2:1:4:2:1:2:1)


Rasio fenotipe : (9 : 3 : 3 : 1)
Biji jagung ungu bulat : 9/16 x jumlah biji jagung seluruhnya
Biji jagung ungu keriput : 3/16 x jumlah biji jagung seluruhnya
Biji jagung kuning bulat : 3/16 x jumlah biji jagung seluruhnya
Biji jagung kuning keriput : 1/16 x jumlah biji jagung seluruhnya

H. ANALISIS
Ungu Ungu Kuning Kuning
Jumlah
bulat keriput bulat keriput
Observed (O) 376 128 127 37 668
Expected (E) 376 125 125 42 668
Deviation (O-E) 0 3 2 -5
Deviation2 (D2) 0 9 4 25
X2hitung D2/ E - 0,072 0,032 0,595 0,699
X2tabel = 0,05
7,82
df-3
()2
Atau langsung dengan menggunakan rumus [ ].

Jadi didapatkan hasil X2 hasil perhitungan < X2 tabel = 0,05 dan df= 3, yaitu
0,699 < 7,82.
I. PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan percobaan Genetika kali ini mengenai hukum mendel
II dimana pada percobaan ini dilakukan persilangan dengan dua sifat beda
atau yang lebih dikenal dengan persilangan dihibrid. Adapun sifat-sifat yang
akan disilangkan yaitu antara lain warna biji dan bentuk biji. Dimana pada
percobaan ini bahwa sifat pertama yaitu warna ungu diberi simbol (U) karena
sifatnya yang dominan dan warna kuning yang resesif diberi simbol (u),
kemudian untuk sifat kedua yaitu biji bulat dijadikan sebagai sifat yang
dominan dan diberi simbol (B) sedangkan biji keriput sebagai sifat resesif dan
diberi simbol (b).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian hasil persilangan
jagung dihibrid dengan hukum Mendel ke- II. Persilangan ini hanya melihat
dua sifat beda yang disebut persilangan dihibrid. Dalam persilangan dihibrid
terbentuk empat gamet yang berbeda secara genetik dengan frekuensi yang
sebanding akibat pasangan-pasangan kromosom nonhomolog berorientasi
secara acak pada lempeng metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida
disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik
pada jantan maupun betina. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran
Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang
berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam
fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada
kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Bukti
kebenaran hokum Mendel ke- II ini dapat juga dengan uji silang antara F1
terhadap tetua resesif akan menghasilkan turunan dengan perbandingan
1:1:1:1 (Birawata, 2015).
Sampel jagung dilakukan persilangan dihibrid antara jagung warna ungu
bulat (UUBB) dengan jagung warna kuning keriput (uubb). Pada F1
didapatkan hasil semua biji jagung berwarna ungu bulat (UuBb), hal ini
dikarenakan warna ungu bersifat dominan terhadap warna kuning dan bentuk
biji yang bulat dominan terhadap bentuk biji keriput. Selanjutnya hasil F1
tersebut disilangkan dengan sesamanya dan diperoleh hasil perbandingan
genotipe pada F2 adalah 1:2:2:1:4:2:1:2:1 dan perbandingan fenotipe adalah
9:3:3:1 adalah dengan perincian 9/16 jagung dengan biji ungu bulat, 3/16
jagung dengan biji ungu keriput, 3/16 jagung dengan biji kuning bulat dan 1/16
jagung dengan biji kuning keriput.
Dalam melakukan percobaan persilangan dihibrid, tidak sepenuhnya kita
memperoleh hasil yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis).
Suatu data dikatakan baik jika hasil percobaan mendekati nilai teoritis, artinya
tidak ada faktor-faktor lain yang menganggu. Bila nilai observasi jauh dari
jumlah yang diharapkan, artinya terdapat faktor lain diluar sifat genetis. Hal
tersebutlah yang menyebabkan penyimpangan. Dalam kenyataannya tidak
jarang terdapat penyimpangan. Perbandingan hasil persilangan di dalam
kenyataan seringkali memiliki selisih dengan yang diharapkan (teoritis). Maka
dari itu perlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan
mengadakan uji chi square (X2). Uji ini sering digunakan dalam ilmu genetika
yang sering membandingkan distribusi hasil persilangan dengan distribusi
teoritis yang didasarkan atas teori genetika. Perbandingan fenotipe yang
didapat dari percobaan ini dianalisa dengan uji chi square (X2). Semakin kecil
nilai X2 menunjukan semakin kecil perbedaan data yang diamati dengan yang
diharapkan. Sebaliknya semakin besar X2 menunjukkan semakin besar pula
penyimpangannya atau perbedannya (Indrayani, 2010).
Didapatkan jumlah biji jagung warna ungu bulat sebanyak 376 biji, biji
jagung warna ungu keriput sebanyak 128, biji jagung warna kuning bulat
sebanyak 127 dan biji jagung warna kuning keriput sebanyak 37 biji, dengan
total jumlah biji pada jagung tersebut sebanyak 668 biji. Selanjutnya hasil
()2
pengamatan itu dianalisa dengan uji chi square dengan rumus [ ] dan

didapatkan hasil perhitungan X2 sebesar 0,699. Hasil uji ini kemudian


dibandingkan dengan nilai X2 yang terdapat dalam tabel distribusi uji chi
square dengan = 0,05 dan df = 3. Persilangan dihibrid dengan perbandingan
fenotipe 9:3:3:1 memiliki 4 kategori sehingga derajat (df= n-1), dimana n=
jumlah kategori, berarti df = 4-1 = 3.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa X2 hasil
perhitungan kurang dari nilai X2 pada tabel distribusi uji chi square dengan =
0,05 dan df= 3, yaitu sebesar 0,699 < 7,82 ,hal ini berarti hasil persilangan
jagung tersebut sudah sesuai dengan hukum Mendel ke- II.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Mendel ke- II karena didapatkan
nilai X2 hasil perhitungan < nilai X2 dalam tabel distribusi uji chi square
dengan = 0,05 dan df= 3 yaitu 0,699 < 7,82.
DAFTAR PUSTAKA

Fransica, Cahyono. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel.


Institut Teknologi Bandung.
Indarmawan, 2013. Penggunaan Uji Hipotesis Statistik X2 Dalam Penelitian
Biologi. Universitas Jenderal Soedirman.
Indrayani, Sri H. dkk. 2010. Laporan Percobaan Genetika Uji Chi Square (X2) dan
Model Perbandingan Genetik Menurut Mendel. UPI.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Anggraini,dkk. 2014. Simulasi Persilangan Dihibrida. Jurusan Biologi. UNS
Birawata, S. 2015. Genetika Tumbuhan Persilangan Dihibrid. Universitas
Jenderal Soedirman
Murdiono. 2011. Hukum Mendel II. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Barr Body
    Laporan Barr Body
    Dokumen7 halaman
    Laporan Barr Body
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Damar
    Damar
    Dokumen12 halaman
    Damar
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Genmol
    Genmol
    Dokumen3 halaman
    Genmol
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Indra Pembau
    Indra Pembau
    Dokumen10 halaman
    Indra Pembau
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Sel Krause
    Sel Krause
    Dokumen4 halaman
    Sel Krause
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Leukosit
    Laporan Leukosit
    Dokumen21 halaman
    Laporan Leukosit
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pedigree
    Tugas Pedigree
    Dokumen4 halaman
    Tugas Pedigree
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal Ekologi
    Translate Jurnal Ekologi
    Dokumen9 halaman
    Translate Jurnal Ekologi
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat
  • Drum Stick
    Drum Stick
    Dokumen7 halaman
    Drum Stick
    Baiq Isti Hijriani
    Belum ada peringkat