Anda di halaman 1dari 3

1.1.

Latar belakang

Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang digambarkan sebagai

rasa berputar, pening, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau pusing (dizziness). Prevalensi

vertigo di Jerman, berusia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24% diasumsikan karena

kelainan vestibuler. Penelitian di Prancis menemukan 12 bulan setelahnya prevalensi vertigo

48% (Grill et al., 2013 cit., Bissdorf, 2013). Prevalensi di Amerika, disfungsi vestibular sekitar

35% populasi dengan umur 40 tahun ke atas (Grill et al., 2013). Pasien yang mengalami vertigo

vestibular, 75% mendapatkan gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral

(Chaker et al., 2012)

Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien mangalami

kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan spesialis yang memeriksa

seringkali memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai sistem vestibuler, disamping itu tidak

ada pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk mendiagnosis vertigo (Kentala, 2003). Pasien

vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural, pandangan

kabur, dan diorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai macam problem emosional dan

fisik seperti emosional, kecemasan, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Gangguan sistem vestibuler mempengaruhi kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup.

Pasien vertigo bisa menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas

sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi pengendalian diri(Strosser

et al., 2000). Penyebab vertigo meliputi vestibuler perifer (berasal dari sistim saraf perifer),

vestibuler sentral dan kondisi lain .


Vertigo bukanlah suatu diagnosa penyakit, melainkan kumpulan gejala yang sifatnya

subyektif dan obyektif. Vertigo tidak selalu disebabkan oleh penyakit yang berbahaya,

mengingat gejala vertigo sering kali berlangsung untuk jangka waktu lama dan mengganggu

kualitas hidup orang yang mengalaminya. maka seorang apoteker harus mampu memahami

tatalaksana pengobatan Vertigo secara tepat sehingga dapat menunjang keberhasilan pengobatan

dan meningkatkan kualitas hidup penderita

1.2 Tujuan Penulisan

Penyusunan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini bertujuan untuk

menganalisis penatalaksanaan penyakit Vertigo melalui analisis resep serta melakukan

pengkajian resep yang meliputi pengkajian administrasi, farmasetik, pertimbangan klinis, Drug

Related Problem (DRP) dan Medication Error.

1.3 Metodologi

Metode penulisan yang digunakan dalam tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang penyakit Vertigo dengan mencari dan menentukan sumber-

sumber literatur atau buku-buku ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi kasus sebagai

dasar teori. Data yang digunakan diperoleh dari data primer, yaitu menggunakan resep
Grill E., Muller M., Brantdt M., 2013. Vertigo and Dizziness: challenges for epidemiological

research. OA Epidemiology. 1(2): 12

Chaker Rahul T., Eklare, Nishikant. 2012. Vertigo in Cerebrovaskuler Disease. Otolaryngology

Clinics : An International Journal. 4 (1): 46-53

Kentala E. & Rauch S.D., 2003. A practical assesment algorith for diagnosis of dizziness,

Otolaryngol head neck surg. 128(1):54-59.

Strosser W. & Welser M., 2000. Quality of Life in Vertigo Patients: A DoubleBlind Comparative

Study of a Homeopathic Medication, Biolog Medizin. 29(5): 242-247

Anda mungkin juga menyukai