Saat ini telah diketahui macam-macam antibiotik serta pemakaiannya dalam bidang kedokteran,
peternakan, pertanian, dan beberapa bidang yang lain. Walaupun demikian, tidak semua
antibiotik dikenal masyarakat umum. Hanya antibiotik-antibiotik yang penting dan banyak
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik berspektrum luas yang berasal dari beberapa jenis
omiyanensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950
kloramfenikol sudah dapat di sintesis secaratotal. S. Venezuelae petama kali diisolasi oleh
Burkholder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair
organisme menunjukkan aktivitas terhadap bakteri gram negatif dan rikestia. Bentuk kristal
antibiotik ini diisolasi oleh Bartz pada tahun 1948 dan dinamakan kloromisetin karena adanya
ion klorida dan didapat dari suatu aktinomisetes (Wattimena dkk, 1991).
Chloramphenicol; D-threo-(-)-2,2-dichloro-N--hydroxy--(hydroxy-methyl)-p-
nitrophenethyl acetamide.
Struktur: C11H12C12N2O5
Berat molekul: 323,13
Rumus bangun:
Kelarutan: 1 g larut dalam kira-kira 400 ml air; sangat mudah larut alkohol, aseton, butanol,
propilen glikol, dan etil asetat; sukar larut dalam eter dan kloroform; tidak larut dalam benzoat
Senyawa ini termasuk antibiotika yang paling stabil. Larut dalam air pada pH 6 menunjukkan
kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam basa akan terjadi penyabunan ikatan amida
hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen
C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari120,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam
segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2
paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi penyebab utama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam
media air adalah pemecahan hidrolitik pada pemecahan amida. Laju reaksinya berlangsung
dibawah orde pertama dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1986).
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil tansferase sehingga ikatan peptida tidak
Kloramfenikol terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase. Ini
merintangi pembentukan ikatan peptida antara asam amino-tRNA pada sisi aminoasil. Selain itu
juga dirintangi rantai peptida yang sedang memanjang pada sisi peptidil pada ribosom sehingga
Kloramfenikol diabsorpsi cepat dan hampir sempurna dari saluran cerna, karena obat ini
mengalami penetrasi membran sel secara cepat. Setelah absorpsi, kloramfenikol didistribusikan
secara luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Metabolit utama kloramfenikol adalah
glukuronidanya yang bekerja antibiotik, yang dibuat di hati dan diekskresikan melalui ginjal
(Katzung, 2004).
Berhubung risiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di negara Barat sejak tahun 1970-an jarang
digunakan lagi per oral untuk terapi manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa jenis
infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan
meningitis (khusus akibat H. influenzae), juga obat, khususnya abses otak oleh B.fragilis. Untuk
infeksi tersebut sebetulnya juga tersedia antibiotika yang lain yang lebih aman dengan efektivitas
Kloramfenikol sangat berguna dalam menangani meningitis pada anak yang alergi pada
penisilin, menderita abses otak atau infeksi anaerobik lainnya, dan juga pada infeksi intraokular
bersifat bakteriostatik terhadap banyak baksil gram negatif lainnya (Skach dkk, 1988).
Efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah
dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang (myelodepresi)
a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit) dalam waktu 5
hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung lamanya terapi dan bersifat reversibel.
b. Anemia aplastis, yang timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan pada
penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari
(Tjay, 2007).
Supresi sumsum tulang merupakan efekyang ada kaitannya dengan dosis dan dapat dipulihkan
kembali, terlihat dari tanda-tanda pansitopenia dengan pemulihan kembali 1-2 minggu setelah
obat dihentikan. Ada kaitannya dengan kadar diatas 20-25 /ml (Skach dkk, 1988).