Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

TUGAS II ENDAPAN MINERAL

OLEH:

DAVID SATRIA

R1A116005

KENDARI

2017
Soal:

1. Jelaskan mengenai konsep tekntonik lempeng dan mineralisasi serta mandala


metalogenik Indonesia!

Jawab:

1. Konsep Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng adalah salah satu teori yang dapat menjelaskan mengenai
perubahan relief di permukaan bumi. Teori berasal dari teori mengenai pergeseran benua.
Benua- benua di bumi adalah salah satu dari selimut yang ada di bumi. Selimut bumi atau
lithosfer membentuk lempengan- lempengan.Teori Tektonik Lempeng menjelaskan bahwa
lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling
bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang.

Setiap lempengan tidak terkunci dalam satu wilayah, melainkan bergerak relatif
terhadap yang lain. Lithosfer terdiri dari 20 segmen, dengan ketebalan antara 40 km hingga
100 km, namun terdapat lithosfer yang memiliki ketebalan hingga 400 km. Pergerakan ini
dikarenakan terdapat unsur magnetik yang ada di dalam batuan. Magnet ini, memiliki kutub
yang berbeda, sehingga menyebabkan pergerakan. Pergerakan setiap lempeng bisa mencapai
10 hingga 40 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan kuku pada jari, atau dapat
mencapai 160 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan sehelai rambut.

A. Jenis-Jenis Lempeng
Lempang di bumi, dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra dan lempeng
benua. Pembagian itu dilihat melalui ciri- ciri dari setiap lempeng. Selain itu, bumi
sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu daratan dan lautan. Sehingga setiap lempeng
mewakili setiap karakteristik bumi.
1) Lempeng samudra atau disebut sebagai kerak samudra atau sima. Lempeng ini
terdiri dari silikon dan megnesium. Ketebalan kerak samudra antara 5 hingga
10 km. Lempeng samudra lebih padat, dikarenakan jumlah silikon yang lebih
banyak. Kepadatan pada kerak samudra karena perbedaan silikon. Kerak
samudra berada di bawah laut.
2) Lempeng benua atau disebut kerak benua atau sial. Lempeng ini terdiri dari
silikon dan aluminium. Ketebalan dari lempeng ini berkisar antara 30 hingga
50 km. Silikon pada kerak benua lebih sedikit, dan lebih banyak memiliki
materi berat. Lempeng benua adalah lempeng yang berada di atas permukaan
lau, dan menjadi tempat tingga bagi manusia.
Lempeng tektonik yang membagi suatu daerah menjadi dua, seperti benua-
benua atau samudra. Akan tetapi terdapat wilayah yang memiliki kedua lempeng
secara bersamaan. Daerah tersebut adalah lempeng afrika. Pada lempeng afrika terdiri
dari benua afrika dan samudra antartika hingga samudra hindia.

B. Jenis-Jenis Batas Lempeng


Batas lempeng adalah daerah yang memiliki aktivitas geologi. aktivitas
geologi antara lain seisme, gunung, gunung api, dan palung laut. Dua lempeng
bergerak dan bertemu di sepanjang batas lempeng. ada 3 macam jenis batas lempeng.
antara lain transform, divergen, dan konvergen.
1) Transform adalah bertemunya dua lempeng, yang menyebabkan terjadinya
gesekan secara menyampng di sepanjang sesar fault. Pergeseran ini dapat
berupa sinistral atau desktral. Pergerakan ini hampir sama denga pergerakan
yang terjadi akibat adanya patahan horizontal.contoh jenis batas lempeng ini
adalah sesar san andreas di california.
2) adalah dua lempeng yang saling bergerak menjauh. Hal ini diakibatkan oleh
terjadi perpecahan pada lithosfer. akibat adanya pergerakan ini, lempeng
samudra mengalami pemekaran dasar laut. Sedangkan pada lempeng benua,
membentuk lembah.
3) Konvergen adalah dua lempeng yang saling berdekatan. Akibat perbedaan
kepadatan salah satu lempeng akan tertancap kebawah, dan masuk ke bawah
lempeng lainnya. Pada jenis batas konvergen, dibedakan menjadi 3, yaitu:
Jika terdapat dua lempeng, maka salah satu akan menghujam bumi,
sedangkan salah satu lempeng akan membentuk busur kepulauan,
akibat tertekan ke atas.
Jika terdapat dua lempeng, dan kedua lempeng memiliki kepadatan
yang sama, maka kedua lempeng akan bertubrukan dan membentuk
pegunungan lipatan.
Jika lempeng samudra dan lempeng benua saling bertemu, maka
lempeng samudra akan menghujam kebawah, sedangkan lempeng
benua akan membentuk pegungan uplift akibat permukaan yang
tertekan ke atas.
C. Mekanisme Pergerakan
Pergerakan lempang terjadi akibat adanya tranfer panas di bumi yang tidak
merata. Panas bumi yang berbeda- beda menyebabkan terjadinya konveksi besar.
Selain itu, usia dari sebuah lempeng juga mempengaruhi. Lempeng samudra yang
mengalami penuaan akan mengalami pendinginan. Saat mengalami pendinginan,
kepadan menjadi bertambah, sehingga lempeng ini menghujam dan masuk ke dalam
selimut bumi.Akibatnya bagian belakang lithosfer mengalami tarikan dan astenosfer
bergerak naik akibat adanya tekanan dari bawah. Terdapat 3 penyebab yang diyakini
sebagai penyebab gerakan pada lempeng- lempeng di bumi. ketiga penyebab tersebut
adalah gaya gesek, gaya gravitas, dan gaya dari luar bumi.
1) Gaya gesek adalah salah satu gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan.
Gaya gesek dibedakan menjadi dua, yaitu basal drag dan slab suction. Basal
drag adalah pergerakan akibat adanya gesekan antara astenosfer dan lithosfer.
sedangkan slab suction adalah tarikan pada lempeng saat sebuah lempeng
menghujam, dan masuk ke selimut bumi.
2) Gaya gravitas adalah gaya yang menarik ke adalam bumi. gaya ini akibat
adanya lempeng yang memiliki kepadatan lebih berat, sehingga tertarik ke
dalam selimut bumi. Proses ini disebut sebagai runtuhan. Terjadinya gaya ini
juga akibat adanya pembengkakan lempeng. pembengkakan ini menyebabkan
lempeng menjadi semakin berat.
3) Gaya dari luar adalah gaya yang berasal dari luar bumi. Dalam hal ini adalah
gravitasi bulan. Gaya gravitasi bulan akibat adanya rotasi bumi di bawah
bulan. Gravitasi bulan menarik permukaan bumi keatas. Hal ini sama dengan
proses terjadinya pasang. Akan tetapi pengaruh ini sangat kecil, akibat
kekuatan gravitasi bulan yang tidak seberapa.

D. Pembagian Lempeng
Lempeng yang ada di bumi terbagi ke dalam 7 lempeng besar serta banyak
lempeng- lempeng kecil. Lempeng- lempeng kecil terbentuk melalui perpecahan
lempeng- lempeng besar. Lempeng- lempeng besar ini antara lain:
1) Lempeng Benua Afrika yang meliputi Afrika
2) Lempeng Benua Antartika yang meliputi Antartika
3) Lempeng Benua Australia yang meliputi Australia hingga India
4) Lempeng Benua Eurasia yang meliputi Asia dan Eropa
5) Lempeng Benua Amerika Utara yang meliputi Amerika Utara dan Siberia
6) Lempeng Benua Amerika Selatan yang meliputi Amerika Selatan
7) Lempeng Samudra Pasifik yang meliputi samudra pasifik
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat bencana alam yang
cukup sering. Salah satu penyebabnya adalah Indonesia dikelilingi oleh banyak
lempeng. lempang pada indonesia adalah lempeng indo- australian dan lempeng
eurasia. Lempeng di Indonesia bersifat konvergen, sehingga lempeng indo- australian
yang masuk ke bawah lempeng eurasia. Selain itu, pada indonesia bagian timur,
terdiri dari 3 lempeng sekaligus. Lempeng tersebut adalah lempeng filipina, lempeng
pasifik, dan lempeng indo- australia.
Mineralisasi

Mineralisasi merupakan proses pembentukan mineral atau pengisian batuan


mengandung endapan yang bersifat ekonomis atau dapat juga diartikan sebagai suatu proses
pengendapan mineral bijih (metal) dari media yang membawanya akibat perubahan
lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.Mineralisasi biasa juga dikenal dengan sebutan Ore
Deposit. Klasifikasi Ore Deposit adalah sebagai berikut :

1. Deposit yang berhubungan dengan Batuan Beku Mafik (Kimberlites, Carbonatite dan
lain-lain)
2. Deposit yang berhubungan dengan Oceanic Crust (Alpine Peridotite Chromite dan
lain-lain)
3. Deposit yang berhubungan dengan intrusi intermediate dan felsik (Porphyry Base
Metal Deposit, Skarn Deposit dan lain-lain)
4. Deposit yang berhubungan dengan Subaerial Volcanism (Epithermal Silver-Gold
Deposit, Carlin-Type Gold Deposit dan lain-lain)
5. Deposit yang berhubungan dengan Submarine Volcanism (VMS Deposit, Banded
Iron Formation dan lain-lain)

Lebih spesifik dikenal yang disebut dengan Porphyry Copper Deposit kaitannya
dengan porphyritic rocks yakni :

1. Umumnya berupa epizonal atau hypabyssal dasit, latit, quartz latit, rhyolit, quartz
diorit, monzonit, quartz monzonit dan granit.
2. Porphyritic texture terjadi akibat proses-proses kimia, termal, barometric yang
berlangsung pada kondisi hypabyssal dengan tekanan 1-2kb, kedalaman 1.5-4km dan
temperatur 750-850 C.

Gambar 1. Alterasi pada Porphyry Copper


Mandala Metalogenik Indonesia

Mandala metalogenik Indonesia adalah suatu area yang dicirikan oleh kumpulan
endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi.
Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode mineralisasi yang
disebut dengan Metallogenic Epoch. Beberapa jenis mandala metalogenik Indonesia adalah
sebagai berikut :

A. Emas
Mendala metalogenik emas di Indonesia mengikuti posisi busur kepulauan
yang ada di Indonesia atau magmatic arc. Magmatic arc di Indonesia terbagi atas
mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik kebanyakan berada pada daerah bekas
laut, yang didominasi basalt atau balastik andesite dan generasinya. Akan tetapi
dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitik yang banyak ditemukan
di sekitar daerah perairan dangkal. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia
adalah hasil aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik,
rotasi dan perpindahan busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit dan
penumbukan yang akibatkan perubahan arah busur, patahan stike-slip dan
kemungkinan karena pemanjangan kerak.

Gambar 1 Sebaran busur magmatik di Indonesia

Indonesia memiliki 7 busur magmatik utama dan beberapa busur minor,


seperti yang tergambar di atas. Ketujuh busur major adalah sebagai berikut:
1. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous). Daerah busur
Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera bagian barat dan
selatan Kalimantan. Pada daerah Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn
base metal, juga kombinasi emas-perak dan emas-tembaga pada rasio rendah.
2. Busur Sunda-Banda (Neogen)Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari
Sumatera Utara hingga timur Damar. Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu berbentuk sistem urat epithermal sulfidasi rendah di bagian barat busur
dan porfiri emas-tembaga dan massive sulphide lenses replacement bodies serta
stockworks di timur. Hal ini terjadi karena perbedaan lempeng yang menyusun daerah
magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat cenderung terbentuk lebih dulu dan
stabil sehingga memungkinkan bentuknya adalah intrusi dangkal andesitik pada masa
neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif lempeng dan aktif bergerak
membentuk zona subduksi yang menjadi tempat pembentukan intrusi besar berupa
badan bijih seperti porfiri. Penambangan yang masuk dalam busur ini, antara lain
Pongkor dan Cibaliung. Secara umur, endapan pada deposit ini lebih muda
dibandingkan dengan busur Sumatera-Meratus.
3. Busur Aceh (Neogen)
4. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen)
5. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)
6. Busur Halmahera (Neogen)
7. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen). Kegiatan vulkanisme yang ada di daerah ini
adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik.
Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada daerah benua
pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New
Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih
skarn.

B. Batubara
Mendala metalogenik batubara terbagi atas Indonesia timur dan Indonesia
barat untuk lokasi dan berdasarkan umur dibagi menjadi batubara neogen dan
paleogen. Batubara paleogen terendapkan lebih dulu dibandingkan dengan batubara
neogen. Pembentukan batubara di Indonesia barat, pengendapan sedimen terjadi
secara sempurna sebelum terjadinya transgresi pada akhir Paleogen. Di Indonesia
Timur, pengisian sedimen tidak terjadi sempurna hingga transgresi terjadi. Akibatnya,
sedimentasi yang terjadi berupa platform karbonatan. Siklus regresi mulai terjadi pada
miosen tengah, dengan sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, paludal,
delta hingga kontinental. Secara umum, pengendapan pada masa Neogen terjadi
secara luas dan di bagian back deep. Regresi dihipotesiskan terjadi karena adanya
proses orogenesa dan adanya sedimentasi yang lebih cepat dibandingkan penurunan
basin sehingga garis pantai bergerak. Berdasarkan hipotesis kedua ini, terbentuk
adanya delta. Proses sedimentasi terhenti memasuki masa Kuarter pada Pleistosen,
dengan dicirikan adanya endapan tuff.
Di Indonesia, tipe cekungan pembawa batubara utama adalah intermontana
basin paleogen, foreland basin dan delta basin neogen. Pada foreland basin terjadi
pengendapan yang cepat pada zaman Tersier dalam suatu lingkungan laut yang
setengah tertutup dan diikuti oleh perlipatan lemah sampai sedang pada akhir
Tersier. Cekungan batubara utama yang telah ditambang di Indonesia adalah
Cekungan Sumatera Selatan; Cekungan Sumatera Tengah; Cekungan Sumatera
Tengah-Selatan; Cekungan Bengkulu; Cekungan Barito; Cekungan Pasir Asam
Asam; Cekungan Tarakan; Cekungan Kutai; Cekungan Melawi-Kutangau.
Gambar 2 Sumberdaya batubara Indonesia

C. Nikel Laterit
Pada umumnya, bijih nikel laterit terbentuk di bagian atas kompleks Ophiolit
(komposisi lempeng samudera yang bersifat ultra mafic). Akibat adanya
pengangkatan secara tektonik, batuan induknya menjadi memiliki relief permukaan,
air tanah yang dalam dan memiliki sesar dan kekar serta fractures. Hal ini
menyebabkan tersedianya media untuk aliran air yang berpengaruh pada intensitas
pelapukan. Batuan induk dari nikel laterit adalah ultrabasa dengan rata-rata
kandungan Ni 0,2 % yang terdapat pada kisi-kisi kristal olivin dan piroksen
(Vinogradov). Pengaruh iklim tropis mengakibatkan proses pelapukan yang
intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia memiliki profil laterit (produk
pelapukan) yang tebal.
Bijih nikel laterit tersebut tersebar di kawasan bagian timur Indonesia.
Persebaran ini tidak terlepas dari pengaruh tatanan tektonik. Tatanan tektonik
Indonesia bagian barat menunjukkan pola yang relatif lebih sederhana dibanding
Indonesia timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh
keberadaan daratan Sunda yang relatif stabil. Sementara keberadaan lempeng benua
mikro yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak sistem sangat mempengaruhi
bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula di
Indonesia terbentuk tujuh jalur orogen, yaitu jalur-jalur orogen: Sunda, Barisan,
Talaud, Sulawesi, Banda, Melanisia dan Dayak. Jaluru orogen Talaud dan Sulawesi
merupakan mendala utama dari nikel laterit (tampak pada gambar sebaran ophiolit di
atas).
Gambar 3 Sebaran ophiolites di Indonesia

D. Timah
Pembentukan timah di Indonesia terjadi pada mineralisasi logam pada periode
Trias Tengah hingga Kapur Akhir. Mineralisasi kasiterit terjadi pada batuan sedimen
dan volkanik Perem Akhir-Mesozoik yang diintrusi batuan plutonik. Dalam
prosesnya, terjadi proses pegmatik, kontak metasomatik, alterasi hidrotermal hingga
terjadi mineralisasi logam timah yang juga berasosiasi dengan REE. Granit ini
terbentuk pada saat orogenesa Trias mengangkat batuan granit ke permukaan sebagai
satu rangkaian pulau - pulau timah yang membujur dari daratan Thailand Malaysia
hingga Bangka Belitung, jalur timah ini dikenal sebagai Tin Belt of Sumatera yang
kemudian dikenal sebagai jalur granit Asia Tenggara (pada gambar bagian bawah
tampak sebaran timah). Granit terdiri dari dua tipe, yaitu tipe-I yang berada dekat ke
trench, kaya hornblende, sodium dan kalsium, serta memiliki tanda kimia mantel dan
ditemui pada daerah tumbukan. Tipe-S adalah granit yang memiliki muskovit dan
biotit, kaya aluminium dan sodium sebagai akibat hasil peleburan parsial batuan
sedimen. Pada umumnya tipe-S terjadi pada daerah dengan tekanan dan suhu sangat
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai