Anda di halaman 1dari 9

LEARNING ISSUE

Oleh Rachma Nisa P


3110400455

1. Apasaja klasifikasi fraktur maksilofasial? Ditambah gambar


Mandibula termasuk kedalam bagian sepertiga bawah wajah.
Klasifikasi fraktur berdasarkan istilah

1. Simple atau Closed : merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka terbuka
keluar baik melewati kulit, mukosa, maupun membran periodontal.

2. Compound atau Open : merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar termasuk
kulit, mukosa, maupun membran periodontal , yang berhubungan dengan patahnya
tulang.
3. Comminuted : merupakan fraktur dimana tulang hancur menjadi serpihan.
4. Greenstick : merupakan fraktur dimana salah satu korteks tulang patah, satu
sisi lainnya melengkung. Fraktur ini biasa terjadi pada anak-anak.
5. Pathologic : merupakan fraktur yang terjadi sebagai luka yang cukup serius
yang dikarenakan adanya penyakit tulang.

6. Multiple : sebuah variasi dimana ada dua atau lebih garis fraktur pada tulang
yang sama tidak berhubungan satu sama lain.

7. Impacted : merupakan fraktur dimana salah satu fragmennya terdorong ke


bagian lainnya.
8. Atrophic : merupakan fraktur yang spontan yang terjadi akibat dari atropinya
tulang, biasanya pada tulang mandibula orang tua.
9. Indirect : merupakan titik fraktur yang jauh dari tempat dimana terjadinya luka.

10. Complicated atau Complex : merupakan fraktur dimana letaknya berdekatan


dengan jaringan lunak atau bagian-bagian lainnya, bisa simpleatau compound.
Klasifikasi Fraktur Mandibula berdasarkan lokasi anatominya:
1. Midline : fraktur diantara incisal sentral.

2. Parasymphyseal : dari bagian distal symphysis hingga tepat pada garis alveolar
yang berbatasan dengan otot masseter (termasuk sampai gigi molar 3).
3. Symphysis : berikatan dengan garis vertikal sampai distal gigi kaninus.

4. Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter hingga
perlekatan poesterosuperior otot masseter (dari mulai distal gigi molar 3).

5. Ramus : berdekatan dengan bagian superior angle hingga membentuk dua garis
apikal pada sigmoid notch.
6. Processus Condylus : area pada superior prosesus kondilus hingga regio ramus.

7. Processus Coronoid : termasuk prosesus koronoid pada superior mandibula


hingga regio ramus.
8. Processus Alveolaris : regio yang secara normal terdiri dari gigi.
Fraktur Sepertiga Tengah Wajah

Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk oleh tulang maksila, tulang palatina, dan
tulang nasal. Tulang-tulang maksila membantu dalam pembentukan tiga rongga utama
wajah : bagian atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital. Rongga lainnya
ialah sinus maksila. Sinus maksila membesar sesuai dengan perkembangan maksila
orang dewasa. Banyaknya rongga di sepertiga tengah wajah ini menyebabkan regio
ini sangat rentan terkena fraktur.
Fraktur tulang sepertiga tengah wajah berdasarkan klasifikasi Le Fort :
1. Fraktur Le Fort tipe I (Guerins)

Fraktur Le Fort I merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi, dan
menyebabkan terpisahnya prosesus alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini
menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw.
Hipoestesia nervus infraorbital kemungkinan terjadi akibat dari adanya edema.

2. Fraktur Le Fort tipe II


Fraktur Le Fort tipe II biasa juga disebut dengan fraktur piramidal. Manifestasi dari
fraktur ini ialah edema di kedua periorbital, disertai juga dengan ekimosis, yang
terlihat seperti racoon sign. Biasanya ditemukan juga hipoesthesia di nervus
infraorbital. Kondisi ini dapat terjadi karena trauma langsung atau karena laju
perkembangan dari edema. Maloklusi biasanya tercatat dan tidak jarang berhubungan
dengan open bite. Pada fraktur ini kemungkinan terjadinya deformitas pada saat
palpasi di area infraorbital dan sutura nasofrontal. Keluarnya cairan cerebrospinal dan
epistaksis juga dapat ditemukan pada kasus ini.

3. Fraktur Le Fort III

Fraktur ini disebut juga fraktur tarnsversal. Fraktur Le Fort III (gambar 2.6)
menggambarkan adanya disfungsi kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus
fraktur ini ialah remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila
kompleks, disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal, edema, dan
ekimosis periorbital.

Fraktur Sepertiga Atas Wajah

Fraktur sepertiga atas wajah mengenai tulang frontalis, regio supra orbita, rima
orbita dan sinus frontalis. Fraktur tulang frontalis umumnya bersifat depressed ke
dalam atau hanya mempunyai garis fraktur linier yang dapat meluas ke daerah
wajah yang lain.
2. Bagaimana pemeriksaanpada kasus di scenario?
Fraktur lefort I
Penatalaksanaan secara umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan
sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada
masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu
tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di
RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi
semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan
lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada
jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

a. Reduksi,
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis
Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi
anatomik normalnya.
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip
yang mendasarinya tetap sama
Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi
manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan
persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan
diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang
diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter.
Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas
untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui
apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
Traksi, dapat digumnakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan
logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
b. Imobilisasi,
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.
Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi
penyembuhan
Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal
bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan
alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll)
Oedem
Edema faring : jika terjadi gangguan jalan nafas akibat pergesran tulang segera
dilakaukan traeostomi (tidak dilakukan intubasi trakheal karena untuk
menghilangkan edem maka hilangkan penyebab, untuk menghilangkan penyebab
fraktur rahang harus di immobilisasi)
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior
trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru
dan memintas jalan nafas bagian atas. Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat
lubang kedalam trakea.
Trakeostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea
agar passien dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya

3. Apasaja macam-macam fiksasi pada fraktur maksila dan prinsip penatalsanaan fraktur
maksilofasial?
4. Bagaiman prinsip IMF?
Reduksi atau Reposisi
Reduksi atau reposisi dari fraktur rahang adalah mengembalikan fragmen fragmen
tulang yang mengalami farktur ke posisi anatomi semula. Pedoman yang paling baik
dalam tindakan reduksi adalah oklusi dari gigi geligi. Secara umum terdapat dua
metode dalam tindakan reduksi rahang, yaitu reduksi tertutup (closed reduction) dan
reduksi terbuka (open reduction).
Reduksi Tertutup Adalah suatu tindakan reduksi fraktur tanpa melakukan
pembedahan atau operasi, fiksasi dan imobilisasi biasanya menggunakan alat yang
sama.
Reduksi Terbuka Adalah tindakan reduksi fraktur dengan cara pembedahan atau
operasi. Pada reduksi terbuka tindakan reposisi, fiksasi, dan imobilisasi biasanya
menggunakan alat yang berbeda. Reposisi dapat menggunakan alat berupa suatu
interosseus wiring, bone plate with screw, intramedullary wire, pin dan rods. Reduksi
terbuka merupakan metode paling akurat dalam tindakan reposisi segmen segmen
fraktur, karena dengan metode ini dapat diperoleh pandangan langsung terhadap
lokasi tulang yang mengalami fraktur.
Fiksasi dan Immobilisasi
Tindakan utama perawatan trauma oromaksilofasial adalah pada tahap perawatan
definitif yang dimaksudkan untuk mereposisi dan merekontruksi tulang tulang
oromaksilofasial sedapat mungkin seperti keadaan sebelum terjadi trauma. Namun
tentu saja perawatan definitif ini harus dilakukan setelah keadaan umum pasien stabil,
terkontrol, dan telah melewati masa kritis. Seperti telahdisebutkan diatas bahwa
perawatan definitif trauma oromamaksilofasial meliputi tiga tindakan, yaitu:
reposisi/reduksi, fiksasi, dan imobilisasi.
Untuk mendapatkan hasil penyembuhan fraktur yang baik, fragmen -fragmen
tulang harus terikat dengan kuat pada posisi anatomi semula. Adanya pergerakan
antar fragmen tulang dapat mengganggu proses penyembuhan dan meningkatkan
resiko terjadinya fibrous union. Fiksasi yang baik menghsilkan terbentuknya kalus
pada proses penyembuhan fraktur dimana terjadi remodeling tulang secara perlahan
sehingga terbentuk kontur tulang yang normal. Pada prinsipnya fiksasi dapat berupa
alat yang rigd, semi-rigid, atau non-rigid dimana penempatannya dapat internal
maupun eksternal. Posisi yang akurat, oklusi dan angulasi yang baik, tidak adanya
interposisi jaringan lunak serta reduksi yang benar sangat penting untuk memastikan
terjadinya penyembuhan tulang yang baik. Penutupan jaringan lunak baik itu mukosa
maupun kulit sangat penting khususnya dalam kasus kasus penggunaan fiksasi
internal

5. Apa komplikasi setelah penatalaksanaan?


Komplikasi awal fraktur maksila dapat berupa pendarahan ekstensif serta ganguan
pada

jalan nafas akibat pergeseran fragmen fraktur, edema, dan pembengkakan soft tisue.
Infeksi
pada luka maksilari lebih jarang dibandingkan pada luka fraktur mandibula. Padahal
luka
terkontaminasi sat tejadi cedera oleh segmen gigi dan sinus yang juga mengalami
fraktur.

Infeksi akibat fraktur yang melewati sinus biasanya tidak akan terjadi kecuali terdapat
obstruksi

sebelumnya. Pada Le Fort I dan II, daerah kribiform dapat pula mengalami fraktur,
sehinga
terjadi rhinorhea cairan serebrospinal. Selain itu, kebutan juga dapat erjadi akibat
pendarahan

dalam selubung dural nervus optikus. Komplikasi akhir dapat berupa kegagalan
penyatuan tulang

yang mengalami fraktur, penyatuan yang salah, obstruksi sistem lakrimal,


anestesia/hipoestesia

infraorbita, devitalisasi gigi, ketidakseimbangan otot ekstraokuler, diplopia, dan


enoftalmus.

6. Apa IDI mengenai akhlak seorang remaja muslim? Dikasih contoh keseharian
Definisi Adab dan akhlak: Akhlak memiliki makna yang sama dengan Adab, dan
terbagi menjadi dua yaitu adab yang terpuji (Al-Adab Asy-Syar'iyah) dan adab yang
tercela.
Keutamaan Akhlak Mahmudah

Perbuatan yang baik merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan.Akhlaq


karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah. Akhlaq al karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang
terpuji. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlakmahmudah. Pandangan al-
Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato yang
mengatakan, bahwa orang adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara
terus-menerus. Al-Ghazali memandang orang yang dekat kepada Allah adalah orang
yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna.
Pengertian Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah ialah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku
dan sikap yang tidak baik. Akhlak buruk adalah suatu sifat tercela dan dilarang oleh
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang
melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah, karena perbuatan
tersebut merupakan perbuatan yang tercela di hadapan Allah.
Bentuk-Bentuk Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
1. Sifat Dengki
Dengki menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak
suka) karena sesuatu yang sangat baik berupa keberuntungan jatuh pada orang
lain. Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai
maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya.
Adapun tanda-tanda orang yang memiliki sifat dengki adalah:
a. Tidak senang melihat orang lain mendapatkan kesenangan
b. Suka mengumpat, mencela, menghina dan memfitnah orang lain.
c. Ucapannya selalu membuat hati orang lain sakit
d. Memiliki sifat sombong
2. Sifat Iri Hati

Kata iri menurut etimologi artinya merasa kurang senang melihat kelebihan atau
kesuksesan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung. tidak rela apabila
orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.
3. Sifat Angkuh (Sombong)

Sombong adalah sikap menganggap dirinya lebih daripada yang lain sehingga ia
berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih
besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung
daripada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai