Tahun 1939 Levine dan Stetson menemukan antibodi Rhesus pertama kali pada seorang
wanita dengan hemolytic disease of the newborn
Tahun 1940 Landsteiner dan Wiener menamakan antigen tersebut Rhesus setelah
menyuntikkan sel darah merah monyet Rhesus kepada kelinci. Antibodi yang timbul
akibat penyuntikkan tersebut bereaksi terhadap 85% sel darah merah manusia.
Levine menemukan reaksi yang sama pada beberapa wanita pasca melahirkan. Wiener
dan Peter menemukan antibodi yang sama pada pasien Rh negatip yang mendapat
transfusi darah ABO yang kompatibel dengan Rh-positip.
Rh positip adalah individu yang mempunyai Rh antigen pada sel darah merahnya,
sedangkan Rh negatip adalah individu yang tidak mempunyai Rh antigen pada sel darah
merahnya. Antigen tersebut dinamakan antigen-D dan merupakan antigen yang berperan
penting dalam transfusi.
Tidak seperti pada ABO sistem, dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B
akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus
pembentukkan antibodi hampir selalu akibat stimulasi melalui transfusi atau kehamilan.
Antigen Rh lainnya
Pada pertengahan tahun 1940 ditemukan 4 antigen yang berhubungan dengan antigen D,
yang kemudian disebut sebagai Rh sistem.
Sampai saat ini sudah ditemukan lebih dari 40 antigen yang berhubungan dengan antigen
D, tapi pada sebagian besar kasus hanya 5 antigen bersama antibodinya yang berperan,
yaitu D,C,E,c,e.
Beberapa kombinasi dari Rh antigen diturunkan secara tidak terpisah. Seseorang akan
mendapat 1 gen kompleks dari masing-masing orang tua. Jika gen kompleks itu identik,
maka orang tersebut homosigot, sehingga ekspresi dari gen tersebut pada sel darah
merah adalah 2 kali dosisnya. Bila tidak identik, maka orang tersebut disebut heterosigot
dan kedua gen tersbut akan terlihat pada sel darah merah.
0
Fenotip dan genotip
Sampai saat ini hanya tersedia 6 reagen anti serum untuk pemeriksaan Rh sistem.
Umumnya test yang dilakukan pada pemeriksaan pretransfusi hanyalah anti-D. Anti
serum yang lain digunakan pada studi keluarga atau bila ada masalah dengan antibodi.
Untuk menentukan apakah seseorang homosigot untuk C (dan c), untuk E (dan e) relatif
mudah, karena tersedianya antiserum. Sedangkan untuk antigen D hanya dapat
ditentukan ada/tidaknya antigen tersebut, tapi tidak dapat diketahui apakah homosigot
atau heterosigot.
Rh variant (Du)
Tidak semua Rh positip bereaksi sama kuat terhadap anti-D. Umumnya akan langsung
terlihat pada reaksi aglutinasinya, sehingga dengan mudah disebut Rh positip (D+).
Sel yang tidak langsung bereaksi tidak dapat dikatakan Rh negatip, karena beberapa sel
D positip tidak langsung bereaksi dalam saline medium. Sebetulnya sel darah merah
tersebut mempunyai antigen D, maka perlu adanya pemeriksaan tambahan dengan
menambahkan antiglobulin serum untuk menunjukkan adanya antigen yang lemah
tersebut. Antigen ini adalah variant dari Rh antigen yang disebut Du.
Rh antibodi
Umumnya antibodi Rh merupakan hasil dari imunisasi akibat transfusi atau kehamilan,
kecuali beberapa anti-E dan anti-Cw yang ditemukan tanpa diketahui stimulusnya.
1
Sampai saat ini yang paling poten adalah antigen D diikuti oleh antigen c dan E.
Walaupun beberapa antibodi bereaksi kuat dalam saline medium, namun kebanyakan
antibodi Rh bereaksi optimal dalam antiglobulin test atau enzim.
Sistem MNSs adalah golongan darah kedua yang ditemukan setelah sistem ABO.
Landsteiner dan Levine pada tahun 1927 menemukannya dengan melakukan percobaan
dengan menyuntikkan sel darah manusia kedalam tubuh kelinci.
Didalam serum kelinci kemudian ditemukan antibodi yang bereaksi dengan antigen M dan
N, yang sebelumnya dinamakan determinant sel darah merah yang tidak dikenal dan
kemudian disebut sebagai sistem MN.
Pada tahun 1947 Walsh dan Montgomery dengan metode antiglobulin test menemukan
anti-S. Walaupun anti-S bukan merupakan allele dari M dan N, namun terlihat sangat
berhubungan, sehingga dimasukkan kedalam sistem MN.
2
Frekuensi
Tabel 11 Frekuensi fenotip dan genotip antigen M,N,S,s
Antigen MNSs mempunyai beberapa karakteristik yang berperan penting baik secara
klinis maupun serologis.
Antigen sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir, sehingga ada 2 hal yang penting
dari antigen ini, yaitu :
1. Semua antibodi kecuali anti-N dapat mengakibatkan terjadinya HDN
2. Antigen-antigen ini berperan penting dalam penentuan paternitas.
Antibodi
3
Reaksi positip invitro Imunoglobulin Implikasi
NaCl Alb AHG Enzim IgG IgM Rx trans HDN
.
Anti-M + sedikit tidak sedikit Keba ya jarang
nyakan
Anti-N + tidak jarang Keba mungkin
nyakan
Anti-S Bebe Bebe tidak Bebe Bebe ya ya
rapa rapa rapa rapa
Anti-s jarang + Keba jarang ya ya
nyakan
Setelah penemuan anti-Kell (anti-K) oleh Coombs pada tahun 1946 dan anti-Cellano (anti-
k) oleh Levine dkk pada tahun 1949, maka sistem golongan darah Kell mempunyai 2
bentuk, yaitu K(+) dan K(-).
Antigen Kell merupakan antigen yang kuat setelah golongan darah ABO
4
Dikenal 4 macam fenotip Kidd yang dapat diperiksa dengan menggunakan antisera anti-
Jka dan anti-Jkb, yaitu :
Jk(a+b-)
Jk(a+b+)
Jk(a-b+)
Jk(a-b-)
Jka ditemukan oleh Allen dkk pada tahun 1951 dan Jkb oleh Plaul dkk pada tahun 1957.
Antibodi Jka dan Jkb umumnya terdeteksi karena kemampuannya mengikat komplemen,
sehingga Kidd tidak dapat dideteksi pada serum yang sudah disimpan beberapa hari
(serum tanpa komplemen)
Antibodi anti-Jka dan anti-Jkb umumnya tipe IgG, tetapi ditemukan juga yang IgM. Antibodi
Kidd dapat mengakibatkan reaksi transfusi hemolitik yang berat atau yang lambat dan
kasus HDN.
Sistem golongan darah Duffy ditemukan oleh Cutbush dan Chanary pada tahun 1950.
Fy(a+b+)
Fy(a+b-)
Fy(a-b+)
Fy(a-b-)
Fy(a-b-) jarang ditemukan pada penduduk Eropa, namun banyak ditemukan di Afrika.
Terdapat hubungan fenotip Fy(a-b-) dengan resistensi terhadap infeksi malaria. Sel darah
merah dengan fenotip Fy(a-b-) resisten terhadap invasi Plasmodium vivax.
5
Ditemukan oleh Callender dan Rose pada tahun 1946 pada pasien yang sering mendapat
transfusi sebagai imun antibodi anti-Lua.
Pada tahun 1956 Cutbush dan Chanary menemukan anti-Lub.
Lua sangat jarang ditemukan pada orang Asia, Eskimo dan penduduk asli Australia.
Tujuan pemeriksaan pretransfusi adalah memilih darah atau komponen darah yang
kompatibel, sehingga dapat menyelamatkan jiwa seseorang dengan tidak merusak sel
darah merah resipien atau merugikan resipien.
Sampel darah harus diberi pengenal yang jelas dengan nama lengkap pasien, nomor
registrasi rumah sakit serta nama bangsal, kemudian dikirim secepatnya ke laboratorium
bersamaan dengan formulir permintaan darah lengkap.
Contoh darah
Pengambilan contoh darah resipien dengan pemberian label yang benar dari resipien
yang akan ditransfusikan merupakan hal yang kritis untuk keselamatan transfusi darah.
Masalah dapat timbul bila terdapat ketidak jelasan identitas pada saat pengambilan
contoh darah dan transfusi, sehingga perlu diambil lagi contoh darah baru untuk
mengabsahkan identitas.
7
keragu-raguan, bank darah harus memperoleh contoh darah baru. Tidak diperkenankan
seseorang memperbaiki atau menyalahkan contoh darah tersebut.
Pendataan
Setiap permintaan darah dan pemeriksaan darah harus ada pendataan yang lengkap
agar dapat dilakukan penelusuran kembali bila dibutuhkan sewaktu-waktu.
Pada setiap uji silang serasi harus dilakukan pemeriksaan pendataan permintaan darah
sebelumnya pada pasien-pasien yang mempunyai riwayat serologis
Bila pasien pernah diperiksaan sebelumnya, maka hasil pemeriksaan yang baru harus
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan yang terdahulu.
Pemeriksaan serologis
Untuk darah lengkap (whole blood) dan komponen darah lainnya seperti sel darah merah
cuci (washed erythrocyte), eritrosit konsentrat, atau thrombosit konsentrat yang
mengandung 5 ml sel darah merah harus di uji silang serasi dahulu antara darah donor
dengan darah resipien.
POKOK BAHASAN 4
I. Persiapan
Bahan dan Reagen :
1. Darah pasien
2. Darah donor
3. Anti-A
4. Anti-B
5. Anti-D IgM
6. Anti-D IgG
7. Bovine albumin 22%
8. Coombs serum
9. Larutan saline (NaCl 0,9 %)
10. Aquadest
11. Larutan alsever
12. Low Ionic Strenght Saline (LISS) : 0,2 % larutan garam faali dan larutan 7%
sukrosa.
13. Reagen gel tes.
14. Desinfektan (hipochlorit 0.5%)
15. Detergent
9
10. Bloodgrouping plate
11. Pipet adjustable ukuran 200 - 1000 L
12. Pipet adjustable ukuran 5 - 50 L
13. Tissue
14. Objek glass
15. Mikroskop
16. Tips kuning
17. Tips biru
18. Label
19. Spidol white board
20. Wadah melamin untuk mencuci pipet
21. Sarung tangan
22. Masker
23. Jas laboratorium
24. Gunting
25. Kantong plastik hitam untuk limbah
Kegunaan :
1 Persiapan pembuatan suspensi sel darah merah.
2 Persiapan penentuan antigen golongan darah.
Cara Kerja :
1. Darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifius.
2. Putar 3300 rpm selama 1,5-2 menit.
3. Supernatan diambil dengan pipet tetes dan pindahkan ke dalam tabung
lain dan diberi label plasma kemudian disimpan terpisah.
4. Sel darah merah terdapat pada bagian bawah tabung.
Label
Kegunaan :
1 Persiapan pembuatan suspensi sel darah merah
2 Persiapan penentuan antigen golongan darah
Cara Kerja :
1. Sel darah yang telah dipisahkan ditambah larutan salin sebanyak plasma yang
dibuang.
2. Putar 3300 rpm selama 1,5 2 menit.
3. Supernatan dibuang.
4. Lakukan pencucian sebanyak 3x.
5. Endapan sel darah merah yang telah dicuci merupakan suspensi sel 100 %.
Buang Salin
11 Lakukan pencucian
3 kali
Buang Salin
Sebanyak Mungkin
Packed Cells
100 %
Susp sel A : Sel darah gol. A atau pool dari 3 gol A atau lebih
Susp sel B : Sel darah gol. B
Susp sel O : Sel darah gol. O
Susp sel sendiri : Sel darah merah yang akan diperiksa
Buat
Suspensi
10%;5%
beri label
PEMERIKSAAN PRE TRANSFUSI 12
Gambar 11 : Skema pembuatan suspensi sel A, B, O dan yang akan
Diperiksa.
13
4. Baca ada tidaknya aglutinasi
Hasil pengamatan :
Cell grouping/typing Serum grouping/typing
Gol Auto
Sel A Sel B Sel O
Gol darah Anti A Anti B Darah kontrol
A + - A - + - -
B - + B + - - -
O - - O + + - -
AB + + AB - - - -
SEL
B A O 10% ANTI
A B
ADUK
AMATI
Anti Anti
SEL A SEL SEL Auto A B
B O kontrol
Pembacaan
A A
reaksi
B B
O Positif O
negatif
PEMERIKSAAN PRE TRANSFUSI 14
AB AB
Gambar 13 : Skema pemeriksaan golongan darah metoda Slide
15
2 Pada masing-masing tabung berisi serum / plasma di atas teteskan
berturut-turut : 1 tetes tes sel A, 1 tetes tes sel B , 1 tetes sel O , dan 1
tetes suspensi sel 5% dari darah yang diperiksa.
5) Kocok dengan baik sampai isinya tercampur .
6) Putar 3400 rpm 15 detik / 1000 rpm 1 menit baca
+ terjadi aglutinasi / hemolisis.
- tidak terjadi aglutinasi / hemolisis.
Sus
Sel B Sel A Sel O 5% Anti A Anti B
Kocok
B PEMBACAAN B
REAKSI
O O
Negatif
AB Positif AB
1 1 te
tes 1 te 1 te
1 1 1 1 te
susp sel tes tes Bov
te te te te tes anti-D albumin
tes tes tes tes susp sel nya sen
diri IgM
anti-A anti-B susp sel susp selO
A B
Auto kontrol
17
4. Sentrifius
Cara Kerja :
1. Buat suspensi sel 5% dari darah yang diperiksa
2. Sediakan 2 buah tabung reaksi =
tabung I: isi dengan 1 tetes anti D IgM
II: isi dengan 1 tetes Ba 22 %
3. Teteskan ke dalam setiap tabung suspensi sel 5 % darah yang diperiksa
4. Kocok-kocok kedua tabung agar isinya tercampur.
5. Biarkan 5 menit pada suhu kamar atau pada suhu 370 C
6. Putar kedua tabung di dalam centrifiuse dengan kecepatan 3400 rpm 15 detik atau
1000 rpm 1 menit.
7. Baca Reaksi yang terjadi.
Pembacaan :
Tb I Tb II Golongan Darah
+ - Antigen D (+) = Rhesus positif
- - Antigen D (-) = Rhesus negatif
Semua sampel darah dg Rhesus negatip harus dilanjutkan kedalam pemeriksaan Du
Pemeriksaan antigen Du
Bahan :
1. Semua sampel darah Rh neg (D-)
2. Salin (Nacl 0,9%)
3. Serum coombs
4. Test serum anti D Blend
5. Bovine Albumine 22 %
Alat :
1. Tb reaksi ukuran 12 x 75 mm
2. Pipet pasteur
3. Water bath 370 C
4. Sentrifius
Cara Kerja :
1. Lakukan pemeriksaan dengan metode tabung seperti pada pemeriksaan Rhesus
(lihat 3.2.2.).
2. Cuci sel darah sebanyak 3 kali dengan salin. Pencucian terakhir buang seluruh
supernatan salin.
3. Tambah 2 tetes serum coombs pada endapan sel dalam setiap tabung,
5. Bila hasil tes coombs tetap negatif, teteskan 1 tetes sel uji coombs,
putar 3400 rpm 15 detik atau 1000 rpm 1 menit.
6. Pembacaan hasil reaksi :
- Hasil positif menunjukan bahwa pemeriksaan benar dan berlaku.
- Hasil negetif menunjukan bahwa pemeriksaan tidak benar, tidak berlaku
dan harus di ulang.
PEMERIKSAAN ANTIGEN DU
Serum Coombs
(@ 2 tetes Cuci sel 3x Kocok
Rhesus (-)
Centrifuge DU variant
Amati
3400 rpm
15 reaksi Rhesus (-)
Endapan sel DU (-)
POKOK BAHASAN 5
19
Coombs control cells adalah sel darah merah yang diselimuti antibodi IgG.
Kegunaan : - Mengontrol hasil tes Coombs negatif.
- Menguji Coombs serum ( baik / rusak ).
Cara Kerja :
1. Sel darah merah gol. O Rh positif dicuci 3x.
2. Dibuat suspensi sel 5 %.
3. Pada tabung lain teteskan anti D IgG 1 tetes, kemudian tambah lar. salin
63 tetes dan suspensi sel 32 tetes.
4. Campur merata.
5. Simpan pada inkubator 37oC selama 30 menit.
6. Putar 3400 rpm selama 15 detik.
7. Buang supernatan, kemudian kemudian sel dicuci x.
8. Suspensi sel 5 % tadi ditambah lar. salin 32 tetes adalah sel uji Coombs.
Tahan 1 minggu pada suhu 2-6C.
Anti D IgG
CUCI SEL Buat 1 tetes
GOL O Rh + 3x suspensi sel
5%
Saline 63
tetes
CUCI 3X
Fase I
I : Mayor : Darah donor di test dengan serum Resipien .
II : Minor : Darah resipien di test dengan serum Donor.
Serum / plasma = 2 tetes
Suspensi sel 5% = 1 tetes
Putar 1000 rpm 1 menit
Fase II
Tambah masing-masing 2 tetes BA 22% kemudian kocok
Inkubasi 37 c 15 menit
Putar 1000 rpm 1 menit
Positif = Inkompatibel
Negatif = F III
Fase III
Cuci dengan salin 3 kali, buang supernatan .
Tambah 2 tetes serum coombs kemudian kocok.
Putar 1000 rpm 1 menit.
+ inkompatibel
- lakukan tes vadilitas
Test Validitas :
21
Tambah 1 tetes sel CCC pada ke 2 tabung
Putar 1000 rpm 1 menit
Hasil :
- reaksi silang serasi tidak benar dan tidak berlaku (invalid) harus ulang.
+ reaksi silang serasi benar dan berlaku ( valid), darah cocok dan boleh
diberikan sesuai permintaan.
Tentukan gol.
Darah darah ABO
dan Rhesus Siapkan :
Pasien serum +
suspensi
sel 5%
darah
dalam salin
Darah Catatan :
Donor Rh (-)
Donor Pasien Rh (-)
I. Mayor
serum
donor sel 5% Baca reaksi
Lanjutkan
II. Minor Fase II
FASE II
BA
22%
Centrifuge
3400 rpm, 15
M (1000 rpm, 60)
m
Inkubasi
Baca reaksi
37OC / 15
(makro & mikro)
Lanjutkan
Fase III
23
FASE III
Serum
Coombs
Baca
Cuci 3 x sel dalam
reaksi
Tabung I & II M m (makro &
mikro)
Uji
validitas
Kocok-kocok
Buang
Centrifuge 3400
supernatan
rpm, 15
(1000 rpm, 60)
UJI VALIDITAS
Kompatibel
Sel uji Baca reaksi berikan darah
Coombs (makro & mikro)
Ulang
M m Pemeriksaan
Centrifuge
3400 rpm, 15
(1000 rpm, 60)
Alat :
Pipet otomatis 5 ul
Dispenser 500 ul
Gunting
Sarung tangan
Tip kuning
Tabung reaksi 12 x 75 mm & raknya.
Sentrifius untuk pemeriksaan gol darah Metoda Gel Test
25
Inkubator 370 C untuk pemeriksaan gol darah Metoda Gel Test
Tissue
Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung ukuran 12 x 75 mm.
i. Tabung 1. diisi dengan 5 ul sel darah merah donor
tambah 500 ul larutan pengencer ( LISS )
ii. Tabung 2. diisi dengan 5 ul sel darah merah pasien
tambah 500 ul larutan pengencer ( LISS )
2. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam
tabung gel 1 (Mayor) kemudian, tambahkan plasma pasien sebanyak 25 ul.
3. Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam
tabung gel 2 (Minor) kemudian, tambahkan plasma donor sebanyak 25 ul.
4. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam
tabung gel 3 (Auto k) kemudian, tambahkan plasma donor sebanyak 25 ul.
5. Tabung gel diketuk-ketuk sampai campuran sel darah dan plasma turun ke
dalam sel.
6. Tabung gel di inkubasi pada suhu 370 C selama 15 menit.
7. Tabung gel diputar 1000 rpm selama 10 menit.
8. Baca hasilnya.
27
Gambar 25 : Inkubator dan sentrifius untuk pemeriksaan Gel Test
ANTIGLOBULIN TEST
Pada tahun 1945 Mourant, Coombs dan Race menemukan pemeriksaan untuk
mendeteksi antibodi yang tidak beraglutinasi atau antibodi yang menyelimuti sel darah
merah dalam serum.
Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk mendeteksi atau memperlihatkan
penyelubungan (coating) sel darah merah invivo dengan antibodi dan komplemen. Test ini
disebut antiglobulin test
DAT digunakan untuk mendeteksi antibodi atau komplemen yang menyelubungi sel darah
merah invivo dengan menggunakan AHG, terutama IgG dan C3d. Setelah sel darah
merah dicuci dengan saline kemudian ditambahkan reagen AHG. Pemeriksaan ini
ANTIGLOBULIN TEST 28
berguna untuk mendeteksi, misalnya penyakit Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA),
drug induced hemolysis, allo imun reaksi oleh karena reaksi transfusi.
Digunakan untuk mendeteksi reaksi antara sel darah merah dengan antibodi atau
komplemen yang melekat/menyelubungi pada sel darah merah invitro. Serum pasien
diinkubasikan dengan sel darah merah, kemudian sel darah merah dicuci dengan saline
dan ditambahkan AHG. Adanya aglutinasi setelah penambahan AHG menandakan,
bahwa serum tersebut mengandung antibodi yang reaktif dengan antigen-antigen yang
terdapat pada sel darah merah. Pemeriksaan ICT dapat digunakan pada pemeriksaan
skring, identifikasi antibodi dan uji silang serasi.
Polyspesifik AHG
Polyspesifik AHG digunakan untuk pemeriksaan uji silang serasi, mendeteksi adanya allo
antibodi dan direkt coombs test.
Polyspesifik AHG mengandung antibodi terhadap IgG manusia dan anti komplemen C3d
dari komplemen manusia. Selain mengandung anti-IgG dan anti-C3d, mungkin juga
mengandung, misalnya anti-C3b, antiC4b dan anti-C4d.
Antibodi yang mempunyai arti klinis yang penting adalah IgG, sehingga fungsi yang paling
penting dari AHG adalah mendeteksi adanya IgG. Reagen ini disiapkan dan distandarisasi
untuk mendeteksi berbagai macam IgG antibodi.
Aktivitas anti-C3d sangat penting artinya untuk pemeriksaan DCT pada pemeriksaan
AIHA, karena kemungkinan C3d merupakan globulin satu-satunya yang dapat dideteksi
pada sel darah merah penderita AIHA.
TEKNIK ANTIGLOBULIN
29
Teknik pemeriksaan DCT
ANTIGLOBULIN TEST 30
9. Semua hasil reaksi yang negatip ditambahkan 1 tetes coombs control cells, putar
kembali, kemudian baca hasil reaksinya.
Sumber-sumber kesalahan
1. Tidak mencuci sel darah merah dengan bersih dan baik, menyebabkan hasil
pemeriksaan menjadi false negatip, karena globulin yang bebas yang tidak melekat
pada sel darah merah akan menetralisir AHG
2. Reaksi false negatip dapat terjadi bila pemeriksaan tertunda. Pelaksanaan proses
pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi kemungkinan
kehilangan antibodi yang terlepas dari sel.
AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai, kalau tidak
antibodi yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali
3. Reagen dapat kehilangan reaktivitasnya bila penyimpanan reagen tidak benar dan
kontaminasi dengan bakteri atau serum manusia. AHG harus disimpan pada suhu 2-
8C dan jangan dibekukan.
4. Lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan AHG yang
berwarna.
5. Penggunaan sentrifus yang tidak benar. Putaran sentrifus yang lambat, membuat
reaksi aglutinasi menjadi tidak optimal atau sebaliknya.
6. Jumlah sel darah merah yang terdapat pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas.
Reaksi menjadi lemah bila menggunakan sel darah merah terlalu banyak, atau
sebaliknya.
7. Reaksi prozon kadang-kadang penyebab pemeriksaan antiglobulin menjadi tidak
reaktif.
1. Sel darah merah sudah beraglutinasi sebelum sel darah merah dicuci. Apabila
aglutinasi pada saat itu tidak terlihat, maka setelah penambahan AHG pembacaan
reaksi aglutinasi dapat disalah interpretasikan sebagai akibat perselubungan IgG atau
komplemen.
31
2. Tabung gelas atau plastik yang tidak bersih dan terkontaminasi dengan debu,
detergen atau material lain dapat mengakibatkan sel darah merah menggumpal atau
agregasi.
3. Putaran sentrifus yang berlebihan dapat memadatkan sel darah merah, sehingga
terjadi agregasi yang dapat disalahartikan sebagai aglutinasi.
4. Produksi reagen yang kurang baik.
5. Contoh darah mengandung silicone gel
6. Contoh darah diambil melalui selang infus, misalnya 5% atau 10% dextrose.
7. Darah pasien terkontaminasi oleh bakteri.
Autoimmune hemolytic anemias (AIHA) disebabkan oleh antibodi yang diproduksi oleh
sistem imunnya sendiri. Terjadi pada anti-sel darah merah antibodi. Terdiri atas warm
antibodi dan cold antibodi. Warm antibodi, biasanya jenis Ig G dan bereaksi terhadap sel
darah merah pada suhu 37oC, sensitisasi terjadi pada organ limpa. Sedangkan cold
antibodi terutama jenis Ig M dan bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh
normal tetapi lebih progresif pada suhu 0o, sensitisasi terjadi pada organ hati. Contohnya
pada Systemic Lupus Erythematosis.
Pada hemolytic diseases of the new born (HDN) terjadinya hemolisis disebabkan oleh
antibodi maternal terhadap sel fetal. Kasus ini terjadi pada golongan darah sistem rhesus.
Pada golongan darah sistem rhesus di dalam plasmanya tidak terdapat antibodi secara
alamiah. Antibodi timbul akibat stimulasi antigen misalnya manusia dengan golongan
darah Rh negatif ditransfusi dengan golongan darah Rh positif,maka resipien akan
membentuk anti-Rh antibodi.
Pada wanita Rh negatif menikah dengan laki-laki Rh positif maka akan mempunyai anak
dengan golongan darah Rh positif. Pada saat kehamilan ketika sel darah merah fetal
masuk ke dalam plasenta, akan menstimulasi produksi antibodi maternal terhadap
RINGKASAN
Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah dari donor yang sehat
kepada resipien yang membutuhkannya. Darah terdiri atas sel-sel darah dan plasma. Sel-
sel darah meliputi sel darah merah, sel darah putih dan keping-keping darah.
Sistem golongan darah umumnya terikat pada sel darah merah, namun sistem golongan
darah Lewis mempunyai keistimewaan tersendiri. Antigen Lewis merupakan antigen yang
larut dalam serum, plasma atau cairan tubuh lainnya, misalnya ASI, cairan lambung yang
disebut, sebagai substance, sehingga antigen Lewis terikat pada sel darah merah secara
sekunder.
Untuk menghindari terjadinya reaksi transfusi, maka pemeriksaan harus dilakukan dengan
baik dan teliti. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan golongan darah
ABO dan Rhesus (D) metode bloodgrouping plate atau tabung. Yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan uji silang serasi metode Bovine albumin 22% atau gel test. Uji silang serasi
dilakukan pada setiap pemberian transfusi darah dan komponen darah yang mengandung
sel darah merah 5 ml.
Untuk melihat reaktivitas reagen yang akan digunakan, maka sebelum melakukan
pemeriksaan, petugas laboratorium harus melakukan validasi reagen yang akan
digunakan 1 kali setiap hari. Semua kegiatan yang telah dilakukan harus tercatat dan
terdokumentasikan dengan baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 4 ed.
Philadelphia. WB Saunders 2000.
2. Depkes RI, WHO, (Maret 2003) Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah. Modul 3
Serologi Golongan Darah.
3. Frey-Wettstein M., Barandun S., Bucher U., Die Blut Transfusion Ein Vademecum.
Karger Verlag
4. Kresno SB. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Ed3. Jakarta. FKUI
2000.
5. Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN. Wintrobes Clinical Hematology.
Ninth ed. Philadelphia. Lea & Febiger 1993.
6. Miller LE, Ludke FIR, Peacock JE, Tomar RH. Manual of Laboratory Immunology. 2
ed. Philadelphia Lea & Febiger 1991.
7. Mollison P.L., Engelfriet C.P., Marcela Contreras (tenth edition) Blood Transfusion in
Clinical Medicine. Blackwell Science
8. Mueller-Eckhardt (2. vollstndig berarbeitete und erweiterte Auflage)
Transfusionsmedizin. Springer Verlag.
9. Spielmann, Seidl (2. vllig neu bearbeitete Auflage) Einfhrung in die
Immunhmatologie und Transfusionskunde. Verlag Chemie
10. Technical Manual (13th Edition) American Association of Blood Banks
11. Unit Transfusi Darah PMI Pusat, (Edisi Ketiga 2007) Pedoman Pelayanan Transfusi
Darah.
LAMPIRAN
Reagen Anti-A
LAMPIRAN 34
1 tetes 1 tetes
1 tetes
sel sel
sel susp
susp A susp B
O 10%
10% 10%
Hasil Reaksi
Reagen Anti-B
Hasil Reaksi
Reagen Anti-D
Hasil Reaksi
Hasil Validasi
: Valid / tidak No Lot/ Exp Anti-
Anti-A valid A
35
: Valid / tidak No Lot/ Exp Anti-
Anti-B valid B
: Valid / tidak No Lot/ Exp Anti-
Anti-D valid D
: Valid / tidak No Lot/ Exp Bovine
Bovine Albumin valid Albumin
Tanggal Pemeriksaan
LAMPIRAN 36
Bovine Albumin 22% : Valid / tidak valid No. Lot / Exp. Bovine Albumin :
Anti Human Globulin : Valid / tidak valid No. Lot / Exp. A H G :
Keterangan : Untuk test validasi AHG hanya dapat dilanjutkan, bila hasil validasi Bovine albumin
22% baik/valid
NAMA PASIEN :
TGL LAHIR / USIA :
DIRAWAT DI :
SERUM GROUPING/BACK
SEL GROUPING TYPING Auto RHESUS
Kontrol Anti-D
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O IgM Bov. Alb.
1 tetes 1 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 1 tetes 1 tetes
Serum Serum Serum Anti-D Bov.Alb
Anti-A Anti-B OS OS OS Serum OS IgM 22%
+ + + + + + + +
37
1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes
sel OS sel OS Sel A Sel B Sel O Sel OS Sel OS Sel OS
10% 10% 10% 10% 10% 10% 40% 40%
No. Goyangkan Blood grouping plate keatas dan kebawah perlahan-lahan
Nama Diamkan sekitar 1-2 menit, kemudian baca reaksi dengan menggoyangkannya perlahan- Hasil
pasien/No. lahan Pemeriksaa
Uru kantong n
t
NAMA PASIEN :
TGL LAHIR / USIA :
DIRAWAT DI :
LAMPIRAN 38
Medium Anti Globulin Test (Fase 3)
Cuci 3 kali dengan Saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan
No. kantong Darah Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes Anti Human Globulin
Kocok perlahan-lahan, kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik Baca reaksi
Hasil Pemeriksaan
Coombs Control Cells (CCC)
No. kantong Darah Kontrol semua tabung bila hasil uji silang serasi negatip dengan CCC
Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC
Hasil Pemeriksaan
No. Kantong Darah HASIL AKHIR UJI SILANG SERASI
Hasil Pemeriksaan KOMPATIBEL / INKOMPATIBEL
39