Anda di halaman 1dari 5

Akuntansi Keprilakuan

(Critical Review)

Oleh :

Risky Sulaiman (166020301111030)

Program Pascasarjana Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2017
Judul : Trust and Uncertainty Orientation : An. Efforts to Create Tax
Compliance in Social Psychology Framework
Penulis : Theresia Woro Damayanti, Sutrisno, Imam Subekti, Zaki
Baridwam

Abstract
Studi ini meneliti perilaku wajib pajak dalam kaitannya dengan kepatuhan
pajak. Penelitian ini mengembangkan Teori Perilaku Terencana dalam kaitannya
dengan perpajakan dengan menambahkan orientasi kepercayaan dan
ketidakpastian. Studi ini memberikan bukti empiris bahwa keseluruhan model teori
perilaku terencana didukung. Selain itu, pengaruh persepsi pemerintah yang
merupakan operasionalisasi Teori Fiskal Psikologi terhadap niat untuk mematuhi
juga didukung. Bukti empiris mendukung kepercayaan sebagai variabel moderat
namun tidak mendukung orientasi ketidakpastian sebagai variabel moderating
Pendahuluan
Sistem penilaian mandiri yang dikembangkan di Indonesia sejak 1983
berimplikasi pada pentingnya kepatuhan pajak. James, Murphy, dan Reinhart
(2005) berpendapat bahwa lebih baik untuk mengeksplorasi pendekatan di luar
pendekatan ekonomi untuk memahami faktor perilaku non-ekonomi yang dapat
mempengaruhi pembayar pajak. Fokus pada terciptanya kepatuhan pajak
dipusatkan pada pendekatan ekonomi yang beralih ke pendekatan psikologis sosial,
untuk memperhitungkan faktor non-ekonomi.
Pendekatan psikologis sosial dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang perilaku pembayar pajak (Sri Paus dan Mohdali, 2010). Pendekatan
psikologis mengasumsikan bahwa seorang individu tidak mandiri, egois, dan hanya
memaksimalkan utilitas, tapi juga berinteraksi dengan manusia lain sesuai dengan
sikap, kepercayaan, norma, dan peran (James and Alley, 2002). Sebuah teori yang
menjelaskan aspek penelitian psikologis dan perilaku seseorang sering digunakan
sebagai referensi untuk menjelaskan mengapa orang tertentu berperilaku Teori
Perilaku Terencana. Teori Perilaku Terencana menyatakan bahwa sikap
mempengaruhi perilaku melalui proses pengambilan keputusan yang ketat dan
direncanakan (Anwar, 1995). Seseorang akan melakukan tindakan tertentu saat
melihatnya melihatnya secara positif, percaya bahwa orang lain ingin dia
melakukannya, dan percaya bahwa dia mampu melakukannya.
Teori Perilaku Terencana memiliki kelemahan karena didasarkan pada
asumsi bahwa manusia itu rasional dan menggunakan informasi dalam
pengambilan keputusan dengan mengasumsikan kepastian di masa depan (Achmat,
2013). Kondisi ini bertentangan dengan fenomena perpajakan di Indonesia yang
masa depannya tidak pasti karena patuh kepada wajib pajak yang belum tentu bebas
dari sanksi dan di sisi lain wajib pajak yang tidak patuh tidak harus dikenai sanksi.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menggunakan asumsi ketidakpastian dalam
memprediksi perilaku kepatuhan pajak karena orientasi orientasi wajib pajak bukan
kepastian namun orientasi ketidakpastian.
Pengembangan Hipotesis
Dalam menguji perilaku kepatuhan pajak, kerangka kerja Planned Behavior
Theory diterjemahkan bahwa perilaku kepatuhan pajak akan ditentukan oleh
maksud untuk mematuhi. Sedangkan niat untuk mematuhi akan dipengaruhi oleh
sikap kepatuhan pajak, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian
sebelumnya menggunakan kerangka Teori Perilaku Terencana n kepatuhan pajak
(Benk et al., 2012; Bobek dan Hatfield, 2003; Langham et al., 2012; Mustikasari,
2007; Niemirowski, Steve Baldwin and Wear, 2003; Trivedi et al., 2005).
H1 : Sikap terhadap kepatuhan pajak, norma subjektif, dan kontrol perilaku
yang dirasakan mempengaruhi niat untuk mematuhi
H1a : Niat untuk mematuhi mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak.
H2 : Orientasi ketidakpastian melemahkan pengaruh sikap kepatuhan pajak,
norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan pada niat untuk
mematuhi.
H3 : Kepercayaan wajib pajak pada pemerintah akan memperkuat pengaruh
niat untuk mematuhi perilaku kepatuhan pajak.

Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah individu wajib pajak (entrepreneur) di
dalam wilayah provinsi jawa tengah. Wajib pajak orang pribadi dalam kategori
pengusaha dipilih sebagai penduduk karena mereka melakukan semua kewajiban
perpajakan, dari perhitungan beban pajak, membayar pajak dan pajak yang
dilaporkan telah dihitung dan dibayarkan.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan sampling multi stage,
menggunakan stratified random sampling dan convenience sampling. Stratified
random sampling digunakan untuk menentukan kota atau daerah dimana Kantor
Pajak dipilih sebagai basis pengambilan sampel. Stratifikasi menggunakan rasio
pajak masing-masing kota di Jawa Tengah. Berdasarkan stratifikasi di atas, masing-
masing kota dipilih menjadi lokasi penelitian. Penentuan kota sebagai sampel
menggunakan simple random sampling. Mengumpulkan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara empiris bahwa sikap terhadap
kepatuhan pajak, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan
mempengaruhi niat untuk mematuhi. Wajib Pajak yang memiliki sikap kepatuhan
pajak lebih positif, memiliki persepsi bahwa tekanan lingkungan sosial terhadap
kepatuhan pajak, memiliki kontrol perilaku yang dirasakan lebih tinggi, akan
memiliki niat yang lebih tinggi untuk dipatuhi. Studi ini juga membuktikan secara
empiris bahwa niat untuk mematuhi dan menilai kontrol perilaku mempengaruhi
perilaku kepatuhan wajib pajak individu di Jawa Tengah. Selain itu, penelitian ini
juga menunjukkan secara empiris bahwa kepercayaan pada pemerintah
memperkuat pengaruh niat untuk mematuhi dan perilaku kepatuhan pajak. Bukti
empiris menunjukkan bahwa pembayar pajak dengan kepercayaan yang tinggi
terhadap pemerintah dapat memperkuat pengaruh niat untuk mematuhi perilaku
kepatuhan pajak. Uji empiris pembayar pajak individu di Jawa Tengah dalam
penelitian ini tidak dapat membuktikan secara empiris bahwa orientasi
ketidakpastian tersebut melemahkan pengaruh sikap terhadap kepatuhan pajak,
norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan pada maksud untuk mematuhi
Hal ini diduga karena adanya budaya lintas budaya. perbedaan pembayar pajak
individu di Jawa Tengah.
Studi ini memberikan rekomendasi mengenai pentingnya niat untuk
mematuhi agar tercipta kepatuhan pajak. Niat untuk mematuhi dirinya sendiri
ditentukan oleh sikap kepatuhan pajak, norma subjektif, dan persepsi kontrol
perilaku. Hasilnya bisa digunakan oleh petugas pajak untuk lebih memperhatikan
niat untuk mematuhi wajib pajak. Temuan yang mempercayai pemerintah adalah
memoderasi niat variabel untuk mematuhi dan perilaku kepatuhan pajak dapat
dimanfaatkan oleh petugas pajak untuk meningkatkan kepercayaan pada pembayar
pajak bahwa sistem perpajakan telah berjalan dengan baik, wajib pajak tidak pernah
menjadi pihak yang dirugikan. Apalagi wajib pajak harus diberi kepercayaan bahwa
sistem perpajakan yang ada saat ini mampu memperbaiki perekonomian dan
seluruh penerimaan negara memang sudah digunakan untuk pembangunan negara
dan telah telah bebas dari usaha penghindaran pajak.
orientasi ketidakpastian yang tidak dapat dibuktikan sebagai variabel
moderasi dalam penelitian ini, dorongan kebutuhan untuk penyempurnaan
instrumen lebih lanjut untuk mengukur orientasi ketidakpastian. Instrumen
sebelumnya berdasarkan penelitian Friendland (1998) menggunakan budaya Israel
yang tentunya berbeda dengan budaya Indonesia. Israel menganut budaya
individualisme sementara budaya Indonesia adalah kolektivisme. Dengan
demikian, penelitian lebih lanjut harus dapat melakukan konstruksi ulang
pertanyaan untuk mengukur orientasi ketidakpastian.

Anda mungkin juga menyukai