Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG PADA NEONATUS

A. PENGERTIAN
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari.
Kejang pada bayi baru lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan
metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap
dikemudian hari (Hasan, 2005, hlm. 1137).
Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat
mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi
yang dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan
merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik
(Ngastiah, 2005, hlm. 146)

B. ETIOLOGI
1. Metabolik
a) Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang
dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
b) Hipoglikemia
- Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau
kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L
- Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua
serangan bayi dalam keadaan baik.
c) Hipomagnesemia
- Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat
bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
- Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat
sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d) Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya
adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l.
Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis
dalam otak.
e) Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan
tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain.
Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f) Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.
2. Perdarahan intracranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi
vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid,
intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia.
Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin
dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti kejang dan perbaikan
gangguan metabolism bila ada.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4. Genetik/kelainan bawaan Penyebab lain
a) Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta,
transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan
kadar hemoktrokit di atas 65%
b) Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui
penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya
c) Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
C. Patofisiologi kejang pada BBL
Dalam Buku Ajar Neonatologi, mekanisme dasar terjadinya kejang akibat loncatan
muatan listrik yang berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang
mengakibatkan gerakan yang berulang. Terjadinya depolarisasi pada syaraf akibat
masuknya natrium dan repolarisasi terjadi karena keluarnya kalium melalui membrane
sel. Untuk mempertahankan potensial membrane memerlukan energi yang berasal dari
ATP dan tergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya Natrium dan masuknya
Kalium.
Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan
elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron lebih tinggi daripada di luar sel,
sedangkan konsentrasi Na+ di dalam sel lebih rendah daripada di luar sel. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial membran.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan
metabolisme basal meningkat 10 15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Jadi
pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui
membran, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
D. Pathways (terlampir)
E. Klasifikasi Kejang
Bentuk tugas dari tiap-tiap orang dapat berbeda, tergantung jenis penyakit yang
mendasari dan berat ringan penyakitnya.
1. Berdasarkan lokasi kejang
Kejang motorik dapat berupa kejang fokal atau umum. Kejang fokal dicirikan oleh
gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari kepala dan mata ke
salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari muka atau ekstremitas,
atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau nyeri lokal pada suatu area.
Sedangkan pada kejang umum, bisa menyuluruh pada organ tubuh, dapat
berlangsung bertahap maupun bersamaan. Terkadang kejang ini tak dapat dideteksi
atau tersamar, yaitu mmiliki ciri ciri:
a) Hampir tidak terlihat
b) Menggambarkan perubahan tingkah laku
c) Bentuk kejang :
1) Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai
2) Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap,
mengunyah, menelan, menguap
3) Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata
berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata
4) Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh pada
anggota gerak atas dan bawah
5) Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea
6) Untuk memastikan : pemeriksaan EEG
2. Berdasarkan serangan pada otot
a) Kejang klonik, terdapat kontraksi otot secara ritmik. Ciri ciri yang dapat
diperhatikan adalah:
1) Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran
2) Dapat disebabkan trauma fokal
3) BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala
untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
b) Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan
dengan BB>2500 gram
1) Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri
diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
c) Kejang tonik, dicirikan oleh peningkatan tonus arau kekakuan. Dapat terjadi
pada:
1) Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi
dengan komplikasi perinatal berat
2) Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
d) Kejang tonik klonik, merupakan kumpulan gejala kejang tonik dan klonik.
e) Kejang mioklonik, ditandai dengan kontraksi otot seperti adanya kejutan.
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang
dan terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro.
f) Kejang atonik, dicirikan oleh kelumpuhan atau kurangnya gerakan selama kejang.
3. Berdasarkan sisi otak yang terkena
a) Lobus frontalis memiliki gejala kedutan pada otot tertentu
b) Lobus oksipitalis memiliki gejala halusinasi kilauan cahaya
c) Lobus parietalis memiliki gejala mati rasa atau kesemutan pada bagian tubuh
tertentu
d) Lobus temporalis dengan gejala halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang
kompleks misalnya berjalan berputar putar
e) Lobus temporalis anterior memiliki gejala gerakan mengunyah, gerakan bibir
mecucu
f) Lobus temporalis anterior sebelah dalam memiliki gejala halusinasi bau, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
4. Berdasarkan demam sebagai gejala penyerta
Kejang dengan demam, meliputi Kejang Demam dan non-Kejang Demam
a) Kejang demam terbagi menjadi Kejang Demam Sederhana (KDS) dan Kejang
Demam Kompleks (KDK)
1) KDS (simple febrile seizures)
Adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada
hari yang sama. Tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal ataupun
mengganggu kecerdasan. Resiko untuk menjadi epilepsi dikemudian hari
juga sangat kecil (2 3%). Resiko terbanyak adalah berulangnya kejang
demam, yang dapat terjadi pada 30 50% anak anak.
2) KDK (complex febile seizures atau complex partial seiuzures)
Adalah bila kejang hanya terjadi pada satu sisi tubuh, berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari. Resiko
untuk menjadi epilepsi dikemudian hari dan resiko berulangnya kejang
demam lebih tinggi dari KDS. Untuk anak yang mengalami kelainan saraf
yang nyata, dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan
dengan anti kejang selama 1 3 tahun.
3) Bukan kejang demam (non-KD), yang diantaranya disebabkan oleh: infeksi
intrakranial meningitis/ensefalitis, gangguan elektrolit berat akibat dehidrasi,
serangan epilepsi yang disertai demam, dan penyakit dengan demam dan
gerakan mirip kejang.
b) Kejang tanpa demam dapat terjadi pada beberapa penyakit diantaranya: epilepsi
(tanpa demam dan berulang), hipo/hiperglikemi, gangguan elektrolit tanpa
demam, keracunan, trauma, dan hipoksia.
F. Manifestasi klinik kejang pada BBL
1. Tremor/gemetar
2. Hiperaktif
3. Kejang-kejang
4. Tiba-tiba menangis melengking
5. Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
6. Pergerakan tidak terkendali
7. Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal
G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menentukan prioritas pada pemeriksaan laboratorium, harus digunakan
informasi yang didapatkan dari riwayat dan pemeriksaan jasmani dengan baik untuk
mencari penyebab yang lebih spesifik
Kimia darah
Pemeriksaan kadar glukosa, kalsium, natrium, BUN dan magnesium pada darah
serta analisa gas darah harus dilakukan.
Pemeriksaan darah rutin
Termasuk di dalamnya pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit ,
leukosit, hitung jenis leukosit
Kelainan metabolic
Dengan adanya riwayat keluarga kejang neonatus, bau yang khas pada bayi baru
lahir, intoleransi laktosa, asidosis, alkalosis atau kejang yang tidak responsif
terhadap antikonvulsan, harus dicari penyebab-penyebab metabolik yang
mungkin.
1) Kadar amonia dalam darah harus diperiksa
2) Asam amino di plasma darah dan urin. Pada urin sebaiknya diperiksa untuk
mencari substansi reduksi
2. Pemeriksaan radiologis
a. USG kepala dilakukan sebagai pemeriksaan lini pertama untuk mencari adanya
perdarahan intraventrikular atau periventrikular. Perdarahan subarakhnoid atau
lesi kortikal sulit dinilai dengan pemeriksaan ini.
b. CT-scan kranium
Merupakan pemeriksaan dengan hasil mendetail mengenai adanya penyakit
intrakranial. CT scan sangat membantu dalam menentukan bukti-bukti adanya
infark, perdaraham, kalsifikasi dan malformasi serebral.Melalui catatan
sebelumnya, pemeriksaan ini memberikan hasil yang penting pada kasus kejang
neonatus, terutama bila kejang terjadi asimetris.
c. MRI
Pemeriksaan paling sensitif untuk mengetahui adanya malformasi subtle yang
kadang tidak terdeteksi dengan CT-scan kranium..
3. Pemeriksaan lain
a. EEG(electroencephalography)
EEG yang dilakukan selama kejang akan memperlhiatkan tanda abnormal. EEG
interiktal mungkin memperlihatkan tanda normal. Pemeriksaan EEG akan jauh
lebih bernilai pabila dilakukan pada 1-2 hari awal terjadinya kejang, untuk
mencegah kehilangan tanda-tanda diagnostik yang penting untuk menentukan
prognosis di masa depan bayi. EEG sangat signifikan dalam menentukan prognosis
pada bayi cukup bulan dengan gejala kejang yang jelas. EEG sangat penting untuk
memeastikan adanya kejang di saat manifestasi klinis yang timbul subtle atau
apabila obat-obatan penenang neuromuscular telah diberikan. Untuk
menginterpretasikan hasil EEG dengan benar, sangatlah penting untuk mengetahui
status klinis bayi (termasuk keadaan tidur) dan obat-obatan yabg diberikan.
The International League Against Epilepsy mempertimbangkan kriteria sebagai
berikut :
Non epileptikus : berdasarkan gejala klinis kejang semata
Epileptikus : Berdasarkan konfirmasi pemeriksaan EEG. Secara klinis
mungkin tidak terlihat kejang, namun dari gambaran EEG masih mengalami
kejang.
1) Kejang elektrografik
Kejang pada neonatus mempunyai tipe dan lokasi onset, morfologi dan
perambatan yang bervariasi. Bayi preterm maupun aterm, keduanya
mempunyai kemampuan menciptakan peristiwa ictal yang sangat
bervariasi, lokasi asal kejang yang paling umum adalah lobus temporal.
Beberapa penelitian telah menghitung durasi kejang pada neonatus.
Umumnya digunakan batasan 5 detik, namun Clancy dan Ledigo
menggunakan pembatasan menurut mereka sendiri yaitu 10 detik sebagai
durasi minimal dan definisi ini juga diadopsi oleh Sher dkk.
2) Disosiasi elektroklinik
Terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis klinis dan gambaran EEG,
hanya sepertiga dari kasus yang dipelajari dengan rekaman video yang
manifestasi klinis dan gelombang listriknya sesuai. Pada 349 neonatus
yang diteliti oleh Mizrahi, ditemukan 415 kejang pada 71 neonatus secara
klinis, sedangkan 11 neonatus lain ditemukan secra elektrografis walaupun
secara klinis tidak kejang. Manifestasi klinis timbul karena adanya
gelombang dari batang otak dan medula spinalis dilepaskan dan kurangnya
inhibisi dari pusat yang lebih tinggi.
H. Penatalaksanaan kejang pada BBL
1. Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
a. Menjaga jalan nafas tetap bebas
Penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin.
Tindakan yang dapat segera dilakukan adalah membuka semua pakaian yang
ketat. Kepala sebaiknya dimiringkan untuk menghindari aspirasi isi lambung.
Bisa juga dengan memberikan benda yang dapat digigit guna mencegah
tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan napas.
b. Mengatasi kejang secepat mungkin
Untuk pertolongan pertama, bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan
kompres dengan air kran atau alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas
(antipiretik). Obat anti kejang seperti diazepam dalam sediaan perectal dapat
diberikan sesuai dengan dosis. Dosis tergantung dari BB, BB <10kg diberikan
5mg dan BB >10kg rata-rata pemakaiannya 0,4 - 0,6mg/KgBB.
c. Mengobati penyebab kejang
Setelah penyebab kejang diketahui, dapat diberikan obat-obatan untuk mengatasi
penyebabnya. Misalnya kejang dikarenakan infeksi traktus respiratori bagian atas,
pemberian antibiotik yang tepat dapat mngobati infeksi tersebut.

I. Komplikasi
1. Kejang pada BBL sering berhubungan dengan penyakit yang berat dan memerlukan
penanganan yang lebih spesifik.
2. Kejang pada BBL sering memerlukan intervensi khusus seperti pemberian bantuan
nutrisi dan respirasi yang berhubungan dengan penyakit yang bersangkutan.
3. Harus berhat-hati karena pada keadaan tertentu, kejang pada BBL dapat
mengakibatkan kelainan pada otak.
4. Kejang yang terjadi terus menerus menyebabkan hipoksia serebral progresif,
perubahan aliran darah otak, edema cerebral dan asidosis laktat. Perubahan tersebut
tampak pada pemeriksaan USG Dopler dan spektroskopi resonansi magnetik.
H. Penanganan (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal)
1. Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
a. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang (Misal :
diazepam, fenobarbital, fenotin/dilantin)
b. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
c. Mencari faktor penyebab kejang
d. Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
2. Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
a. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau
berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk
digunakan pada dosis pemeliharaan
b. Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi
dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7
mg/kg BB IV pada hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7
mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis.
3. Penanganan kejang pada bayi baru lahir (Buku Acuan Nasional Maternal dan
Neonatal, 2002)
a. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.
Suhu dipertahankan 36,5oC - 37oC
b. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut,
hidung sampai nasofaring
c. Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu
balon dan sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit
d. Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki,
atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetesmiletus
dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikostis
e. Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria
IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal
(fenobarbital 30 mg IM/IV)
f. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg
BB/hari
h. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab
kejang
1) Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
2) Apakah kemungkinan bayi premature
3) Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
4) Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika
i. Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari
faktor penyebab kejang, misalnya :
1) Darah tepi
2) Elektrolit darah
3) Gula darah
4) Kimia darah (kalsium, magnesium)
j. Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
k. Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
l. Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali

J. Prognosa
Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin
tinggi angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat
lambatnya mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien.Pasien ditanyakan tentang
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang.Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi
pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang?
Apakah pasien mempunyai program rekreasi?Kontak sosial?Apakah pengalaman kerja?
Mekanisme koping apa yang digunakan?
1. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Biasanya anak
sering kejang
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai
timbul.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan penyakit
sekarang perlu ditanyakan.
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam riwayat
prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu. Riwayat natal
perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post
natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah
6. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang
dideritanya.Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada yang
menderita gangguan hematologi, adanya faktor hereditas misalnya kembar monozigot.
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
7. Selama serangan :
Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
Apakah pasien menggigit lidah.
Apakah mulut berbuih.
Apakah ada inkontinen urin.
Apakah bibir atau muka berubah warna.
Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau
keduanya.
8. Sesudah serangan
Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
Apakah ada perubahan dalam gerakan.
Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut
jantung.
Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
9. Riwayat sebelum serangan
Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik
maupun visual.
10. Riwayat Penyakit
Sejak kapan serangan terjadi.
Pada usia berapa serangan pertama.
Frekuensi serangan.
Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur,
keadaan emosional.
Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan
gangguan kesadaran, kejang-kejang.
Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
Apakah makan obat-obat tertentu
Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
B. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi
mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing,
kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan
spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
2. Resiko cedera.
3. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non
verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah
meringis
4. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi informasi.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
D. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan neurologis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami gangguan pola
napas dengan kriteria hasil :
- TTV (RR, Nadi, irama nafas) dalam batas normal sesuai umur
- Tidak ada suara abnormal
- Warna kulit normal

Intervensi (NIC) Rasional


1. Monitor TTV (Monitor irama, 1. Perubahan TTV merupakan salah
kedalaman, saturasi) satu gejala awal
2. Auskultasi suara nafas, catat suara 2. Suara tambahan merupakan salah
satu tanda gejala adanya gangguan
nafas abnormal
pernafasan
3. Posisikan klien untuk memaksimalkan 3. Memaksimalkan masuknya
ventilasi oksigenMemberikan tambahan O2
4. untuk membantu pernafasan klien
Kolaborasi
5. Berikan tambahan O2

2. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non
verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah
meringis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, nyeri klien berkurang
kriteria hasil:
- Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili penurunan rasa nyeri
yang dialami
- Klien tidak menangis lagi
- Wajah klien tampak ceria
Intervensi Rasional
1. Kaji PQRST dengan menggunakan 1. Karakteristik nyeri yang dialami sebagai
media gambar tindakan intervensi selanjutnya

2. Berikan posisi yang nyaman sesuai 2. Dengan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan kebutuhan dapat menurunkan stimulasi
yang berlebihan yang dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan

3. Berikan lingkungan yang nyaman bagi 3. Ketidaknyaman yang dirasakan baik dari
klien reaksi non verbal menunjukan derajat
4. nyeri yang tidak langsung dialami.
Nyeri yang dirasakan mungkin bersifat
atau kronik
5. Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
4. Kehadiran keluarga memberikan efek
psikologis pada anak untuk mengurangi
nyeri
6. Kolaborasi untuk pemberian obat
analgesic
5. Pemberian obat analgesik untuk
mengurangi nyeri

3. Resiko cedera
Kriteria hasil :
- Dapat mengurangi risiko cidera pada pasien
- Kriteria pengkajian fokus makna klinis
- Riwayat kejang
- Tingkatan kejangnya
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik kejang 1. Untuk mngetahui seberapa besar
tingkatan kejang yang dialami pasien
sehingga pemberian intervensi berjalan
lebih baik
2. Jauhkan pasien dari benda benda tajam/ 2. Benda tajam dapat melukai dan
membahayakan bagi pasien mencederai fisik pasien
3. Segera letakkan sendok di mulut pasien 3. Dengan meletakkan sendok diantara
yaitu diantara rahang pasien rahang atas dan rahang bawah, maka
resiko pasien menggigit lidahnya tidak
terjadi dan jalan nafas pasien menjadi
lebih lancer
4. Kolaborasi dalam pemberian obat anti 4. Obat anti kejang dapat mengurangi
kejang derajat kejang yang dialami pasien,
sehingga resiko untuk cidera pun
berkurang

4. Defisiensi pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi


Tujuan :
- pengetahuan keluarga meningkat
- keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsi
- keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
Intervensi
Kriteria pengkajian focus Rasional
1. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. 1. pendidikan merupakan salah satu faktor
penentu tingkat pengetahuan seseorang
2. Untuk mengetahui seberapa jauh
2. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. informasi yang telah mereka
ketahui,sehingga pengetahuan yang
nantinya akan diberikan dapat sesuai
dengan kebutuhan keluarga
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang 3. Untuk meningkatkan pengetahuan
penyakit kejang demam melalui penkes
4. Beri kesempatan pada keluarga untuk 4. Umtuk mengetahui seberapa jauh
menanyakan hal yang belum dimengerti informasi yang sudah dipahami
5. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan 5. Keluarga dapat memberikan penanngan
pada klien. yang tepat jika suatu-waktu klien
mengalami kejang berikutnnya.
5. Gangguan perfusi jaringan cerebral secara bertahap dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Capillary refill, GCS, warna kulit dalam batas normal
Kriteria pengkajian focus Rasional
1) Monitor TTV, kesadaran klien 1) Perubahan TTV merupakan awal tanda
2) Kaji capillary refill, GCS, warna dalam terjadinya bahaya
kelembaban kuilit 2) Mengetahui sianosis yang terjadi pada
3) Observasi bila terjadi kejang klien
4) Kaji tanda peningkatan TIK (kaku 3) Mengetahui berapa kali klien kejang
kuduk, muntah proyektil, dan penurunan 4) Peningkatan TIK merupakan tanda
kesadaran) perdarahan
5) Kaji Input Output, hitung diuresis 5) Blance cairan untuk mengetahui apakah
6) Anjurkan ibu untuk berbicara dan klien mengalami dehidrasi atau tidak
memberikan sentuhan 6) Untuk menjalin hubungan antara ibu dan
7) Kolaborasi dengan dokter pemberian anak
terapi 7) Untuk memberikan terapi yang tepat
untuk klien
PATHWAYS

Proses infeksi
Evaporasi
berlebihan

Peningkatan metabolism Pelepasan pirogen


basal dan kebutuhan O2 endogen (IL- 1)

Mengubah keseimbangan Prostaglandin Resiko kekurangan


Membrane sel neuron volume cairan tubuh

Difusi Ion K dan Na Hipotalamus


Meningkatkan Sel point

Terjadi lepasan muatan listrik Peningkatan suhu tubuh Perubahan status


Yang besar kesehatan pada anak

Meluas keseluruh sel sekitarnya Hipertermi


Melalui membrane neurotransmitter

Kurang pemajanan Koping


Kejang informasi pada orangtua/keluarga
orangtua/anak tidak efektif

Konstriksi pembuluh darah

Defisiensi Ansietas
Sirkulasi tidak lancer pengetahuan

Kekurangan O2 otak dan seluruh tubuh

Kompensasi tubuh dengan otot pernapasan


Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral Ketidakefektifan pola
nafas
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., et.al. (2015). Nursing interventions classification (NIC). United States of
America: Elsevier.

Kosim, Sholeh.dkk.2008.Buku Ajar Neonatologi.Jakarta:Badan Penerbit IDAI

Lissauer, Tom.dkk.2006.At the Glance Neonatologi.Jakarta:Erlangga

Marmi.2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nanda, 2001. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002. Philadelphia.

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, EGC. Jakarta.

Price & Wilson,1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC. Jakarta.

Saifudin,Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak, EGC. Jakarta.

Wilkinson, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC dan NOC, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Fraktur KMB
    Fraktur KMB
    Dokumen11 halaman
    Fraktur KMB
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • 6 Album The Beatles Terlaris
    6 Album The Beatles Terlaris
    Dokumen5 halaman
    6 Album The Beatles Terlaris
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Ii
    Fraktur Ii
    Dokumen16 halaman
    Fraktur Ii
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen15 halaman
    Fraktur
    dimy andrieam
    Belum ada peringkat
  • Teks The Beatles World
    Teks The Beatles World
    Dokumen10 halaman
    Teks The Beatles World
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • 6 Album The Beatles Terlaris
    6 Album The Beatles Terlaris
    Dokumen2 halaman
    6 Album The Beatles Terlaris
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Persetujuan
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • The Beatles
    The Beatles
    Dokumen5 halaman
    The Beatles
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Sap Free Sex
    Sap Free Sex
    Dokumen10 halaman
    Sap Free Sex
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Stroke
    Komplikasi Stroke
    Dokumen7 halaman
    Komplikasi Stroke
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Materi
    Lampiran Materi
    Dokumen6 halaman
    Lampiran Materi
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Stroke
    Komplikasi Stroke
    Dokumen7 halaman
    Komplikasi Stroke
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • A. Seksio Sesarea 1. Pengertian
    A. Seksio Sesarea 1. Pengertian
    Dokumen12 halaman
    A. Seksio Sesarea 1. Pengertian
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Anak Usia Pra Sekolah
    Anak Usia Pra Sekolah
    Dokumen6 halaman
    Anak Usia Pra Sekolah
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen3 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Abortus Inkomplit
    Abortus Inkomplit
    Dokumen11 halaman
    Abortus Inkomplit
    Rina
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan 1
    Satuan Acara Penyuluhan 1
    Dokumen7 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan 1
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Intranatal Care
    Intranatal Care
    Dokumen27 halaman
    Intranatal Care
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Cuci Tangan
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • 6 Album The Beatles Terlaris
    6 Album The Beatles Terlaris
    Dokumen2 halaman
    6 Album The Beatles Terlaris
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Masalah Psikososial
    Masalah Psikososial
    Dokumen1 halaman
    Masalah Psikososial
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • No. Diagnosis Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional
    No. Diagnosis Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional
    Dokumen1 halaman
    No. Diagnosis Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • KPSP
    KPSP
    Dokumen2 halaman
    KPSP
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Rencana Tindakan Keperawatan
    Rencana Tindakan Keperawatan
    Dokumen13 halaman
    Rencana Tindakan Keperawatan
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat
  • Sap Penkes - Febris
    Sap Penkes - Febris
    Dokumen6 halaman
    Sap Penkes - Febris
    Ra FFi Da
    Belum ada peringkat