Anda di halaman 1dari 25

1.

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN

1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaanyang terdiri atas dua
bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantar gusi, gigi, bibir, dan pipi; serta bagian dalam
yang terdiri dari rongga mulut.
2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian
atas yang berjalan hingga vertebrae servikal keenam. Faring langsung berhubungan
dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang 20-25 cm yang
terletak di belakang trachea dan di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui
toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan
menyambung dengan lambung. Esophagus merupakan bagian yang menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan
panjang 2 cm. Kedua ujungnya dilindungi oleh sphincter. Dalam keadaan normal
sphincter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam
lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke oragan bagian atas,
yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltic.
3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian
atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang horizontal (disebut antrum
pilorik). Lambung ini berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium
kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah
diafragma dan di depan pancreas.
Lambung memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi motoris adalah menampung makanan, mencegah makanan menjadi partikel
kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung.
2. Fungsi sekreasi dan pencernaan adalah mensekresi pepsinogenrennin, dan lipase.
Pepsinogen diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang dapat memecah protein
menjadi proteosa an peptone.
3. Usus Halus
Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar.
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang 2,5 m dalam keadaan
hidup. Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan
limfa yang disebut kelenjar soliter yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi.
Pada umumnya, fungsi usus halus adalah mencerna dan meng absorpsi chime dari
lambung. Zat makanan yang telah haluskan diabsorpsi di dalam usus halus, yakni pada
duodenum. Di sini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D; serta
vitamin A,D,E dn K dengan bantuan empedu dan asam folat.
4. Usus Besar
Usur besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus, mulai dari katup
ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya makanan. Fungsi utama usus besar
adalah mengabsorsi air ( 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa.
5. Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh
6. Kantong empedu
Merupakan sebuah kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan
permukaan bawah di pinggiran depan yang memiliki panjang 8 12 cm. Dengan
kapasitas 40 60 cm
7. Pankreas
Merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah dengan memiliki
panjang + 15 cm.
2. PENGERTIAN

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan


fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan (Soenarjo, 2000).

Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia


menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.

Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme


menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energy.

Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan
diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh. Nutrient terdiri dari beberapa , diantarannya :

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen.
Karbohidrat dibagi atas :

1) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang


terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul
ganda), contoh sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa
(glukosa + galaktosa).
2) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak molekul
glukosa.
3) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat
dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat
meningkatkan volume feces.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati
pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya
selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Kebutuhan karbohidrat 60-
75% dari kebutuhan energi total.
2. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging, babi,
domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok kacang
polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur
nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis oleh
enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian akan
diserap oleh usus. Fungsi protein :
1) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal
dan proses pengausan yang normal.
2) Protein menghasilkan jaringan baru.
3) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi
khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
4) Protein sebagai sumber energi.
Kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi total.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak
terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Kebutuhan lemak 10-25%
dari kebutuhan energi total. Fungsi lemak :

1.Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan dengan


memberikan 9 kal/gr.
2.Ikut serta membangun jaringan tubuh.

3.Perlindungan.

4.Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.

5.Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah
timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.

4. Vitamin

Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh. Vitamin dibagi dalam dua
kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12) dan vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K).Berikut ini rincian dari beberapa
vitamin dan penting:

a) Vitamin A
Vitamin ini membantu perkembangan daya lihat bayi. Juga berperan
dalam proses kerja sel tulang. Anak-anak yang kekurangan vitamin A akan
menderita rabun senja serta gangguan pertumbuhan. Mereka juga rentan terhadap
infeksi. Sumber vitamin A antara lain: telur, keju, dan hati.
b) Vitamin B-kompleks
Semua vitamin B membantu produksi energi, dan membantu terbentuknya sel-sel
otak bayi. Vitamin B1 dan niasin (salah satu anggota B-kompleks) membantu sel
tubuh menghasilkan energi. Vitamin B6 membantu tubuh melawan penyakit dan
infeksi. B12 digunakan dalam pembentukan sel darah merah. Kecukupan vitamin B-
kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan, anemia, gangguan
penglihatan, kerusakan syaraf, dan gangguan jantung. Makanan seperti misalnya
roti, padi-padian, dan hati banyak mengandung vitamin B-kompleks. Setiap anggota
vitamin B-kompleks bersumber dari makanan tertentu misalnya: B1 dari kacang
buncis dan daging babi; B12 dari daging, ikan, telur, dan susu.
c) Vitamin C
Anak-anak dapat memperoleh vitamin C dari jeruk dan berbagai
sayuran. Mereka memerlukan vitamin C untuk membentuk beberapa zat kimia dan
menggerakkan zat kimia lain (salah satu anggota grup vitamin B, misalnya) agar
dapat digunakan tubuh. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi. Mereka yang
kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tulang, anemia, dan gangguan
kesehatan lainnya.
d) Vitamin D
Sinar matahari membantu tubuh membuat sendiri vitamin D, bahkan
pada sejumlah anak, kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi dengan bantuan sinar
matahari. Vitamin D sangat penting karena membantu kalsium masuk ke tulang.
Inilah sebabnya mengapa vitamin D kadang ditambahkan ke dalam susu sapi
(disebut susu yang telah diperkaya). Sayangnya, banyak produk susu olahan yang
digemari anak-anak justru tidak diperkaya dengan vitamin D. Keju dan yogurt kaya
kalsium tetapi tidak mengandung vitamin D. Makanan yang diperkaya vitamin D
lebih baik daripada suplemen vitamin. Anak-anak yang mengkonsumsi diet rendah
vitamin D bisa menderita ricketsia, suatu penyakit yang melemahkan tulang atau
menjadikan tulang cacat.
e) Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim,
dan sangat penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan
konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung
sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan. Tiga fungsi mineral :
1) Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
2) Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan
tubuh ; contoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
3) Bahan dasar enzim dan protein.
4) Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral.
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa
asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun dianjurkan sebanyak
1900 cc sebagai batas optimum.
A. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pertumbuhan
manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian
yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara
bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual (Supartini,
2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan
berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual,
dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya
sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara
simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional
dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan dan
belajar (Wong, 2000).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 ).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh ( Depkes RI ).
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron paada setiap individu.
B. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam
prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagi berikut :
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan
susunan syaraf pada manusia, di mana semakin sempurna atau kompleks kematangan
saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
dari proses konsepsi sampai dengan dewasa.
2. Proses perkembangan dan pertumbuhan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai
proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki
kecepatan yang sama antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat terjadi mulai
dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai dari kemampuan yang
sederhana hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks sampai mencapai
kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan perkembangan (Narendra, 2002).
C. Indikator Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Pertumbuhan pada anak
a. Berat Badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua yaitu usia 0-6
bulan dan usia 0-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan akan mengalami
penambahan setiap seminggu sekitar 140 -200 gram dan berat badannya akan
menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedang kan pada usia 6-
12 bulan terjadi penambahan setiap seminggu sekitar 40 gram dan pada akhir
bulan ke 12 akan menjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir.
Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar 4 kali lipat dari
berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan
setiap tahunnya adalah 2-3 kilogram. Pada masa pra sekolah dan sekolah akan
terjadi penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3 kilogram.
b. Tinggi badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar
2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan mengalami penambahan tinggi
badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya.pada akhir tahun pertama akan
meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain
penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12 cm sedangkan penambahan tahun
ketiga rata-rata 4-6 cm. Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun,
terjadi penambahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan
mengalami penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah
akan mengalami penambahan setiap tahunnya.setelah usia 6 tahun tinggi badan
bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi
rata-rata 3 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.
c. Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6
bulan pertama, yaitu dari 35 -43 cm. Pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan
lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami
pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan
kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke
tiga bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
d. Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan
mulai dari pertumbuhan sampai penanggalan. Pertumbuhan gigi menjadi 2 bagian
yaitu bagaian rahang atas dan bagian rahang bawah.
a) Pertumbuhan gigi bagian rahang atas
Gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan
Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan
Gigi taring atau kakinus paa usia 16-22 bulan
Molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan
Molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan molar
kedua pada usia 25-33 bulan
b) Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah
Gigi insisi sentral pada usia 6-1 bulan
Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan
Gigi taring atau kakinus paa usia 17-23 bulan
Molar pertama anak laki-laki pada usia 14-18 bulan
Molar pertama anak perempuan pada usia 23-30-18 bulan
molar kedua pada usia 29-31 bulan
e. Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimuali pada saat lahir. Pada usia 1
bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat untuk
mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus
menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan
memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan
bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali
botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring, melihat bayangan di cermin,
dan mampu mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur
untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah,
menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata
dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil.
Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti
objek yang dapat bergerak. Pada usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi
bentuk geometrik. Pada usia 18-24 bulan mampu berakamodasi dengan baik.
f. Organ Pendengaran
Setelah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang keras dan
refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala ke smping bila bunyi
setinggi telinga. Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam
melokalisasi bunyi dengan makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan.
Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan
mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat
membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus
dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan
mampu mendengarkan yang lebih halus.
2. Perkembangan Pada Anak
1) Perkembangan Motorik Halus
a. Masa neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap gerakan jari atau tangan.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan
hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
mencoba memegang dan memasukan benda kedalam mulut, memegang
benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan walaupun hanya
sebentar.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai
mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengekplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua
tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau
merainh benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan,
mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya,
serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
c. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan dengan
adanya kemampuan dalam mencoba, menyusun, atau membuat menara pada
kubus.
d. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai
memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang,
melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan, menggunakan tanggannya untuk bermain, menempatkan objek
kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat
coretan diatas kertas(wong,2000)
2) Perkembangan Motorik Kasar
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali
dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk
dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala
sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling
dari terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan
berusaha untuk merangkak.
Usia 4-8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada
pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan
sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan
kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan
badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan
lengan berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan
tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.

Usia 8-12 bulan


Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri.
c. Masa Anak (1-2 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar
secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan
dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara
1 tangan dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil,
menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
d. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali
dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama satu sampai lima
detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan
(wong, 2000).
3) Perkembangan Bahasa
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau
bel.
b. Masa Bayi (28 hari- 1 tahun)
Usia 1-4 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya


kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata oh/ah, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.

Usia 4-8 bulan


Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi
atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa,
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan
kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal
yang bersamaan seperi ba-ba.

Usia 8-12 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan


kata papa dan mama yang belom spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai
dua kata.

c. Masa Anak (1-2 tahun)


Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan
bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata; tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip
terhadap orang lain; mampu menujukan dua gambar; mampu
mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan lambaian
anggota badan.
d. Masa Prasekolah

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan


menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua warna;
menyebutkan kegunaan benda; mengitung; mengartikan dua kata; mengerti
empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya;
menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas;
menirukan berbagaibuny kata; memahami arti larangan; serta merespons
panggilan orang dan anggota keluarga dekat.

4) Perkembangan Prilaku atau adaptasi sosial


a. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus ini dapat


ditunjukan dengan adanyab tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka
untuk menegnali seseorang.

b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)


Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan membalas
senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang
aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang
yang tak dikenal (asing).
Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa
takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain
dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki
jika sedang kesal.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau
lainnya dengan orang lain.
c. Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan


adanya kemampuan membantu kegiatan dirumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi serta mencoba mengenakan baju sendiri.

d. Masa Prasekolah

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya


kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (wong,
2000).

D. Tahap Pencapaian/Periode Tumbuh Kembang Anak


Perkembangan anak secara umum terdiri atas tahapan prenatal, neonatus, periode
bayi, prasekolah, pra remaja dan remaja.
1. Masa neonatus (0-28 hari)
Pada masa neonatus (0-28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan
perkembangan setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan yang baru
dalam ekstra uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses
adaptasi dari organ tersebut dimulai dari akrivitas pernapasan yang disertai pertukaran
gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 x/menit, penyesuaian denyut jantung
antara 120-160x/menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan
dengan rongga dada, terjadi aktivitas bayi yang mulai meningkat. Selanjutnya diikuti
perkembangan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
2. Masa Bayi (28 hari 1 tahun)
3. Masa todler (1-3 tahun)
4. Masa pra sekolah (3-6 tahun)
5. Masa sekolah (6 -12 tahun)
Masa remaja ( 12-18/20 tahun)

3. Definisi
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan
seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal
dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator
yang digunakan.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor (Supriyatno Edi, 2012)
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World
Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan
baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
a) Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b) Gizi baik untuk well nourished.
c) Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein
Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP)
Malnutrisi Energi dan Protein.
d) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwashiorkor :
1) Marasmus yaitu keadaan kurang kalori. Marasmus adalah MEP berat yang
disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama
atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein
terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam
status marasmik kwashiorkor.
2) Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang
biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). Kwashiorkor
adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor
pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang
rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein
hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein
sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena
kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
3) Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap
umur anak sebagai berikut:
Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).
4. Etiologi
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
b. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-
zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada
3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.
1. Marasmus
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan
dengan orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi
kongenital (Nelson,1999). Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang
sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai
penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung,
malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada
saraf pusat.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor disebabkan karena penyerapan protein terganggu, seperti pada
diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi,
perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati
kronik.
5. Tanda dan Gejala
a. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
b. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau
mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
c. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
d. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
e. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat
pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
f. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.
Manifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda
walaupun dapat terjadi bersama-sama.
Manifestasi Klinik Kwashiorkor
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar).
Perkiraan Berat Badan (Kg)
Lahir 3,25
23-12 bulan (bln + 9)/2
1-6 tahun (thn x 2) + 8
6-12 tahun {(thn x 7) 5}/2 (Soetjiningsih, 1995).
Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1 tahun 1,5 x TB lahir
4 tahun 2 x TB lahir
6 tahun 1,5 x TB 1 thn
13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
Perubahan mental (cengeng atau apatis)
Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat
Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)
Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang
dan mudah dicabut)
Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy
pavement dermatosis.
Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin
dengan batas yang tegas)
Anemia akibat gangguan eritropoesis.
Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar
globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis
dan infiltrasi sel mononukleus.
Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya
perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili
usus, osteoporosis dan sebagainya).
Manifestasi Klinik Marasmus:
Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah
kulit
Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah
tampak lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
Vena superfisial tampak lebih jelas
Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.

6. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan
terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk
sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat
timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbunan lemak di hati.
1. Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energy. Jika
kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH,
maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot
terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
7. Komplikasi
a. Hipotermi
Penyebab Hipotermi : tidak/kurang/jarang diberi makan
b. Hipoglikemi
Penyebab Hipoglikemi : tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
c. Infeksi
d. Diare dan Dehidrasi
e. SyoK
8. Pathway

9. Penatalaksanaan
a) Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak
sesuai kebutuhan dan petunjuk cara pemberian makanan dari rumah
sakit/dokter/puskesmas.
b) Bila balita dirawat, perhatikan makanan yang diberikan lalu, teruskan di rumah
c) Berikan hanya ASI, bila bayi berumur kurang dari 4 bulan.
d) Usahakan disapih setelah berumur 2 tahun
e) Berikan makanan pendamping ASI (bubur, buah-buahan, biskuit, dsb.) bagi bayi di
atas 4 bulan dan berikan bertahap sesuai umur.
f) Pengobatan awal (terutama: untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa)
g) Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, dan
pemulihan ketidakseimbangan elektrolit
h) Pencegahan (jika ada) ancaman atau perkembangan renjatan septik
i) Pengobatan infeksi
j) Pemberian makanan
k) Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain seperti kekurangan vitamin, anemia
berat, dan payah jantung
l) Rehabilitasi (terutama: untuk memulihkan keadaan gizi.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan
laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena
adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di
samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
b. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.
c. Tes mantoux
d. EKG
A. Konsep Medis
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau
berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering
menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang
sampai seluruh tubuh
b. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan
Kwashiorkor adalah :
1) Keadaan Umum
Pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta
asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar baby).
2) Tumbuh Kembang
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3) Keadaan Psikologis
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.
4) Status cairan dan elektrolit
5) Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak
kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
6) Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit
karena habisnya cadangan energi maupun protein.
7) Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8) Hepar
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
9) Sirkulasi
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.
10) Pankreas
Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim
pankreas terutama lipase.
11) Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan
hanya dapat diberikan dengan sonde lambung.
12) Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk
dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
13) Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga
GFR menurun.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
(a) Mata : agak menonjol
(b) Wajah : membulat dan sembab
(c) Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
(d) Abdomen : perut terlihat buncit
(e) Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema
2) Palpasi
Pembesaran hsti 1 inchi
3) Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
2. Diagnose Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi, dehidrasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kondisi,
prognosi dan kebutuhan nutrisi

3. Intervensi dan Implementasi


a. Diagnose 1
1) Diagnose 1 : Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
(a) Klien tidak muntah lagi
(b) Nafsu makan kembali normal
(c) Edema Berkurang /Hilang
(d) BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
3) Intervensi :
(a) Beri asupan makanan/minuman tinggi kalori/protein
(b) Timbang berat badan klien tiap hari
(c) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat/vitamin/nutrisi
(d) Observasi pengawasan pemberian cairan
b. Diagnose 2
1) Diagnose 2 : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai
standar usia dengan criteria hasil :
(a) Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
(b) Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar
usia.
3) Intervensi :
(a) Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-
tugas perkembangan sesuai usia anak.
(b) Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
(c) Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
(d) Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
(e) Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan (Puskesmas/Posyandu)

c. Diagnose 3
1) Diagnose 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
nutrisi, dehidrasi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan integritas kulit klien kembali normal dengan criteria hasil :
(a) Gatal hilang/berkurang.
(b) Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
3) Intervensi :
(a) Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering
mungkin.
(b) Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau
kotor dan kulit anak tetap kering.
(c) Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
d. Diagnose 4
1) Diagnose 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien tidaak mengalami infeksi dengan criteria hasil :
(a) Klien bebas dari tanda infeksi
(b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
(c) Jumlah leukosit dalam batas normal
3) Intervensi :
(a) Tingkatkan intake nutrisi
(b) Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local
(c) Dorong masukan cairan
(d) Dorong istirahat
e. Diagnose 5
1) Diagnose 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pengetahuan keluarga bertambah dengan criteria hasil :
(a) Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
(b) Dapat mengulangi isi penyuluhan.
(c) Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di
rumah.
3) Intervensi :
(a) Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
(b) Jelaskan tentang:
Nama penyakit anak
Penyebab penyakit
Akibat yang ditimbulkan
Pengobatan yang dilakukan
4. Evaluasi
a. BB klien naik sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
b. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia
c. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh
d. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
e. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan

Daftar Pustaka

Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses tanggal 18 Mei 2015:
Republika Online.
Depkes. 2002. Kurang Gizi. Portal Kesehatan Online. Diakses tanggal 18 Mei 2015
Judith. 2014. Diagnose Keperawatan. Jakarta: EGC
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta

Ngastiyah, 2000, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC


Supriyatno, Edi. 2003. Gizi Balita. Bandung: Pustaka Ilmu
Behrman. E .R., Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol I, 1999. Jakarta : EGC

Betz, Ceciliy,L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC

Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai