Anda di halaman 1dari 6

Doa Ketika Menutup Mata Orang Mati

Doa Ketika Menutup Mata Orang Mati




- -

Allahummaghfir li -Fulan- warfa darajatahu fil mahdiyyiin wakhlufhu fi aqibihi fil ghoobiriina
waghfir lanaa wa lahu ya Rabbil aalamiin wafsah lahu fi qobrihi wa nawwir lahu fiihi

Artinya :Ya Allah ampunilah (dosa) Fulan dan angkatlah derajatnya ke dalam golongan orang-orang
yang utama dan gantilah siksanya, dan ampunilah (dosa) kami dan (dosa)-nya ya Tuhan
Semesta alam. Lapangkanlah liang kuburnya dan terangilah ia di dalamnya

A. Pengertian shalat jenazah


Shalat jenazah ialah shalat yang dilakukan karena meninggalnya seorang muslim atau muslimah. Shalat jenazah
dilakukan tanpa ruku dan sujud. Jumhur ulama sepakat bahwa menyolatkan jenazah muslim hukumnya fardu
kifayah. Maksudnya, apabila sudah ada sekelompok muslim atau muslimah yang menyolatkan, orang lain yang tidak
menyolatkan sudah bebas dari kewajiban, tidak berdosa. Akan tetapi, jika belum ada yang menyolatkan semua
muslim dilingkungan jenazah tersebut itu berdosa. Menyolatkan jenazah non muslim (kafir dan musrik) haram
hukumnya.
B. Syarat dan rukun shalat jenazah
Shalat jenazah termasuk ke dalam ibadah shalat. Oleh karena itu, memiliki syarat dan rukun yang harus
dipenuhi.
1. Syarat shalat jenazah
a. Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadas dan najis serta menutup aurat dan menghadap kiblat.
b. Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai di mandikan dan di kafani.
c. Letak jenazah diarahkan ke kabah, kecuali apabila shalat gaib.
2. Rukun shalat jenazah
a. Niat
b. Membaca takbir empat kali
c. Berdiri jika mampu berdiri
d. Membaca al-fatikhah dan sholawat atas nabi muhammad SAW
e. Membaca doa untuk jenazah.

B. Syarat Penyelenggaraan

Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan shalat ini adalah:

1) Yang melakukan shalat ini harus memenuhi syarat sah shalat secara umum (menutup aurat, suci dari hadas,
menghadap kiblat dst.)

2) Jenazah/Mayit harus sudah dimandikan dan dikafani, kecuali fiisabilillah.


3) Jenazah diletakkan di depan mereka yang menyalati, kecuali shalat ghaib.

4) Pembagian shaf dalam shalat jenazah hendaknya dibariskan menjadi tiga baris. Begitu juga apabila yang
menyalati jumlahnya hanya tiga orang, maka imam berdiri di shaf pertama, makmum pertama berada di shaf kedua
dan makmum ketiga berada di shaf ketiga

5) Dalam pelaksanaan shalat jenazah posisi imam berbeda-beda sesuai


dengan keadaan jenazah. Perbedaan tersebut adalah:

a. Apabila jenazah laki-laki maka posisi imam berada tepat di dekat kepala jenazah.

b. Apabila perempuan, imam berada di tengah badan jenazah.

Sesuai dengan hadits berikut Saya melihat Anas bin Malik menyembahyangkan jenazah laki-laki dia berdiri di arah
kepalanya. Setelah jenazah itu diangkat dan digantikan pula dengan satu jenazah wanita, dia
menyembahyangkannya dan berdiri di tengah-tengahnya. Seorang sahabat bertanya: Hai Abu Hamzah, apakah
Nabi menyembahyangkan jenazah laki-laki dan wanita seperti arahmu berdiri tadi? Anas menjawab Ya. (HR.
Ahmad dan Turmuzi dan Ibn Majah dari Abi Ghalib al-Hannath).

c. Apabila jenazah yang disalati jumlahnya banyak dan terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka posisi imam
berada di depan kepala jenazah. Jenazah laki-laki diletakkan di depan kemudian diikuti oleh jenazah perempuan.
Selain itu juga diperbolehkan untuk menyalati jenazah tersebut satu-persatu secara bergiliran. Posisi imam shalat
jenazah yang berbeda-beda ini juga berlaku bagi orang yang shalat jenazah sendirian.

C. Rukun Shalat Jenazah

Shalat jenazah itu terdiri dari delapan rukun.

1) Niat

Shalat jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah
untuk melakukan ibadah kepada Allah. Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya. (HR.
Muttafaq Alaihi).

2) Membaca takbir pertama dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah.

3) Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat :

4) Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:

Atau dilanjutkan dengan membaca

5) Selesai takbir yang keempat, lalu membaca:

Atau membaca :


6) Salam

2. Pembahasan Permasalahan

A. Mengangkat tangan hanya ketika pada takbir pertama atau pada setiap takbir.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw mengucapkan takbir di dalam shalat jenazah
dan mengangkat kedua tangannya pada takbir pertama dan meletakan tangan kanan diatas tangan kirinya. Lalu Abu
Isa mengatakan bahwa hadits ini gharib dan kita tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini.

Para ahli ilmu telah berbeda pendapat di dalam permasalahan ini :

a. Kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi dan yang lainnya berpendapat untuk mengangkat kedua tangan
pada setiap takbir didalam shalat jenazah, demikian pula pedapat Ibnul Mubarok, Syafii, Ahmad dan Ishaq.

b. Sedangkan sebagian ahli ilmu yang lain berpendapat untuk tidak mengangkat kedua tangan kecuali hanya pada
takbir pertama, ini adalah pendapat ats Tsauriy dan ahli Kuffah. (Sunan at Tirmidzi juz IV hal 350).

Syeikh al Albani didalam Ahkam al Janaiz hal 115 116 menyebutkan bahwa dalam hal disyariatkannya
mengangkat kedua tangan pada takbir pertama terdapat dua buah hadits :

Dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah SAW mengucapkan takbir dalam shalat jenazah dan mengangkat kedua
tangannya pada takbir pertama dan meletakan tangan kanan diatas tangan kirinya. Diriwayatkan oleh at Tirmidzi
(2/165), ad Daruquthni (192), al Baihaqi (284), Abu asy Syeikh didalam Thabaqat al Ashbaniyin (262) dengan
sanad lemah akan tetapi diperkuat oleh hadits kedua dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah SAW mengangkat
kedua tangannya di dalam shalat jenazah pada takbir pertama dan tidak mengulanginya lagi. Diriwayatkan oleh ad
Daruquthni dengan sanad yang orang-orangnya bisa dipercaya kecuali al Fadhl bin as Sakan, dia adalah orang yang
tidak dikenal. Ibnu at Turkumai tidak memberikan pendapat tentangnya didalam al Jauhar an Naqiy (4/44).
Dengan demikian permasalahan mengangkat kedua tangan saat takbir didalam shalat jenazah adalah permasalahan
khilafiyah atau yang masih diperselisihkan oleh para ulama sehingga tidak perlu menjadikan sebagian dari kita
menyalahkan sebagian yang lain.

B. Mengumandangkan adzan ketika jenazah diletakkan di liang lahat.

Beradzan khusus untuk jenazah ketika diletakkan diliang lahat tidak disunnahkan, berbeda dengan orang yang baru
dilahirkan. Ibn Hajar berpendapat : saya menolak dalam kitab Syarah al Ubab. Tetapi ketika jenazah diturunkan ke
dalam kubur bersamaan dengan dikumandangkannya adzan maka jenazah tersebut di ringankan dari pertanyaan
kubur.

Dari Anas bin Malik ra. Berkata, bahwa Rasulullah bersabda: Jika adzan dikumandangkan di sebuah
kampung/desa/tempat, maka Allah akan membebaskan warga desa itu dari azab-Nya pada hari itu. (Mujam Al
Kabir At Thabrani).

Dari kedua keterangan dalil di atas, maka tidak ada hubungannya dengan mengadzankan khusus ketika mayit
dimasukkan ke liang lahat, bahkan bukan perbuatan sunnah. Yang dimaksud dengan keterangan adzan di atas adalah
apabila suara adzan yang dikumandangkan di masjid-masjid sekitar suaranya terdengar sampai ke kuburan, maka
mungkin maksudnya diringankanlah si mayit dari pertanyaan kubur. Sedangkan saat ini sangat jarang sekali orang
mengubur mayit hampir bersamaan dengan masuknya waktu shalat.
C. Mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah ketika mengiringi jenazah ke kuburan.
Ketika memikul jenazah yang biasanya diucapkan dengan suara yang keras, amalan ini tidaklah terdapat dari Nabi
SAW, tidak pula dari para sahabat. Bahkan para sahabat memikul jenazah dengan penuh ketenangan (Ijabah al-Sail,
hal 600-601).

Kesimpulan

Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya
yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah, di lakukan dengan 4 takbir dan
bacaan pada masing-masing takbir adalah Al-Fatihah, Shalawat kepada Nabi SAW, membaca doa
Allahummaghfir lahu warhamhu waaafihii wafu anhu, dan doa Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa
taftinnaa badahu waghfir lanaa wa lahu, serta di akhiri dengan salam.

Meskipun dalam pelaksanaannya kita menemukan perbedaan, tidak seharusnya kita saling menyalahkan dan
menyatakan siapa yang benar. Justru sebaliknya kita saling menghargai satu sama lain, duduk bersama dan mengkaji
hal tersebut bersama-sama.
wilayah fauna Indonesia Tengah terletak diantara Garis Wallace dan Garis Webber. Garis Wallace

memisahkan wilayah fauna Indonesia Tengah dengan Indonesia Barat. Garis Weber memisahkan

wilayah fauna Indonesia Tengah dengan Indonesia Timur.

Beberapa jenis fauna yang hidup di wilayah fauna Indonesia Tengah antara lain :

1. Mamalia, meliputi anoa, babi rusa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang tarsius, monyet

saba, kuda, sapi dan banteng.

2. Reptil, meliputi biawak, kura-kura, buaya, ular dan reptil raksasa khas Indonesia yaitu komodo

3. Amfibia, meliputi katak air, katak pohon dan katak terbang

4. Berbagai macam burung, meliputi burung dewata (burung cendrawasih), maleo, mandar, raja udang,

burung pemakan lebah, rangkong, kakaktua, nuri dan merpati.

Anda mungkin juga menyukai