Case Saraf
Case Saraf
LAPORAN KASUS
SUBDIVISI BEDAH SARAF
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RP
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
Rekam Medis : 708719
MRS : 17 / 04 / 2015
Ruangan : lontara 3 bawah depan
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Nyeri kepala
Anamnesis terpimpin :
Dialami +/- 6 bulan yang lalu, awalnya nyeri kepala dirasakan hilang-timbul
kemudian terus-menerus. Keluhan disertai dengan mual, muntah, pandangan kabur,
dan perasaan lemah pada keempat tungkai.
Nyeri kepala memberat +/- 2 bulan, kemudian pasien berobat di RS Hasan
Sadikin didiagnosis dengan meningioma. Dan dilakukan tindakan operasi
pengangkatan tumor.
Setelah operasi, pasien kemudian melanjutkan pengobatan di RS Wahidin
Sudirohusodo dengan keluhan demam, penurunan kesadaran, ada kejan, dan
perubahan kepribadian.
Riwayat Penyakit Dahulu:
-Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya
-Riwayat trauma kepala tidak ada
-Riwayat epilepsy tidak ada
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
Thorax
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri=kanan, tidak ada
hematom, tidak ada retraksi dinding dada.
- Palpasi : Pergerakan dada simetris, krepitasi tidak ada, nyeri tekan
tidak ada, massa tidak ada.
- Perkusi : Sonor, simetris pada kedua lapangan paru.
- Auskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler, Ronchi dan wheezing tidak
ditemukan.
2
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis sinistra.
- Perkusi : batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra
batas kanan jantung ICS III linea parasternalis dextra
batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
- Auskultasi : S1/S2 murni, reguler, tidak ada murmur
Abdomen
- Inspeksi : datar, ikut gerak napas, tidak tampak massa tumor,
- Auscultasi : peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba, hepar dan
lien tidak teraba
C.STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Somnolen
GCS : 14 (E3M6 V5)
2) TANDA RANGSANG MENINGEAL :
Kaku kuduk : (+)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Lasegue : (-)
Kernig : (-)
3) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius ): Sulit Dinilai
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis (-) (+)
3
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 2,5 mm 2,5 mm
Gerak bola mata N (N)
Refleks pupil
Langsung (+) (N)
Tidak langsung (+) (N)
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri
Gerak bola mata N (-)
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri
Motorik
Kerutkan dahi N N
Menutup mata N (-)
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Menaikkan alis N N
4
11. N. XI (Assesorius) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
VI. REFLEKS
+ +
RF RP - -
5
WBC 5.1 4.0-10.0 10/mm
RBC 3.01 4.50-6.50 10^6/mm
HB 9.7 13.0-17.0 gr/dL
HCT 29.5 40.0-54.0 %
PLT 215 150-400 10/mm
GDS 60 140 mg/dL
Ureum 3 10-50 mg/dL
Kreatinin 0.50 <1.3 mg/dL
SGOT 36 <38 U/L
SGPT 30 <41 U/L
Natrium 128 136-145 mmol/l
Kalium 2.8 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 96 97-111 Mmol/l
B. FOTO THORAX
6
- Tidak tampak proses specific aktif maupun lesi-lesi noduler pada kedua lapangan
paru
- Cor: CTI dalam batas normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan: Pulmo dan cor normal
Tidak tampak tanda metastasis pada foto thorax ini.
7
-Tampak massa (33HU) yang menyangat post kontras (53HU) bentuk bulat, batas
tegas, tepi regular pada basis sellar dengan dural tail, ukuran 2x2 cm.
Malsinusitis
X. RESUME
Pasien perempuan usia 34 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala. Dialami +/- 6
bulan yang lalu. Awalnya hilang-timbul kemudian terus menerus. Keluhan disertai
mual-muntah, penurunan visus, dan pada pasien ditemukan paraparese. Nyeri kepala
kemudian memberat +/- 2 bulan. Dan pasien berobat di RS Hasan Sadikin didiagnosis
meningioma, kemudian dilakukan operasi removal tumor.
8
Setelah operasi, pasien pindah berobat di RS Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan
demam disertai penurunan kesadaran, ada kejang. Tanda vital dalam batas normal,
pada pemeriksaan neurologis diperoleh kaku kuduk (+). Pada pemeriksaan foto
thorax tidak diperoleh pulmo dan cor dalam batas normal, tidak tampak metastasis.
Dan hasil MSCT kepala terdapat mssa pada basis sellar sugestif meningioma dan
mallsinusitis. Hasil pemeriksaan patologi anatomi diperoleh kesimpulan angiomatous
meningioma (WHO GRADE I) a/r supratentorial.
XI. DIAGNOSIS
XII. PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 1 gr/12jam/intravena
Paracetamol 500 mg
9
BAB II
PEMBAHASAN
I. MENINGIOMA
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu belum
dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat
tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Pada orang dewasa menempati urutan
kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada basis kranii.
Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla
Lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, terutama pada golongan umur
antara 50-60 tahun dan tetapi tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-
kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan memperlihatkan kecenderungan untuk
tergolong jinak (benign) dan 10 % malignant. Perbandingan antara wanita dan laki-
10
Tumor ini mempunyai sifat yang khas yaitu tumbuh lambat dan mempunyai
tengkorak serta menekan jaringan sekitarnya. Tumor otak yang tergolong jinak ini
secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells)
meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat
pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-
a. Grade I
mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic.
Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala,
b. Grade II
lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang
11
lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
c. Grade III
pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor,
tumor (5):
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah
selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
atas otak.
12
5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur
antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis setingkat
thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan
gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan
nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di
13
I.2. Etiologi
beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang
beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80%
ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan
meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen
Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan
pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau
Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka
Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak, baik
14
pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,
sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka
biasanya gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma terletak pada infratentorial,
(7,8)
beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang
yang juga dihubungkan dengan kaknker payudara. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi
progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan
wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali
15
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun
peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah
dengan risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; factor lingkungan
berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari namunnya perannya masih
dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti yaitu penggunaan hormone endogen dan
eksogen, penggunaan telepon genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor
lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes
pajanan gelombang micro atau medan magnet, merokok; trauma kepala; dan alergi
(9).
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak). Secara umum,
16
Gejala umumnya seperti (9): Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk
saat beraktifitas atau pada pagi hari; Perubahan mental; Kejang; Mual muntah;
status mental
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-
berjalan,
17
Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor dengan
pemberian kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas
tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi
tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi ventrikel (9).
masih memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan
hasil false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat
kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor
juga memberikan gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus.
Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang
18
menyebabkan hyperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada
adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan tipe dari jaringan
ikat, kemampuan multiplanar, dan rekonstruksi 3D. Dapat dilihat pada gambar
berikut (11).
c. Ultrasonografi (USG)
hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor,
kalsifikasi, invasi parenkim oleh meningioma malignan, dan massa lobus atau multi
d. Angiografi
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and
19
Magnetic resonance angiography (MRA and MRV) merupakan pemeriksaan
penunjang yang berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan ini
merupakan alat diagnostik yang kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan
untuk operasi. Agiografi masih bisa digunakan jika terjadi embolisasi akibat tumor
(15).
carotid internal dan external. Basal meningiomas pada anterior dan fossa cranial
media dan meningioma pada tulang sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari
I.6 Penatalaksanaan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap
sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko,
pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor
20
tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian
rekurensi (16).
adalah reseksi bedah saraf. Dengan pendekatan ini, kontrol lokal berkisar antara 50%
dan 70%, tergantung pada status reseksi. Sebuah seri atau studi lebih kecil telah
menunjukkan bahwa radioterapi pasca operasi pada populasi pasien ini dapat
radiasi dosis 60 Gy atau lebih tinggi telah ditunjukkan diperlukan untuk kontrol
tumor (17).
1. Pembedahan adalah pengobatan utama untuk pasien yang bukan kandidat untuk
elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan tingginya tingkat harapan hidup
bebas penyakit.
untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma), tumor yang tidak dapat
direseksi, gejala penyakit sisa, atau tumor berulang. Diagnosis radiologi mungkin
21
3. Pengobatan standar operasi ditambah radioterapi. Radioterapi biasanya diberikan
stereotactic.
5. Terapi sistemik lainnya dapat dipertimbangkan untuk tumor yang tidak dapat
Rencana Preoperatif
Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura
atau mungkin perluasan ekstradural (misalnya sinus yang terserang atau tulang yang
hiperostotik)
22
Grade IV : Reseksi parsial tumor
Radioterapi
Sekitar 4% dari semua meningioma diinduksi radiasi. Menariknya, ini biasanya tidak
disertai dengan mutasi gen NF2. Sering tumor ini berasal dari pinggiran lapangan
terpancar. Bukti untuk radiasi yang berasal dari setidaknya empat sumber (19):
1. Korban tumor yang telah menerima radiasi pada mata atau leher memiliki insiden
2. Sebuah studi kohort pada pasien yang diikuti di Israel yang memiliki medan
4. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa mulut penuh gigi yang di x-ray yang
Ada kebutuhan untuk bekerja yang lebih tepat pada efek dari radiasi pada
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan
23
rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus
meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang
buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam irradiation
external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma yang
agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan
Radiasi Stereotaktik
pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan
energi yang digunakan didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering
digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear
accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua
pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. Steiner dan koleganya menganalisa
pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5
tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol.
24
Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor
dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi
dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan
mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan
Kemoterapi
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali
regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata
sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam
penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel
dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan
dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-
pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian
25
kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan
mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan
pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter.
tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga pasien (13).
perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14
pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor
pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun
tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu
pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari kelompok Netherlands dengan jumlah
pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil
pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis
obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar
pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur
I.7. Prognosis
26
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang
survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada
terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia
durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis
akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari,
berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang tindih
akut merujuk kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki
onset gejala meningeal dan pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lain
27
dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis seperti Cryptococcus, Histoplasma,
dan amoeba.9
selular nonpiogenik yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda. Penderita
peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan berasal dari virus, di antaranya
dari infeksi SSP. Istilah viral digunakan karena merupakan agen penyebab, dan
medula spinalis. Namun, patogen virus dapat menyebabkan kombinasi dari infeksi
komplit pada 7-10 hari. Lebih dari 85% kasus disebabkan oleh enterovirus non polio;
saat ini merupakan ancaman untuk negara berkembang. Polio tetap merupakan
28
II.1. Etiologi
Virus keluarga herpes: HSV-1, HSV-2, VZV, EBV, CMV, dan herpes
pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non higienis.
AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi saluran nafas
atas.
29
Campak: Morbili virus ini merupakan penyebab yang paling jarang saat ini.
angka penyerangan tertinggi dari infeksi yang ada; eradikasi dari campak
contoh, pasien dengan otitits bakteri dan sinusitis yang telah mengambil
antibiotic dapat timbul dengan meningitis dan penemuan CSF yang identik
30
Virus keluarga herpes: HSV-1, HSV-2, VZV, EBV, CMV, dan herpes
pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non higienis.
AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi saluran nafas
atas.
Campak: Morbili virus ini merupakan penyebab yang paling jarang saat ini.
angka penyerangan tertinggi dari infeksi yang ada; eradikasi dari campak
contoh, pasien dengan otitits bakteri dan sinusitis yang telah mengambil
31
antibiotic dapat timbul dengan meningitis dan penemuan CSF yang identik
Riwayat Penyakit
Nyeri kepala hampir selalu ada dan seringkali dilaporkan dengan intensitas
yang berat. Bagaimanapun, deskripsi klasik dari sakit kepala terburuk dari
tidak biasa
Gejala konstitusional lain adalah muntah, diare, batuk dan mialgia yang
untuk mendapatkan perjatian medis. Pola yang sering adalah demam dengan
derajat rendah pada tahap prodromal dan kenaikan temperature yang lebih
gejala seperti flu, dan demam derajat rendah yang timbul selama gejala
neurologis sekitar 48 jam. Dengan onset kaku kuduk dan nyeri kepala,
32
Pengambilan riwayat yang hati-hati dan harus termasuk evaluasi paparan
seksual.
Fisik
Penemuan fisik umum pada meningitis viral adalah sering untuk semua agen
ini, dan nyeri kepala hamper selalu timbul. Pemeriksaan menunjukkan tidak
Demam lebih sering (80-100% cases) dan biasanya bervariasi antara 38C
and 40C.
Rigiditas nuchal atau tanda lain dari iritasi meningea (tanda Brudzinski atau
Kernig) dapat terlihat lebih pada setengah pasien tetapi secara umum kurang
33
Gambar 5 Tanda Brudzinski(9) Gambar 6 Tanda Kernig(10)
Photophobia secara ralatif adalah sering namun dapat ringan, Fonofobia juga
dapat timbul.
global dan deficit neurologis fokal adalah jarang tetapi dapat timbul. Refleks
Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat membantu dalam diagnosis. Hal
kulit seperti erupsi zoster pada VZV, ruam maculopapular dari campak dan
infeksi coxsackie virus. Infeksi Epstein Bar virus didukung oleh faringitis,
34
dan orchitis dapat timbul dengan campak, sementara kebanyakan infeksi
Studi Laboratorium
atau hidrosefalus obstruktif sebelum pungsi lumbal (LP). Kultur CSF tetap
dapat timbul dengan pewarnaan gram negative dan maka timbul aseptic. Hal
35
o Sel: Pleocytosis dengan hitung WBC pada kisaran 50 hingga >1000 x
didominasi oleh limfosit pada pole CSF klasik meningitis viral. Hal ini
mempunyai lebih tinggi hitung sel dan predominan PMN pada sel pada
perbedaan sel; hal ini merupakan bukan merupakan atran yang absolute
bagaimanapun.
Studi Pencitraan
termasuk CT Scan kepala dengan dan tanpa kontras, atau MRI otak
dengan gadolinium.
36
o MRI dengan contrast merupakan standar kriteria pada
Tes Lain
o Semua pasien yang kondisinya tidak membaik secara klinis dalam 24-48
meningitis.
kontras dan visualisasi yang adekuat dari frontal basal dan area temporal
adalah diperlukan.
Prosedur
Penemuan Histologis
37
o Dikarenakan dari angka mortalitas rendah dengan meningitis viral akut,
terdapat inflamasi dengan PMN dan sel mononuklear pada fase akut
enchepalitis virus.
II.4. Penatalaksanaan
Perawatan Medis
dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika diperlukan,
Keputusan yang paling penting adalah baik memberikan terapi antimikroba awal
bakterial dicurigai. Pasien dengan tanda dan gejala dari meningoensefalitis harus
menerima asiklovir lebih awal untuk mencegah encephalitis HSV. Terapi dapat
dimodifikasi sebagai hasil dari pewarnaan gram, kultur dan uji PCR ketika telah
critical care unit untuk menjaga saluran nafas, pemeriksaan neurologis, dan
38
Enterovirus dan HSV keduanya mampu menyebabkan septic shock viral pada
bayi baru lahir dan bayi. Pada pasien muda ini, broad spectrum antibiotic dan
Perawatan Pembedahan(2)
Tidak ada terapi pembedahan yang biasanya diindikasikan. Pada pasien yang
mening atau parenkim untuk diagnosis definitif dari infeksi viral dibutuhkan.
Medikasi
Kontrol simptomatik dengan antipiretik, analgetik dan anti emetic biasanya itu
semua yang dibutuhkan dalam management dari meningitis viral yang tidak
komplikasi.
39
Keputusan untuk memulai terapi antibakterial untuk kemungkinan meningitis
pada kasus dengan kecurigaan HSV (pasien dengan lesi herpetic), dan biasanya
digunakan secara empiris pada kasus yang lebih berat yang komplikasinya
Agen Antiemetik: Agen ini digunakan dengan luas untuk mencegah mual
dan muntah.
pasien yang tidak berespon baikterhadap anti emetik lain. Dewasa: 4-8
meningitis viral dan dapat segera tersedia. Regimen anti HIV dan anti
40
ini dengan kuat mendukung secara klinis atau telah dikonfirmasi dengan
kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h for 10-14
II.5. Prognosis
sekuele atau risiko kematian. Adanya kejang dalam suatu episode meningitis
41
DAFTAR PUSTAKA
2. Harsono. Tumor Otak. Dalam : Buku Ajar Neurologi Klinis Edisi pertama.
Yogyakarta: UGM Press, 1999; 201-201.
3. Wonoyudo, Tri Astuti. Peran CT Scan Pada Diagnosis Tumor Otak. Cermin
Dunia Kedokteran, 1992;77:12-18.
4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2003.
10. Riadi, Djoko. Terapi Pembedahan Tumor Otak. Cermin Dunia Kedokteran,
1992;77:30-32.
11. Stephanie E Combs, Lutz Edler, Iris Burkholder, et al. Treatment of patients with
atypical meningiomas Simpson grade 4 and 5 with a carbon ion boost in
combination with postoperative photon radiotherapy: The MARCIE Trial. BMC
Cancer,2010;10(615):1471-2407.
42
12. Anonymous. Meningiomas. Clinical Practice Guideline CNS-005,2009.
13. Peter Black, M.D., Ph.D., Andrew Morokoff, M.D., Ph.D., Jacob Zauberman,
M.D., et.al. Meningiomas: Science and Surgery. Clinical Neurosurgery,
2007;54:91-99.
14. P. Filippo Adamo, Lisa Forrest, Richard Dubielzig. Canine and Feline
Meningiomas: Diagnosis,Treatment, and Prognosis. Compendium, 2004;4:951-
966.
43