PENDAHULUAN
Page | 1
1.2Tujuan
1. Memahami prinsip kerja interferometer
2. Menentukan panjang gelombang cahaya
3. Membandingkan panjang gelombang yang diperoleh dengan
menggunakan Michelson mode dan Fabry-perot mode.
Page | 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Page | 3
Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan interferensi dan pola-polanya
yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optic.
Interferometer dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka
gelombang dan terferometer pembagi amplitude. Pada pembagi muka gelombang,
muka gelombang pada berkas cahaya pertama dibagi menjadi dua, shingga
menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar
akan membentuk pola interferensi yang berwujud cincin gelap terang berselang-
seling. Pola terang terjadi apabila gelombang-gelombng dari kedua berkas sinar
sefase sewaktu tiba di layar. Sebaliknya, pola gelap terjadi apabila gelombang-
gelombang dari kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar
pola interferensi nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang
waktu yang berarti beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah harus
tidak berubah-ubah dan hal ini hanya mungkin apabila kedua gelombang tersebut
koheren, yaitu identik bentuknya.
Untuk interferometer pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah
gelombang cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari
gelombang akan diteruskan dan sebagian lagi akan dipantulkan. Kedua
gelombang tersebut tentu saja mempunyai amplitudo gelombang yang lebih kecil
dari gelombang sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi.
Jika kedua gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah layar, maka
akan dihasilkan pola interferensi.
Page | 4
ke M1 akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke
layar. Adapun bagian yang ditransmisikan oleh M2 juga akan dipantulkan
kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya dari M1 menuju layar,
sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-
pola cincin gelap terang.
Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakkan M2
pada interferometer Michelson dan menghitung cincin yang bergerak atau
berpindah, dengan acuan suatu titik pusat. Sehingga diperoleh jarak pergeseran
yang berhubungan dengan perubahan cincin :
Page | 5
Sedangkan koherensi waktu adalah sifat yang dimiliki dua gelombang
yang berasal dari sumber sama, yang setelah menempuh lintasan yang berbeda
tiba di titik yang sama dengan beda fase tetap. Jika beda fase berubah beberapa
kali dan secara tidak teratur selama periode pengamatan yang singkat, maka
gelombang dikatakan tidak koheren. Koherensi waktu dari sebuah gelombang
menyatakan kesempitan spectrum frekuensinya dan tingkat keteraturan dari
barisan gelombang. Cahaya koheren sempurna ekivalen dengan sebuah barisan
gelombang stu frekuensi dengan spectrum frekuensinya dapat dinyatakan hanya
dengan satu garis, sehingga menunjukkan seberapa monokromais suatu sumber
cahaya. Dengan kata lain, koherensi waktu mengkarakterisasi seberapa baik suatu
gelombang dapat berinterferensi pada waktu yang berbeda.
Panjang koherensi merupakan jarak sejauh mana dapat berinterferensi.
Panjang koherensi suatu gelombang tertentu, seperti laser atau sumber lain dapat
dijelaskan dari persamaan berikut :
Pada interferometer Michelson, panjang koherensi sama dengan dua kali panjang
lintasan optic antara kedua lengan pada interferometer Michelson, diukur pada
saat penampakan frinji sama dengan nol. ketika movable mirror digerakkan, maka
kedua berkas laser yang melewati L1 dan L2 memiliki jarak lintasan yang
berbeda. Sehingga beda optic masing-masing berkas adalah 2L1 dan 2L2. Jadi
beda lintasan optisnya dalah :
Page | 6
BAB III
METODE PENELITIAN
Penyelarasan Laser
Page | 7
4. Mengatur movable mirror sehingga tidak menghalangi lintasan laser ke
basic interferometer base.
5. Mengatur sinar laser agar tepat menembak ke tengah dari interferometer
base
6. Mengatur posisi movable mirror agar cahaya laser tepat menembak ke
tengah layar
7. Mengatur XY agar gambar yg terbentuk pada layar seperti yg ditunjukkan
pada gambar:
A. Michelson mode
1. Memasang alat seperti yang di tunjukkan pada gambar di bawah ini.
Page | 8
3. Mengatur thumbscrews hingga cahaya yg ditampilkan pada layar berbentuk
seperti gambar berikut ini :
B. Fabry-perot mode
1. memasang alat seperti yang di tunjukkan pada gambar di bawah ini:
Page | 9
BAB IV
A. Michelson mode
No. N (m) (m) (m)
1. 20 5,00 106 11,00 106 6,00 106
2. 20 11,00 106 15,00 106 4,00 106
3. 20 15,00 106 17,00 106 2,00 106
4. 20 17,00 106 19,00 106 2,00 106
5. 20 19,00 106 24,00 106 5,00 106
6. 20 24,00 106 4,00 106 5,00 106
7. 20 4,00 106 11,00 106 7,00 106
8. 20 11,00 106 17,00 106 6,00 106
9. 20 17,00 106 23,00 106 6,00 106
10. 20 23,00 106 5,00 106 7,00 106
B. Fabry-perot
No. N (m) (m) (m)
1. 20 15,00 106 17,00 106 2,00 106
2. 20 17,00 106 24, 00 106 7,00 106
3. 20 24,00 106 5,00 106 6,00 106
4. 20 5,00 106 12,00 106 7,00 106
5. 20 12,00 106 18,00 106 6,00 106
6. 20 18,00 106 24,00 106 6,00 106
7. 20 24,00 106 5,00 106 6,00 106
8. 20 5,00 106 13,00 106 8,00 106
9. 20 13,00 106 19,00 106 6,00 106
10. 20 19,00 106 25,00 106 6,00 106
Page | 10
NST Mikrometer = 0,01 m = 1,00x10 m
A. Michelson-mode
2
=
26,00.106
1. 1 = = 6.00 107m
20
24,00.106
2. 1 = = 4. 00 107 m
20
22,00.106
3. 1 = = 2.00 107m
20
22,00.106
4. 1 = = 2.00 107m
20
25,00.106
5. 1 = = 5.00 107m
20
25,00.106
6. 1 = = 5.00 107m
20
27,00.106
7. 1 = = 7.00 107m
20
26,00.106
8. 1 = = 6.00 107m
20
26,00.106
9. 1 = = 6.00 107m
20
27,00.106
10. 1 = = 7.00 107m
20
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + . +10
= =
10
(6,00+4,00+2,00+2,00+5,00+5,00+7,00+6,00+6,00+7,00)107
= 10
= 5,00 107 m
Page | 11
Presentase kesalahan:
% = | | 100%
632,5 109 5,00 107
=| | 100% = 20,94%
632,5 109
B. Fabry-Perot mode
2
=
22,00.106
1. 1 = = 2,00 107m
20
27,00.106
2. 1 = = 7.00 107 m
20
26,00.106
3. 1 = = 6.00 107m
20
27,00.106
4. 1 = = 7.00 107m
20
26,00.106
5. 1 = = 6.00 107m
20
26,00.106
6. 1 = = 6.00 107m
20
26,00.106
7. 1 = = 6.00 107m
20
28,00.106
8. 1 = = 8.00 107m
20
26,00.106
9. 1 = = 6.00 107m
20
26,00.106
10. 1 = = 6.00 107m
20
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + . +10
= =
10
(2,00+7,00+6,00+7,00+6,00+6,00+6,00+8,00+6,00+6,00)107
= 10
= 6,00 107m
Page | 12
Presentase kesalahan:
632,5109 6,00107
% = | | 100% = | | 100% = 5,13%
632,5109
Page | 13
Page | 14
Page | 15
Page | 16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Page | 17