Emphatic mendengarkan dengan merasakan apa yang orang lain rasakan. Mendengarkan emphatic
dapat memperat hubungan Anda.
Objective mendengarkan tanpa melibatkan unsur perasaan dan hanya melihat kenyataan secara
objektif.
Ketika mendengarkan cerita teman yang sedang bersedih karena gagal di mata kuliah Komunikasi
Budaya, Anda ikut sedih dan membayangkan bagaimana jika berada di posisinya. Namun Anda juga
harus berpikiran objektif dengan melihat alasan nyata mengapa ia bisa sampai gagal. Mungkin saja
kegagalan itu terjadi karena ia memang malas belajar.
Menyetarakan diri ketika terlibat dalam komunikasi dua arah. Untuk meningkatkan keterbukaan dan
rasa empati, cobalah hilangkan berbagai penghalang dan hambatan saat berkomunikasi.
Hindari mendengarkan yang bertujuan mencari kesalahan speakers dan menyerang balik.
Berusaha untuk tetap mendengarkan secara objektif. Jangan menilai pesan dengan melihat siapa
orangnya karena akan menghilangkan sisi positif dan negatif dari seseorang. Musuh belum tentu selalu
salah, teman belum tentu selalu benar.
Critical memahami pesan dengan pikiran yang terbuka dan kritis dalam menganalisisnya.
Hindari menyederhanakan atau menghilangkan bagian-bagian yang tidak Anda inginkan secara
berlebihan.
Hindari memaknai atau menginterpretasikan pesan dengan pandangan menurut Anda sendiri yang bias,
terpengaruh dengan kecurigaan, dan ekspetasi.
Hindari penekanan hanya pada satu atau dua aspek dari pesan yang disampaikan. Anda harus
mendengarkan dan memahami seluruh isi pesan jika ingin menilai atau mengkritisi.
Surface mendengarkan dengan fokus untuk menemukan makna pesan yang terlihat jelas.
Depth mendengarkan dengan fokus untuk menemukan makna pesan yang tersembunyi.
Seorang musuh mendorong Anda sampai jatuh dan kemudian berkata, Maaf, tidak sengaja. Dengan
Surface Listening, Anda akan memahami kalau ia memang benar-benar tidak sengaja telah mendorong
Anda. Namun dengan Depth Listening, Anda memiliki kecurigaan pemahaman lain bahwa ia sebenarnya
mendorong dengan sengaja.
Impolite memberikan respon negatif kepada pembicara, bahkan cenderung enggan untuk
mendengarkan. Biasanya hanya terjadi ketika seseorang berperilaku kasar atau tidak menyenangkan
terhadap kita.
Menjaga kontak mata. Bergantung pada latar belakang budaya. Ada budaya yang mengajarkan untuk
menatap mata lawan bicaranya sebagai bentuk kesopanan dan kejujuran, namun ada juga budaya yang
mengajarkan untuk menundukkan kepala ketika berbicara.
Memberikan feedback yang positif. Jika harus menyampaikan kritik negatif, ucapkan tanpa usaha
menyerang dan mempermalukan speakers secara personal.
Active tindakan mengulangi atau merefleksikan yang speakers maksudkan dalam konten isi pesan
maupun perasaan menurut pemahaman pendengar. Bukan meniru sama persis, tetapi menyatukan inti-
inti penting menjadi kesatuan pemahaman pesan yang utuh.
Memparafrasekan maksud speakers dengan kata-kata yang mudah dimengerti diri sendiri.
Ajukan pertanyaan
Proses mendengarkan menjadi suatu bagian yang sulit karena terpengaruh adanya perbedaan yang
tidak bisa dihindari seperti perbedaan latar belakang budaya dan gender antara speakers dengan
pendengar.
Language and Speech: dua individu dapat menangkap pemahaman dan memaknai pesan secara berbeda
karena adanya perbedaan bahasa, aksen, intonasi, dan pengalaman hidup.
Nonverbal Behaviors: mendengarkan tidak hanya terpaku pada kata-kata, melainkan juga pada
komunikasi nonverbal dari speakers. Adanya perbedaan kebiasaan perilaku nonverbal dari masing-
masing latar belakang budaya dapat menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman. Melingkarkan jari
jempol dengan telunjuk memiliki arti uang pada budaya Jepang, OK pada budaya Amerika, atau
saya akan membunuh kamu pada budaya Tunisia.
Feedback: adanya perbedaan budaya menyangkut tindakan memberikan timbal balik atau respon.
Budaya Amerika mengharapkan pendengarnya memberikan timbal balik berupa komentar yang jujur.
Sedangkan budaya Jepang dan Korea lebih memilih untuk selalu mengatakan komentar positif
dibandingkan harus jujur dengan komentar negatif.
Terkait ketiga hal di bawah, wanita lebih mau mendengarkan dan memberi respon dukungan yang
positif dibanding pria.
Rapport and Report Talk: wanita cenderung menjadi pendengar yang baik karena memiliki tujuan
membangun dan menjaga hubungan yang lebih intim. Sedangkan pria menggunakan kekuatan dan
keahlian mereka untuk mendominasi hubungan. Pria ingin selalu dihormati dalam proses interaksi,
sehingga ia melaporkan atau istilahnya memamerkan keahlian dan pengetahuan mereka dan wanita
hanya diam mendengarkan.
Listening Cues: wanita lebih terlibat dalam proses mendengarkan dibandingkan pria. Wanita cenderung
lebih banyak memberikan isyarat saat mendengarkan, seperti menganggukkan kepala saat merasa
setuju, kontak mata, bergumam oh atau ehm. Sedangkan pria cenderung hanya diam saat
mendengarkan tanpa memberikan banyak isyarat sebagai feedback.
Amount and Purposes of Listening: pria diasumsikan lebih argumentatif (melawan) saat mendengarkan
dan mencari sela kesalahan lawan bicaranya untuk menunjukkan kehebatan mereka. Sedangkan wanita
lebih bersifat mendukung dan kritis dalam aspek yang positif.