Pertemuan 8
Pertemuan 8
Tujuan Tahunan
Penetapan tujuan tahunan merupakan sebuah aktivitas terdesentralisasi yang secara langsung
melibatkan seluruh manajer dalam suatu organisasi.
Tujuan tahunan penting bagi penerapan strategi karena :
Kebijakan
Perubahan dalam arah strategis perusahaan tidak terjadi secara otomatis. Dalam kenyataan sehari-
hari, kebijakan dibutuhkan untuk membuat suatu strategi berjalan. Kebijakan memfasilitasi pemecahan
masalah yang berulang kali muncul dan memandu penerapan strategi. Apa pun cakupan dan bentuknya,
kebijakan berfungsi sebagai mekanisme untuk menerapkan strategi dan mencapai tujuan. Sebisa
mungkin, kebijakan harus dinyatakan dalam bentuk tulisan. Kebijakan merepresentasikan sarana untuk
menjalankan keputusan strategis.
Alokasi sumber daya merupakan aktivitas (kegiatan) utama manajemen yang memungkinkan
pelaksanaan strategi. Manajemen strategis memampukan sumber daya dialokasikan berdasarkan
prioritas yang ditetapkan dalam tujuan tahunan. Tidak ada yang lebih menghambat manajemen
strategis dan keberhasilan organisasi melebihi sumber daya yang dialokasikan secara tidak konsisten
dengan prioritas yang ditetapkan dalam tujuan tahunan. Semua organisasi mempunyai setidaknya
empat jenis sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan :
Mengelola Konflik
Interdependensi tujuan dan kompetisi untuk sumber daya yang terbatas seringkali mengakibatkan
konflik. Konflik dapat didefinisikan sebagai perselisihan kedua belah pihak atau lebih mengenai satu atau
beberapa isu atau masalah.
Berbagai pendekatan untuk mengelola dan menyelesaikan konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori :
1. penghindaran,
2. defusi, dan
3. konfrontasi.
Ada dua alasan utama perubahan dalam strategi sering kali mengharuskan adanya perubahan dalam
struktur yaitu :
Perubahan dalam strategi menyebabkan perubahan dalam struktur organisasi. Struktur seharusnya
dirancang untuk memfasilitasi upaya-upaya strategis sebuah perusahaan dan karenanya mengikuti
strategi tersebut. Kita mencermati isu ini dengan cara berfokus pada tujuh jenis struktur organisasi
dasar:
1. fungsional,
2. divisional,
3. unit bisnis strategis (Strategic business unit-SBU) dan
4. matriks.
Restrukturisasi menyangkut pengurangan ukuran perusahaan dalam hal jumlah karyawan, jumlah divisi
atau unit, serta jumlah tingkat hierarkis dalam struktur organisasi perusahaan.Pengurangan dalam hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Restrukturisasi berkaitan terutama
dengan kepentingan pemegang saham (shareholder) dan bukannya kepentingan karyawan.
Rekayasa ulang lebih berfokus pada kepentingan karyawan dan konsumen daripada kepentingan
pemegang saham. Rekayasa ulang menyangkut menyusun ulang atau merancang ulang tugas, kerja, dan
proses demi peningkatan atau perbaikan biaya, kualitas layanan, dan kecepatan. Rekayasa ulang
biasanya tidak memengaruhi struktur atau bagan organisasi, dan juga tidak mengimplikasikan hilangnya
pekerjaan atau pemecatan karyawan.
Kebanyakan perusahaan saat ini menggunakan bentuk kompensasi atas dasar kinerja untuk para
manajer dan karyawan. Sekitar 80 persen dari seluruh perusahaan dewasa ini menawarkan bentuk-
bentuk program bonus tertentu, yang menyediakan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menghemat
biaya selama masa-masa sulit dan berbagi laba selama masa-masa baik. Banyak perusahaan juga
menggolongkan karyawan atas dasar kinerja alih-alih fungsi pekerjaan mereka sebab perusahaan ingin
menarik dan mempertahankan karyawan terbaik.
Resistensi terhadap perubahan bisa dianggap sebagai ancaman terbesar bagi penerapan strategi yang
berhasil. Resistensi terhadap perubahan bisa muncul di tahap atau di tingkat manapun dari proses
penerapan strategi. Meskipun ada beragam pendekatan untuk menerapkan perubahan, tiga strategi
yang lazim digunakan adalah:
Perusahaan perlu merumuskan dan menerapkan strategi dari perspektif lingkungan hidup. Strategi-
strategi lingkungan bisa mencakup pengembangan atau akuisisi bisnis ramah lingkungan, divestasi atau
beralih dari bisnis yang merusak lingkungan, upaya untuk menjadi produsen berbiaya rendah melalui
minimalisasi limbah dan konservasi energi, serta pelaksanaan strategi diferensiasi melalui fitur produk
yang hijau.
Para penyusun strategi harus berusaha keras untuk melestarikan, menekankan, dan membangun
berdasarkan aspek-aspek budaya (culture) yang ada yang mendukung strategi baru yang
diusulkan. Banyak riset mengindikasikan bahwa strategi baru sering kali digerakkan oleh pasar dan
didikte oleh berbagai kekuatan kompetitif. Oleh karena alasan ini, mengubah budaya sebuah
perusahaan agar sesuai dengan strategi baru biasanya lebih efektif daripada mengubah strategi agar
sesuai dengan budaya yang ada. Beragam teknik tersedia untuk mengubah budaya suatu perusahaan,
diantaranya rekrutmen, pelatihan, transfer, promosi, restrukturisasi rancangan organisasi, model peran,
dan penegasan positif.
Kapabilitas, keterbatasan, dan kebijakan produksi/operasi dapat secara signifikan membantu atau
menghambat pencapaian tujuan. Proses produksi biasanya merupakan lebih dari 70 persen total aset
sebuah perusahaan. Bagian terbesar dari proses penerapan strategi terjadi di bagian produksi.
Keputusan-keputusan yang terkait dengan produksi dapat memiliki dampak yang dramatis terhadap
keberhasilan atau kegagalan upaya-upaya penerapan strategis.
Masalah-masalah Sumber Daya Manusia Ketika Menerapkan Strategi
Sistem manajemen strategis yang dirancang dengan baik bisa gagal jika tidak ada perhatian yang
memadai pada dimensi sumber daya manusia. Masalah-masalah sumber daya manusia yang muncul
ketika bisnis menerapkan strategi biasanya dapat dilacak pada salah satu dari tiga penyebab berikut :
Kesimpulan
Perumusan strategi yang berhasil sama sekali tidak menjamin penerapan strategi yang juga
berhasil. Walaupun senantiasa saling tergantung, perumusan strategi dan penerapan strategi secara
karakterisitik berbeda. Secara singkat, penerapan strategi berarti perubahan. Secara luas berarti
pekerjaan yang sesungguhnya dimulai setelah strategi dirumuskan.
Penerapan strategi yang berhasil membutuhkan dukungan, sekaligus disiplin dan kerja keras, dari
manajer dan karyawan yang memiliki motivasi tinggi. Merumuskan strategi yang tepat tidaklah cukup,
sebab manajer dan karyawan harus termotivasi untuk menerapkan strategi tersebut.