Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

APLIKASI METODE RESISTIVITAS 2D DALAM


IDENTIFIKASI LETAK CRACK SEBAGAI PENYEBAB
LONGSOR PADA KABUPATEN

Mata kuliah:

Manajemen Eksplorasi

Dosen Pengampu:

Dr. A. Syaeful Bahri, S.Si, MT

Disusun oleh:

Silvia Veronica NRP 03411540000-046

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN


KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA

2017 / 2018
DAFTAR ISI
Daftar isi .................................................................................. 2
Pendahuluan ............................................................................. 3
Latar belakang .......................................................................... 3
Target luaran ............................................................................ 4
Tujuan ....................................................................................... 4
Manfaat penelitian .................................................................... 4
Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
Karakteristik daerah penelitian ................................................. 5
Geologi Kecamatan Munjungan ............................................... 5
Metode Resistivitas ................................................................... 6
Resistivitas Semu ...................................................................... 7
Konfigurasi Wenner Schlumberger ...................................... 8
Tanah longsor dan jenis-jenis tanah longsor .......................... 8
Metodologi Penelitian .............................................................. 9

2
PENDAHULUAN

Latar belakang
Longsor lahan (landslide) atau masyarakat sering menyebutnya sebagai tanah
longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan
di daerah tropis basah (Hardiyatmo, 2012: 1). Tanah longsor terjadi akibat adanya
keruntuhan geser di sepanjang bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya
massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2012: 1). Fenomena tanah longsor merupakan
hal biasa ketika terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Kementrian
Riset dan Teknologi (KRT) menyebutkan bahwa banyaknya tanah retak akibat
kekeringan yang tibatiba terkena hujan lebat, maka tanah tersebut longsor

Kabupaten Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan, 152 desa, 5 kelurahan, 555


dusun/lingkungan, 1.287 rukun warga dan 4.490 rukun tetangga. Kabupaten
Trenggalek sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan dengan luas meliputi dua
per tiga (2/3) bagian luas wilayah. Sisanya satu per tiga (1/3 bagian) merupakan tanah
dataran rendah. Ketinggian tanahnya diantara 0 hingga 690 mater diatas permukaan
laut. Luas wilayah 126.140 ha, Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan
dan 157 desa, hanya sekitar 4 kecamatan yang mayoritas wilayahnya dataran, yaitu :
Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Tugu, dan Kecamatan
Durenan, sedangkan 10 kecamatan lainnya mayoritas wilahnya pegunungan,
(Trenggalek dalam angka Tahun 2016).

Sebagian wilayah Kabupaten Trenggalek adalah daerah rawan bencana,


terutama tanah longsor dan banjir, selain itu di sebelah selatan Kabupaten
Trenggalek yaitu di kawasan pesisir merupakan wilayah rawan bencana tsunami dan
gempa tektonik akibat tumbukan lempeng. Bencana tanah longsor sering terjadi di
Kabupaten Trenggalek terutama jika musim hujan tiba. Terdapat 2 faktor yang
menyebabkan sebagian besar kawasan Trenggalek masuk kategori rawan bencana
tingkat sedang dan tinggi. Pertama adalah faktor alam yang terdiri dari aspek geologi
dan tanah, aspek hidrologi dan klimatologi, aspek topografi dan aspek penutup lahan
(vegetasi). Kedua adalah faktor manusia yang memanfaatkan alam secara tidak
bertanggung jawab. Kecamatan yang termasuk ketegori kerawanan tinggi untuk
bencana tanah longsor adalah Kecamatan Panggul, Tingkat Kerentanan Longsor |
Faidatun Nimah 3 Kecamatan Munjungan, Kecamatan Watulimo, Kecamatan
Kampak, Kecamatan Gandusari, dan Kecamatan Bendungan, (Hasil Pelaksanaan
RKPD Kabupaten Trenggalek Tahun 2015).

3
Target luaran

Keluaran utama atau hasil dari penelitian yang berguna untuk meminimalisir
resiko bencana tanah longsor adalah:

1. Model lapisan yang menjelaskan kedalaman cracks berdasarkan nilai


resistivitas tanah hasil pengukuran

Tujuan

1. Mengetahui letak dan kedalaman cracks berdasarkan nilai resistivitas


tanah hasil pengukuran
2. Mengetahui respon cracks terhadap arus listrik yang diinjekkan kedalam
bumi

Manfaat penelitian

1. Sebagai studi penentuan letak dan kedalaman cracks pada bidang longsor
sebagai pendeteksi dini bencana tanah lonsor
2. Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui pengaruh air hujan terhadap
cracks

4
DASAR TEORI

Karakteristik Daerah Penelitian

Kecamatan Munjungan merupakan salah satu kecamatan yang berada di


sebelah selatan wilayah Kabupaten Trenggalek. Kecamatan Munjungan terletak 46
km dari pusat pemerintahan. Secara astronomis Kecamatan Munjungan terletak di
antara 111o 27 46 BT 111o 39 40 BT dan 8o 22 19 LS 8 o 423 LS.
Kecamatan Munjungan secara administratif berbatasan dengan beberapa wilayah lain
di Kabupaten Trenggalek yaitu: sebelah utara Kecamatan Kampak, sebelah timur
Kecamatan Watulimo, sebelah selatan Samudra Hindia, sebelah barat Kecamatan
Panggul dan Kecamatan Dongko. Wilayah Kecamatan Munjungan memiliki luas
23.238,58 ha.

Kecamatan Munjungan memiliki ketinggian 34 (mdpl) dan memiliki


kemiringan yang bergelombang kuat atau perbukitan yaitu 15%-25%. Jenis
penggunaan lahan di Kecamatan Munjungan terbagi menjadi enam, yaitu:
permukiman, sawah, tegalan, Faidatun Nimah 5 kebun campuran, semak, dan hutan.
Rata-rata curah hujan selama tahun 2016 yaitu 4088,3 mm/tahun. Rata-rata curah
hujan paling tinggi yaitu pada bulan september yaitu 493,3 mm. Jenis tanah yang ada
di Kecamatan Munjungan terbagi menjadi dua jenis yaitu tanah alivial dan mediteran.
Daerah aluvial berada di Munjungan bagian selatan, tepatnya di wilayah Teluk
Sumbreng, sedangkan daerah mediteran berada di Munjungan bagian timur, utara,
dan barat. Kecamacan Munjungan tersusun atas 4 satuan geologi, yaitu Qa, Tmcl,
Tomi(di), dan Tomm. Satuan geologi Qa menyusun daerah dataran, sedangkan
sisanya menyusun daerah perbukitan tektonik yang mengalami proses pergeseran dan
pengangkatan, (Laelatul. 2012).

Geologi kecamatan Munjungan

Kecamatan Munjungan tersusun atas 4 (empat) satuan geologi, yaitu


Qa, Tmcl, Tomi(di), dan Tomm. Satuan geologi Qa menyusun daerah dataran,
sedangkan sisanya menyusun daerah perbukitan tektonik yang mengalami proses
pergeseran dan pengangkatan.

a. Qa (Endapan permukaan : Aluvium) Endapan permukaan menyusun


dataran aluvial yang terdiri atas endapan bahan-bahan aluvial berupa kerakal, kerikil,
pasir, lanau, lempung dan lumpur. Aluvium ini merupakan endapan Sungai Craken,
Sungai Blimbing, Sungai, Ngamro, dan Sungai Blado termasuk batuan kuarter yang
berumur holosen. Satuan geologi ini berada di Munjungan bagian selatan, tepatnya di
wilayah Teluk Sumbreng.

5
b. Tmcl (Batuan sedimen Formasi Campurdarat) Formasi campurdarat
menyusun perbukitan tektonik dengan susunan bahan batugamping hablus, bersisipan
batulempung berkarbon. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar 300 m yang
membentang di bagian barat Munjungan dan mengalami pergeseran batuan. Formasi
Campurdarat terbentuk pada akhir Miosen Awal sampai Miosen Tengah dan
termasuk dalam batuan tersier.

c. Tomi(di) (Batuan terobosan Diorit) Batuan terobosan Diorit tersusun atas


diorit kuarsa dan mikrodiorit. Satuan ini terletak di sebelah selatan Munjungan
berimpit dengan Formasi Endapan Permukaan (Qa). Batuan terobosan Diorit
terbentuk pada Miosen Tengah dan termasuk dalam batuan tersier.

d. Tomm (Batuan gunungapi Formasi Mandalika) Formasi Mandalika


tersusun atas breksi gunungapi, lava dan tuf, bersisipan batupasir dan batulanau.
Satuan ini membentuk morfologi perbukitan yang menjulang lebih dari 500 m di atas
muka laut (dpl). Satuan ini terletak memanjang hampir di seluruh permukaan
Munjungan membentuk tebing melingkar. Formasi Mandalika di Teluk Sumbreng
adalah tebing melingkar diduga bekas kawah letusan. Formasi ini diperkirakan
berumur Oligo-Miosen dan termasuk dalam batuan tersier.

Metode Resistivitas

A. Prinsip Dasar Metode Resistivitas Konsep dasar metode resistivitas adalah


Hukum Ohm. Pada tahun 1826 George Simon Ohm melakukan eksperimen
menentukan hubungan antara tegangan V pada penghantar dan arus I yang melalui
penghantar dalam batas-batas karakteristik parameter penghantar. Parameter itu
disebut resistansi R, yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan V dan arus ,
sehingga dituliskan

= atau V=I.R (Hukum Ohm)

dengan R adalah resistansi bahan (ohm), I adalah besar kuat arus (ampere),
dan V adalah besar tegangan (volt).
Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung
penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. Hal ini
diasumsikan bahwa R tidak tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap).
Arus listrik I pada sebuah penghantar didefinisikan sebagai jumlah muatan
listrik positif (dq) yang melewati penampang penghantar itu dalam arah tegak lurus

per satuan waktu (dt), sehingga dapat ditulis: = .

Ditinjau sebuah kawat dengan panjang terhubung potensial di setiap ujung-
ujungnya sebesar V1(+) dan V2(-) sehingga memberikan beda potensial V, maka

6
terdapat aliran muatan positif (I) yang bergerak dari potensial tinggi V1(+) ke
potensial rendah V2(-). Adanya beda potensial di antara kedua ujung kawat
menyebabkan adanya kuat medan listrik E. Kuat medan listrik E pada penghantar
sebanding dengan beda potensial V dan berbanding terbalik dengan panjang kawat
12
penghantar . = =

Semakin besar V dan luas penghantar A, maka semakin banyak muatan
yang berpindah dan kelajuan perpindahan muatan pun semakin besar. Ini berarti arus

listrik menjadi: = Besaran rapat arus listrik (J) merupakan besaran


vektor arus listrik per satuan luas penghantar lintang kotak, yaitu = dengan J

merupakan rapat arus (ampere/m2 ), I adalah kuat arus listrik (ampere) dan A adalah
luas penampang penghantar (m2 ). Apabila pada medium homogen isotropis dialiri
arus searah (I) dengan kuat medan listrik E (volt/meter), maka elemen arus (dI) yang
melalui suatu elemen luas (dA) dengan rapat arus (J ) akan berlaku hubungan: =

= sehingga = = dengan adalah konduktivitas penghantar dan adalah

resistivitas penghantar. Kuat medan listrik adalah gradien dari potensial skalar, =
kemudian, = Kuat arus listrik pada penampang juga bergantung pada
jenis penghantar yang dinyatakan oleh resistivitas penghantar () yang dinyatakan
dalam ohmmeter (m) atau besaran konduktivitas yang memenuhi hubungan yang
dinyatakan dalam (ohmmeter) -1 . Hubungan antara besar arus listrik dan resistivitas

penghantar dapat ditulis sebagai berikut: = atau =


Nilai tahanan dari penghantar adalah: = dengan R adalah resistansi
(ohm), adalah resistivitas penghantar (ohmmeter), adalah panjang penghantar
(meter) dan A adalah luas penampang penghantar (m2 ) (Jati, 2010). Resistivitas
dan konduktivitas adalah besaran-besaran yang menjelaskan mengenai baik atau
buruknya bahan-bahan atau material-material dalam menghantar listrik (Suyoso,

2003). =

Resistivitas semu

Pada prinsipnya, pengukuran metode resistivitas dilakukan dengan


mengalirkan arus melalui elektrode C1 dan C2 dan pengukuran beda potensial pada
P1 dan P2. Jika diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis, maka tahanan jenis
yang diperoleh adalah tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi
elektrode. Namun, pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan
resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh
lapisan-lapisan tersebut. Harga resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga

7
resistivitas untuk satu lapisan saja. Sehingga resistivitas yang terukur adalah
resistivitas semu

1 1 1 1 1

= 2 [( )( )]

Atau


=

dengan K adalah faktor geometri yang besarnya tergantung pada konfigurasi
elektrode yang digunakan. Nili K sendiri bisa dihitung dengan persamaan

1 1 1 1 1
= {( )( )}

Konfigurasi Wenner Schlumberger

Menurut Loke (1999) konfigurasi Wenner Schlumberger merupakan


gabungan dari konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Konfigurasi Wenner yang
sensitive terhadap horizontal, dan Schlumberger yang baik untuk Vertikal.
Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi
yang konstan dengan catatan faktor pembanding n untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda AM dengan jarak antara MN seperti pada
Gambar 2. Jika jarak antara elektroda potensial MN adalah a maka jarak antar
elektroda arus (A dan B) adalah 2na+ a.

gambar 1 pengaturan elektroda konfigurasi Wenner- Schlumberger


Faktor geometri dari konfigurasi Wenner-Sclumberger adalah :

= ( + 1)

8
Dengan a adalah jarak antara elektroda M dan N.

Tanah longsor dan jenis tanah longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,


bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air
yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.

Jenis-jenis longsoran

1. Longsoran Translasi, Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah


dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

gambar 2 ilustrasi longsoran translasi

2. Longsoran Rotasi, Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan


batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

gambar 3 ilustrasi longsoran rotasi


3. Longsoran Blok, Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak
pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.

9
gambar 4 ilustrasi longsoran blok
4. Runtuhan batu, Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau
material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-
batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

gambar 5 ilustrasi runtuhan batu


5. Rayapan tanah, Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak
lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring
ke bawah.

gambar 6 ilustrasi rayapan tanah

10
6. Aliran bahan rombakan, Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa
tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

gambar 7 ilustrasi aliran bahan rombakan

11
METODOLOGI PENELITIAN

Sebagai langkah awal dari penelitian yakni pra penelitian ini adalah survey
awal untuk menentukan posisi dan jaringan titik ukur. Untuk mendukung kegiatan
ini diperlukan seperangkat peralatan berupa Global Positioning System (GPS),
kompas, handy talky, pita meter, palu geologi, tools kit, dan beberapa peralatan
pendukung. Selanjutnya dilakukan pengukuran topografi untuk menentukan relief
permukaan keseluruhan daerah penelitian. Pengukuran topografi dilakukan dengan
menggunakan peralatan total station, GPS, dan beberapa peralatan pendukung.
Setelah dilakukan studi pendahuluan untuk menentukan batas
pengukuran, dilakukan akuisisi data. Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi data
yaitu 1 set DUK-2A multi electrode resistivity survey system & water detector, 4
gulung kabel, 60 elektroda 2 buah meteran 100 meter 4 buah palu 1 buah kompas
geologi 1 buah aki, 1 set teodolith, 60 buah penjepit elektroda. Untuk software yang
digunakan yaitu GeoGiga untuk akuisisi data dan Res2Dinv untuk interpretasi data.

Untuk langkah kerja, digambarkan dalam diagram alur ()

Studi
literature

Studi
pendahuluan

Pengukuran Pengukuran Pengukuran


kemiringan lereng panjang lintasan lebar crack

Desain
akuisisi

Pengambil
an data

Pengolaha
n data
Hasil
penampang
resistivitas
Interpretasi
letak crack

12
Table 1 rangkaian kerja

N KEGIATAN OUTPUT INDIKATOR


O.
Tahap pra-penelitian
1. Brainstorming Sebuah 100%
(penggalian ide) rancangan menghasilkan
gambaran mengenai
penelitian yang akan
dibuat
2. Pengumpulan Gagasan dan 80%
data dan informasi rencana kegiatan mendapat fakta dan
penelitian informasi mengenai
gagasan penulisan
penelitian
3. Perumusan Identifikasi Diperoleh
masalah dan studi potensi terkait 95% informasi dari
literature sumberdaya referensi dan
mineral di literature untuk
Sorowako bahan penelitian
4. Survey daerah Didapatkan Range
penelitian luasan wilayah wilayah sudah pasti
penelitian
Tahap penelitian
5. Akuisisi data Didapatkan Data 90%
data hasil berhasil dan tidak
pengukuran metode error
potensial diri
Tahap pasca penelitian
6. Pengolahan Dihasilkan Peta
data peta isopotensial menunjukkan beda
dan grafik anomaly potensial range
daerah penelitian wilayah terukur

13
7. Interpretasi Diketahui Diketahui nya
data letak crack letak serta luasan
crack
8. Publikasi Presentasi Audience
hasil penelitian mampu memeahami
hasil penelitian, dan
mampu merancang
system mitigasi yang
sesuai

14
Table 2 anggaran dana

Jenis wakt kuantit harga Tot


u as satuan (Rp) al (Rp)
A. Biaya Langsung Personil
1 Tenaga Ahli
Projec 1 1 12.500 12.500
t Leader .000 .000
Ahli 1 2 10.000 20.000
Geofisika .000 .000
Ahli 1 1 10.000 10.000
Geologi .000 .000
2 Tenaga Penunjang
Operat 1 2 7.000. 14.000
or 000 .000
Mahas 1 2 1.500. 3.000.
iswa 000 000
Sub jumlah A 59.50
0.000
Jenis wakt kuantit harga Tot
u as satuan (Rp) al (Rp)
B. Biaya Non - Personil
1 Transportasi
Bis 2 8 50000 5.
000.000
Sewa 2 1 300.00 600.00
Elf 0 0
Sewa 14 4 75.000 5.200.
Motor 000
2 Operasional Kantor dan Lapangan
Komu 14 1 25.000 350.00
nikasi 0
Sewa 14 2 150.00 2.100.
Laptop 0 000
Sewa 14 2 75.000 1.050.
Printer 000
Sewa 14 1 75.000 525.00
Scanner 0
Sewa 14 1 1.000. 14.000
Geolistrik 000 .000
Sewa 14 1 500.00 500.00
GPS 0 0
Sewa 14 2 250.00 7.000.
Total Station 0 000
3 Alat Bahan Habis Pakai
Alat 1 8 50.000 400.00

15
Tulis Kantor 0
Kertas 1 2 40.000 80.000
HVS 80 Gram
Tinta 1 4 35.000 140.00
Printer 0
Ink 1 2 300.00 600.00
Cartridge 0 0
Warna
Papan 1 8 10.000 80.000
Jalan
4 Bahan Lapangan
Peta 1 3 100.00 300.00
Dasar Desa 0 0
Sorowako
Peta 1 3 100.00 300.00
RBI 0 0
Peta 1 3 100.00 300.00
Geologi Kab. 0 0
Jember
5 Akomodasi
Sewa 14 1 150.00 2.100.
Rumah 0 000
Maka 14 24 15.000 5.040.
n 000
Sewa 14 3 100.00 5.200.
Porter 0 000
Laund 4 8 10.000 320.00
ry 0
Sub Jumlah B 54.185
.000
C Total Biaya 110.685.000
.

Table 3 jadwal kerja

N KEGIA MINGGU KE-


O. TAN 1 2 3 4 5
1. Brainst
orming
2. Pengum
pulan data dan
informasi
3. Perumu

16
san masalah
dan studi
literature
4. Survey
daerah
penelitian
5. Akuisisi
data
6. Pengola
han data
7. Interpre
tasi data
8. Publika
si

17
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. Z., Andreas, H., Meilano, I., Gamal, M.,Gumilar, Abdullah, C.I,
2009. Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 dari Hasil
Survei GPS.Jurnal Geologi Indonesia Vol. 4 (No. 4) : 275-284
Agustin, Arin Dwi. 2017. Identifikasi Letak Dan Kedalaman Cracks Pada
Bidang Longsor Menggunakan Metode Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-
Schlumberger Studi Kasus: Kecamatan Selorejo, Blitar. Surabaya, Departemen
Teknik Geofisika ITS
Bahri. 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan Topik
Metode Geolistrik Resistivitas. FMIPA ITS, Surabaya.
Effendi,A.C., dan S.S. Bawono. 1997. Peta Geologi Lembar
Manado,Sulawesi utara,Edisi ke-2 pusat penelitian dan pengembangan
Geologi,Bandung.
Andriani, Satuti., Romelan, A.H., Sutarno, 2010. Metode Geolistrik Imaging
Konfigurasi Dipole-dipole Digunakan untuk Penelusuran Sistem Sungai Bawah
Tanah Pada Kawasan Karst di Pacitan, Jawa Timur. Jurnal EKOSAINS/ Vol. II/
No.1/ Maret 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai