Anda di halaman 1dari 2

2.

Japanese Encephalitis
Virus Japanese encephalitis (JE) termasuk famili Flavivirus yang ditularkan melalui
nyamuk, dengan pejamu utama burung dan babi.

Transmisi/penyebaran virus
Virus JE ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk, terutama spesies
Culex tritaeniorrhynchus yang bertelur di air tergenang, misalnya di sawah. Nyamuk ini
terutama menggigit manusia setelah matahari terbenam. Banyak binatang yang dapat
terinfeksi virus, namun hanya yang mengalami viremia hebat dan cukup lama yang penting
dalam siklus kehidupan alamiah. Pejamu virus terpenting adalah burung dan babi. Burung
berperan dalam amplifikasi virus dan penyebaran ke daerah yang jauh. Babi merupakan
pejamu yang terpenting karena sering berada dekat manusia, mengalami viremia yang lama
dan hebat. Manusia sendiri disebut sebagai pejamu dead-end, karena viremia tidak cukup
hebat dan tidak cukup lama untuk menularkan ke nyamuk lagi.2

Manifestasi klinis
Masa inkubasi adalah 5-15 hari. Pada awalnya terlihat sebagai infeksi virus
biasa dengan demam beberapa hari, disertai pilek, diare, muntah, dan nyeri kepala. Sebagian
pasien dapat sembuh sendiri, sebagian menunjukkan gejala seperti kejang demam, dan
sebagian menunjukkan gejala meningitis aseptik tanpa ensefalitis. Paralisis flaksid juga
pernah dilaporkan. Perkembangan penyakit yang paling buruk adalah terjadinya ensefalitis.
Gejala ensefalitis adalah kejang dan penurunan kesadaran. 2
Kejang terutama kejang umum tonik-klonik, yang dapat berkembang menjadi
status epileptikus disertai berbagai komplikasi. Sebagian kecil pasien menunjukkan kejang
subtle berupa twitching jari, mata, mulut, nistagmus, salivasi yang sulit dibuktikan sebagai
kejang kecuali dengan pemeriksaan elektroensefalografi. Deskripsi klasik ensefalitis JE
adalah wajah seperti topeng dengan mata terbuka tanpa mengedip, tremor, hipertonia
rigiditas, dan opistotonus. Dapat pula terlihat mioklonus dan koreoatetosis, dan kelumpuhan
saraf otak.2
Pemeriksaan Penunjang 2
Fase akut: peningkatan leukosit, kemudian limfosit predominan di cairan otak. Sering juga
dijumpai albuminuria.2
Diagnosis pasti adalah ditemukannya virus dalam darah atau cairan spinal, tetapi isolasi virus
sangat sulit pada manusia karena masa viremia yang mungkin pendek sekali sehingga saat
pasien mengalami gejala, masa viremianya sudah berlalu.2
a. Uji serologi: Uji HI (hemagglutination inhibition) dan
b. ELISA memerlukan serum akut dan konvalesen sehingga bisa dilihat kenaikan titer
antibodi terhadap virus Japanese encephalitis
Komplikasi 2
a. Kelumpuhan.
b. Keterbelakangan mental/ penurunan inteligansi.
Daftar pustaka : Maha S. Japanese Encephalitis. CDK-193/ vol. 39 no. 5. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI: 2012

Anda mungkin juga menyukai