Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK


YANG MENDERITA PENYAKIT MENULAR

MAKALAH

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Keluarga


Yang dibimbing oleh Dr. Sri Mugianti., S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh
1. Zunita Dwi Pranada (1501300036)
2. Indah Nopitasari (1501300016)
3. Risna Ayu R. (1501300006)
4. Septi Ranika L. (1501300026)

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLITAR
September 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis berharap makalah ini dapat
memaksimalkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Keluarga Yang Memiliki Anak Yang Menderita Penyakit Menular.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis akan merasa sangat senang jika pembaca
berkenan membrikan kritik dan saran demi kesempurnan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta tak lupa penulis
ucapkan permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan kalimat
yang tidak berkenan.

Blitar, September 2017

Penulis
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan memiliki jumlah
penduduk yang cukup padat yang mencapai sekian juta ribu penduduk.
Terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan lain-lain penduduk
masih mendominasi diberbagai sudut kota. Dikota besar, seperti Jakarta
masih terdapat banyak kawasan kumuh, lingkungan yang tidak sehat, MCK
yang tidak ideal, dan sulitnya mencari air bersih. Ini menyebabkan
banyaknya timbul penyakit yang terutama menyerang pada anak-anak
balita.
Selain yang disebutkan diatas anak-anak juga mudah terserang
penyakit karena daya imunnya juga belum terbentuk secara sempurna
berbeda dengan orang yang sudah dewasa anak-anak lebih rentan terserang
penyakit baik penyakit menular atau tidak menular mangkanya supaya tidak
mudah terserang penyakit, diperlukan adanya imunisasi secara berturut
sejak anak dilahirkan. Kenali juga beberapa penyakit yang sering
mengancam anak-anak balita di Indonesia dilihat penyebabanya apakah
yang diderita itu berbahaya sehingga bisa mengancam keselamatan anak
atau tidak dan sbagaimana cara menangani yang bisa dilakukan orang tua.

1.2 Tujuan
1. Dapat meminimalisir/ mencegah penyakit cacar air datang.
2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit cacar air melalui asuhan
keperawatan.

1.3 Manfaat
1. Meminimalisir serangan agar tidak datang.
2. Memberikan pengetahuan mengenai penyakit cacar air.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


2.1.1 Pengertian
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis pendefinisi
yaitu dengan menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk
menghubungkan keluarga. Burgess dkk (1963) membuat definisi
yang berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi
secara luas:
- Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
- Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secra
berpisah, mereka tetap menggangap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
- Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama
lain dalam peran peran sosial keluarga sepertisuami istri,
ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara dan
saudari
- Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu
kultur yang di ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri
unik tersendiri.
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun
terbatas kepada kemapuan aplikasinya dan sifat
komprehensifnyadefinisi apa saja tentang keluarga harus
menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan
definis tradisional seperti diats bisa memberikan gambaran tentang
definisi yang dimaksud. Whall (1986) dalam analisa konsep
tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat dalam perawatan,
ia mendefiniskan keluarga sebagai kelompok yang mendefinisikan
diri dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah usus, yang boleh jadi tidak
di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi
demikian macam sehingga mereka menggagap diri meraka sebagai
sebuah keluarga (hal 241).
Mengingat siapakah individu-individu yang diindetifikasikan
sebagai anggota keluarga merupaka sebuah komponen yanh sangat
penting dari definisi ini.
Bozett (1987) menyatukan definisi individu dengan merujuk
keluarga sebagai siapa yang disebut pasien itulah keluarga.
Family service amerika (tahun 1984) mendefisikan keluarga dalam
suatu cara yang komprehensif yaitu sebagai 2orangatau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman.

2.1.2 Tipe keluarga


Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks
keilmuwan dan orang yang mengelompokan. Secara tradisional
keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya
terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek/nenek, paman/bibi)
Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang kelurga.
(friedman, 1987)
1. Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah,
sebagai orang tua, atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri
dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung, anak adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga
yang di dalamnya seseorang dilahirkan
3. Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah) yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, berikut
ini termasuk sanak keluarga seperti kakek atau nenek, tante,
paman, dan sepupu.
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individualisme, pengelompokn tipe keluarga selain tipe diatas
berkembang menjadi:
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adlah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga menjadi tren
karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman
dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai
atau ditinggal pasangan cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother)
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri
tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
Kecenderungan di indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah
menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-
marital heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat
dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada
akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah
(kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah
tua demi status anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama (gaya and lesbian family).
2.1.3 Fungsi keluarga
Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam
frangka untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia (kebutuhan
kemsyarakatan) yakni pemberian nafkah dan mengasuh anak.
Disamping itu, keluarga bertindak sebagai mediator yang penting
antara masyarakat dan individu dan membentuk matriks dimana
kebutuhan-kebutuhan pribadi dipenuhi.
Sekarang ini keluarga tampak lebih khusus dn aktivitas-
aktivitasnya yang secara tradisional berlangsung dalam rumah dan
atau melibatkan seluruh anggota keluarga kini berlangsung dimana-
mana dan hanya melibatkan segmen-segmen keluarga atau anggota
keluarga secara individual.
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
(friedman, 1998)
1. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal
keluarga yaitu sebagai perlindungan dan dukungan psikososial
bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal
kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi
pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga (stair, 1972).
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga.
Melalui pemenuhan fungsi ini,. Maka keluarga menjalankan
tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-
sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian
dan tingkah laku, kemampuan menjalin berhubungan secara
lebih akrab dan harga diri.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and
social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi
untuk mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
2.1.4 Dimensi struktur dasar keluarga
Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan (1965)
yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat struktur
keluarga yaitu:Struktur peran keluarga, menggambarkan peran
masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan
perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
1. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma
yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan.
2. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan
pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)
dengan keluarga inti.
3. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan
anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang
lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang
memberikan asuhan. Berdasarkan ke empat elemen dalam struktur
keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie & Komar, 1989: Parsons &
Bales, 1995) :
1. Keluarga merupakan sistem sosial uang memiliki fungsi sendiri
2. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan
masalah individu dan lingkungannya.
3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat
mempengaruhi kelompok lain.
4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari
nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya
dan aktualisasi keluarga dimasyarakat, serta memperhatikan
perkembangan negara indonesia menuju negara industri, indonesia
menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima tahap yaitu
sebagai berikut .
1. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam bentuk
material dan keuangan untuk sosial kemasyarkatan, juga berperan
serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian,
olahraga, pendidikan dan lain sebagaianya.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga
yang telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah
mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
2.1.5 Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai
sekarang, keluarga sudah dianggap sebagai kesatuan dari
pemeliharaan kesehatan. Perananan perawat keluarga membantu
keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan
dengan meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan
tugas-tugs kesehatan.
Proses membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, perawat dapat berperan sebagai:
1. Pengenal kesehatan (health monitor)

2. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

3. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga

4. Facilitator

5. Guru

6. Penasihat

2.2 Konsep Dasar Penyakit


2.2.1 Definisi
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus
varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit
dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga
cacar air(Kapita Selekta, 2000).
2.2.2 Etiologi
Virus Varicella zoster, termasuk family herpes virus. Menurut
Richar .E, varisela disebabkan oleh herpes virus varicella-zoster
(virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster.
Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan
terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut
sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada
manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma
sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan
dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela dapat
dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan
menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio
manusia.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003), klasifikasi varisela dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Varicella Conginetal
Varicella conginetal adalah sindrom yang terdiri atas parut
sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelaian mata dan susunan
saraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan
kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varicella congenital
sangat rendah (2,2%). Walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat
lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin.
Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varicella Neonatal
Varicella neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5
hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih
20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal.
Sebelum penggunaan varicella-zoster immuneglobulin (VZIG),
kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun, neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir
jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari
ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga
lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa resiko
tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau
saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah
lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari
walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif
(ensefalitis, pneumonia, varicella, hepatitis, diatesis,
pendarahan) harus diobati dengan acyclofir intravena. Bayi
yang terpajan dengan varisela neonatal dalam 2 bulan sejak
lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau acyclofir
profilaksis bila terpajan varisela maternal.

2.2.4 Manifestasi Klinis

1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.


2. Didahului stadium prodromal yang ditandai:
Demam
Malaise
Sakit kepala
Anoreksia
Sakit punggung
3. Stadium: erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula
yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta,
sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian
menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas (Prof. Dr.
Marwali Harahap, 2000: 94-95).
2.2.5 Patofisiologi
Menyebar hematogen. Virus Varicella Zoster juga
menginfeksi sel satelit disekitar Neuron pada gang lion akar darsal
sumsum tulang belakang. Dari sini virus bisa kembali
menimbulkan gejala dalam bentuk herpes zoster. Sekitar 250-500
benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak
terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata,
termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu
kurang dari seminggu, lesi tersebut akan mengering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1-3 minggu bekas pada kulit
yang mengering akan terlepas. Virus varicella zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain
melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung
dengan kulit yang terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia
melalui paru-paru dan tersebar ke bagian tubuh melalui kelenjar
getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar
dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini
dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa.
Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena
cacar air lebih dini.
Varisela pada umumnya menyerang anak-anak; di negara-
negara bermusim 4, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15
tahun. Pada anak-anak, pada umumnya penyakit ini tidak begitu
berat, namun di negara-negara tropis seperti Indonesia lebih banyak
remaja dan orang dewasa yang terserang varisela. 50% kasus
varisela terjadi di atas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin
bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi tersering terjadi secara umum:
Pneumonia
Kelainan ginjal
Ensefalitis
Meningiti

Komplikasi yang langka:

Radang sumsum tulang


Hepatitis
Sindrom reye

Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi


varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan
terjadinya komplikasi berupa randang paru-paru atau pnemonia 10-
25 lebih tinggi dari anak-anak.
2.2.7 Penatalaksanaan
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak
memerlukan terapi khusus selain istrahat dan pemberian asupan
cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa
gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan, jari kita tentu
ingin segera menggaruknya. Masalahnya, bila jari tergaruk sampai
hebat, dapat timbul jaingan parut pada bekas gelembun yang pecah.
Tentu tidak menarik untuk dilihat.
Umum:
Isolasi untuk mencegah penularan
Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya
pemberian antiseptik pada air mandi
Upayakan agar vesikeltidak pecah
Jangan menggaruk vesikel
Kuku jangan diberikan panjang
Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan
handuk pada kulit, jangan digosok.

Farmakoterapi :

Antivirus dan Asiklovi


Antipiretik dan untuk menurunkan demam
Parasetamol atau ibuprofen
Jangan berikan aspirin pada anak anda, pemakaian aspirin
pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah
dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal.
Salep antibiotik : untuk mengobati ruam yang terinfeksi
Antibiotik, bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi
bakteri pada kulit
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN UMUM
1. Pengkajian Umum Keluarga
a. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. S
Alamat : Dsn. Mangurejo Ds. Bangkok Kec. Gurah Kab. Kediri
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
No. telepon : 085850690181
b. Komposisi keluarga
Status
N Na JenisKela Hubungande Um Pendidi Pekerj
Keseha
o ma min ngan KK ur kan aan
tan
1. Tn. L Ayah 39 SMA Petani Sehat
S Th
2. Ny. P Ibu 30 SMA IRT Sehat
D Th
3. An. P Anak 7 SD Pelajar Sakit
F Th
4. An. P Anak 3 - - Sehat
F Th
c. Genogram

Klien bernama An.F, umur 7 tahun. Klien meruupakan anak pertama dari
2 bersaudara. Klien tinggal dirumah bersama ayah, ibu dan adiknya.
Kakek dan nenek klien dari ayahnya sudah meninggal.
d. Tipe keluarga : Nuclear Family
e. Suku bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga sekitar Rp. 2000.0000 Rp. 3000.000 per bulan jika
dalam satu bulan jika hasil tani bagus. Tn. S biasanya menjual hasil tani
ke tetangga / toko terdekat. Jika pada musim panas sekarang ini keluarga
Tn. S mengglami penurunan panen sehingga hasil yang diperoleh sekitar
Rp. 1500.000 per bulan.
h. Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan anak anak kalau liburan menonton tv di
rumah, bermain dengan mainan-mainannya dan terkadang bermain
dengan tetangga di sekitar rumah, sesekali pergi keluar kota.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak duduk di bangku sekolah dasar dengan tugas
perkembangan keluarga:menanamkan nilai dan norma agama, mengatur
waktu bermain, bersosialisasi, menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan. Tn.S mengatakan An.F bermain dan mendapat perhatian
yang cukup oleh kedua orangtuanya.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Anak pertama masih duduk di bangku sekolah dasar dan maempunyai
adik yang belum sekolah sehingga membutuhkan banyak biaya untuk
mencukupi kebutuhan anaknya. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari
Tn.S harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Tn.S mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Sebelumnya keluarga tidak ada yang sakit.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Luas rumah : Luas rumah yang ditempati lebar15 m
panjang 9m
2) Tipe rumah : Tipe bangunan rumah keluarga Tn. S
adalah permanen
3) Kepemilikan : Milik Tn. S sendiri
4) Jumlah dan rasio kamar : Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar untuk
tempat sholat, 1 kamar mandi dan WC, ruang tamu, ruang keluarga, 1
kamar dijadikan garasi/tempat motor, gudang dan dapur yang
bersebelahan dengan kamar mandi.
5) Ventilasi/ jendela : Di setiap ruangan ada ventilasi.
6) Pemanfaatan ruangan : Tatanan rumah bersih dan rapi dan lantai
keramik.
7) Septic tank : Tempat pembuangan/septik tank berada di
belakang rumah dan jaraknya cukup dekat dengan sumur bor 5m.
8) Sumber air minum : Sumber air bersih menggunakan air dari
sumur bor yang berada di samping rumah
9) Kamar mandi : 1 kamar mandi dan wc yang bersih dan
rapi.
10) Sampah : Dibakar
11) Kebersihan lingkungan : Lingkungan tampak bersih
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Rumah sebelah kiri adalah rumah kakak dari Tn.S. Mayoritas tetangga
masih ada ikatan keluarga dengan Tn.S. Tetangga kanan kiri ramah dan
menerima keberadaan keluarga Tn.S karena dia adalah asli warga di
lingkungan tersebut.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga ini belum pernah pindah dari rumah yang ditinggalinya sekarang
sejak menikah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
1. Tn.S mengikuti yasinan setiap malam Jumat yang diadakan oleh
kelompok di lingkungan tempat tinggalnya.
2. Ny. D sering mengajak An. F untuk berkumpul dengan teman
sebayanya saat mengikuti arisan dilingkungan rumahnya, An.A setiap
sore juga belajar mengaji di masjid dekat rumah mereka.
e. Sistem pendukung Keluarga
Yang merawat An. F adalah ayah dan ibunya. Saat sakit An.F sudah
dibawa ke puskesmas oleh ayah dan ibunya.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam permasalahan yang
dihadapi baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan, biasanya Tn.S
selalu membicarakan dengan Ny.D.
b. Struktur peran
- Tn. E sebagai kepala keluarga dan bekerja sebagai petani.
- Ny.D seorang IRT dan merawat kedua anaknya yang pertama masih
duduk di bangku sekolah dasar dan yang kedua umur 3th.
- Dalam pelaksanaan peran masing masing tidak ada masalah
c. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.S menerapkan aturan aturan sesuai dengan ajaran agama
Islam dan mengharapkan ke anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti
mencuci tangan sebelum makan
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn.S saling menyayangi satu sama lain. Dan
apabila ada yang sakit mereka saling membantu.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.S menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
Mereka membiasakan anak mareka bermain dengan teman sebayanya
c. Fungsi perawatan kesehatan
Ny.D mengatakan An.F sering demam dan batuk. Apabila demam
biasanya dikompres dan bila kondisi panas tidak turun maka Ny.D
menebus obat penurun panas yang diresepkan dokter. Ny.D juga
mengatakan An.F sudah diimunisasi lengkap pada waktu bayi.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Tidak terdapat stress jangka pendek dan jangka panjang
b. Respon keluarga terhadap stressor
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama.
c. Strategi koping
Ny.D mengatakan jika ada masalah selalau mendiskusikan dengan Tn.S
sehingga masukan satu sama lain dapat membantu menyelesaikan
masalahnya.
d. Strategi adaptasi
Dari hasil pengkajian keluarga dapat mengatasi masalah secara mandiri.
7. Harapan keluarga
Penyakit yang diderita oleh An.F tidak menimbulkan penularan yang lebih
luas.
II. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas Klien
Nama : An.F
Umur : 7 Tahun
Alamat : Dsn. Mangurejo Ds. Bangkok Kec. Gurah Kab. Kediri
Pekerjaan : Pelajar
2. Pertanyaan data focus
a. Berapa lama mengalami cacar air?
2 hari ini
b. Bagaimana bisa tahu kalau keluarga anda cacar air?
Awalnya An.F ada gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.
c. Tindakan apa yang pertama kali dilakukan saat keluarga anda mengalami
cacar air?
Memakaikan pakaian yang ringan dan tidak membuat kulit menjadi lebih
gatal atau panas.
d. Apakah pernah melakukan pengobatan di RS/Puskesmas?
Setelah timbul bintik-bintik merah dan mengandung cairan An.F langsung
dibawa ke puskesmas.
e. Siapakah orang yang setiap hari bersama anak ?
- Ayah, Ibu, Adik
f. Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini ?
- Harapannya An.F segera sembuh dan bisa sekolah seperti biasanya.
g. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga ?
- Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga sudah berjalan dengan baik.
B. ANALISA DATA
Data Penunjang Masalah Ethiologi
DS : klien mengeluh Hipertermi Penyakit Varicella
badannya demam.
DO :
- RR : 22 x/menit
- S : 38 C
- Kulit kemerahan
- Akral hangat
- Peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran
normal

DS : - Kerusakan integritas Penyakit Varicella


DO : Ruam yang muncul kulit
semakin banyak, ruam
tersebut muncul diarea
tubuh, wajah, leher, tangan
dan kepala

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d ketidakmampuan keluarga dalam perawatan pasien
varicella
2. Kerusakan integritas kulit b.d Penyakit Varicella
D. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Hipertermi b.d ketidakmampuan keluarga dalam perawatan pasien


varicella

Kriteria Bobot Pembenaran


Sifat Masalah 3/3X1=1 Hipertermi b.d
Skala : ketidakmampuan
Tidak/Kurang keluarga dalam
sehat perawatan pasien
varicella harus segera
ditangani karena ini
keadaan kurang sehat

Kemungkinan masalah 1/2X2=1 Masalah belum terlalu


dapat diubah berat, Ny. D dapat
Skala : melakukan kompres
Sebagian untuk mengurangi
hipertermi dan
menganjurkan untuk
banyak istirahat

Potensial masalah untuk 2/3X1=2/3 Ny. D belum terlalu


dicegah paham tentang pemberian
Skala : kompres yang baik dan
Cukup benar

Menonjolnya masalah 2/2X3=3 Keluarga menganggap


Skala : masalah ini berat dan
Masalah berat, harus segera ditangani
harus segera
ditangani

Jumlah 5 2/3
Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit b.d Penyakit Varicella

Kriteria Bobot Pembenaran


Sifat Masalah 3/3X1=1 Kerusakan integritas kulit
menyebabkan
Skala :
Kemunculan bekas luka
Tidak/Kurang pada kulit
sehat

Kemungkinan masalah 1/2X2=1 Masalah kerusakan


integritas kulit dapat di
dapat diubah
kurangi dengan
Skala : perawatan yang benar
dan pemberian obat oles
Sebagian

Potensial masalah untuk 2/3X1=2/3 Dapat dicegah dengan


perawatan kebersihan diri
dicegah
yang benar . Ny.D dapat
Skala : mengajari anaknya
tentang cara mandi
Cukup dengan bersih dan benar

Menonjolnya masalah 2/2X3=3 Masalah harus segera


ditangani agar kerusakan
Skala :
kulit segera dapat dicegah
Masalah berat,
harus segera
ditangani

Jumlah 5 2/3

Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Diagnosis keperawatan Skor
Hipertermi b.d ketidakmampuan keluarga
1 dalam perawatan pasien varicella 5 2/3

Kerusakan integritas kulit b.d Penyakit


2 5 2/3
Varicella
Prioritas utama diagnosa keperawatan adalah Hipertermi b.d
ketidakmampuan keluarga dalam perawatan pasien varicella, ini adalah core
problem sehingga perawat harus segera menyelesaikan permasalahan ini agar
tidak terjadi permasalahan baru.
INTERVENSI
Intervensi
No Hari/ tanggal Diagnosa Keperawatan
Tujuan Tindakan Rasional
Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV: suhu, 1. TTV merupakan
keperawatan selama 124 jam nadi, tekanan darah, acuan untuk
diharapkan Hipertermi teratasi, pernapasan mengetahui keadaan
dengan Kriteria Hasil : 2. Berikan penjelasan umum pasien
kepada keluarga tentang 2. Keterlibatan
1. Menunjukkan tanda-tanda dan gejala keluarga sangat
Hipertermi b.d temperatur dalam batas varicella berarti dalam proses
Sabtu, 23 ketidakmampuan normal 3. Berikan penyuluhan penyembuhan pasien
1 September keluarga dalam 2. Keluarga mengetahui tentang perawatan klien di rumah sakit
2017 perawatan pasien cara merawat keluarga dengan varicella (beri 3. Kompres hangat
varicella yang menderita kompres hangat, memberikan efek
penyakit varicella anjurkan memakai vasodilatasi
pakaian yang tipis. pembuluh darah
4. Berikan penyuluhan sehingga dapat
untuk selalu mengecek meningkatkan
suhu tubuh. pengeluaran panas
tubuh melalui pori-
pori
4. Untuk memantau
perkembangan suhu
tubuh secara
mandiri.
A. IMPLEMENTASI
No Tanggaldanwaktu No. dx. Kep. Implementasi
1. Mengobservasi TTV: suhu, nadi,
tekanandarah, pernapasan
2. Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang tanda-tanda dan
gejala varicella
Sabtu, 23 September
3. Memberikan penyuluhan tentang
1. 2017 1
perawatan klien dengan varicella
Jam 10.00
(beri kompres hangat, anjurkan
memakai pakaian yang tipis.
4. Memberikan penyuluhan keluarga
untuk selalu mengecek suhu
tubuh penderita varicella.

B. EVALUASI
No. dx.
Tanggal dan waktu Evaluasi
kep
S:
Klienmengatakandemamnyasudahmulaiturun
O:
Vital Sign :
- N : 80 x/mnt
- RR : 22 x/menit
Sabtu, 23 September
- S : 37 C
2017 1
Akral hangat
Jam 12.00
Keluarga mengerti tentang tanda-tanda
dan gejala varicella.
Kelurga mampu melakukan kompres
hangat kepada keluarga dengan
varicella.
Keluarga mampu mengecek suhu tubuh
keluarga yang mengalami varicella.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan penerapan asuhan keperawatn keluarga pada keluarga


Tn.S dengan anggota keluarga yang menderita Varicella atau cacar air pada tangal
23 September 2017, penulis akan menguaraikan kesenjangan antara tinjauan
teoritis dengan kasus yang ada.

Sesuai hasil pengkajian yang dilaukan pada keluarga Tn.S maka didapatkan
anggota keluarga menderita penyakit Varicella atau cacar air pada An.F. Gejala
Klinik atau keluhan yang dikemukakan pada teori yaitu demam, pusing, terdapat
ruam yang berisi air. Dan yang ditemukan pada An.F sesuai dengan teori suhu
tubuh 38 C, RR : 22 x/menit, N : 96x/menit, terdapat ruam dan berisi air maka.

Sesuai dengan gejala klinik yang dikemukakan pada teori dan gejala klinis
yang ditemukan pada kasus diatas tidak terjadi kesenjangan antara gejala klinis
pada teori dan yang didapatkan pada An.F.

(Menurut Suprajitno, 2004) sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga


mempunyai 5 tugas dibidang kesehatan yang terdiri dari :

1. mengenal masalah kesehatan keluarga.


2. memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3. merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yang ditemukan pada teori


dan pada klien, ada kesenjangan fungsi pemeliharaan kesehatan karena keluarga
tidak mampu merawat klien saat klien mengalami penyakit vaicella atau cacar air..

Sejak menikah Tn. S tinggal di daerah bangkok kediri dan menetap disana.
Lingkungan yang sehat dikemukakan pada teori yaitu terlindung dari binatang
binatang yang menyebabkan kuman penyakit, ruangan yang bersih dan cukup,
ventilasi rumah cukup, WC bersih, pengaturan alat rumah tangga teratur dan
rapi,memiliki sumur dan jarak sumurdengan WC lebih dari 10 meter dan memiliki
saluran pembuangan limbah yang tertutup. Berdasarkan data yang ditemukan pada
keluarga Tn.S tidak terjadi kesenjangan karena lingkungan keluarga Tn.S sudah
memenuhi kriteria lingkungan yang sehat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster ini pada
dasarnya menyerang kepada tubuh orang yang belum pernah terserang oleh
virus tersebut, namun apabila tubuh orang tersebut pernah terinfeksi virus
varicella zoster maka tubuh orang tersebut akan membentuk anti body
terhadap virus varicella zoster sehingga dimasa mendatang tidak akan
terserang penyakit tersebut lagi, namun jika kekebalan tubuh orang tersebut
sedang tidak baik dan ketika pengobatan tidak tuntas maka virus tersebut
dapat hidup kembali dalam tubuh penderitanya.
Menjaga kebersihan tubuh juga sangat dianjurkan sebagai
pencegahan terhadap virus tersebut seperti menjaga kebersihan tangan,
memotong kuku dan mandi dan berganti pakain, Pemberian vaksin efektif
melindungi 80-85% terhadap penyakit varicella dan efektif 95% mencegah
varicella yang berat.

5.2 Saran
Dikarenakan virus ini lebih banyak menyerang anak-anak,
sebaiknya bagi ibu-ibu jangan panik terlebih dahulu apabila buah hatinya
mengalami gejala terserang infeksi virus varicella, berikan pertolongan
kepada anak dengan melakukan kompres dingin pada kulit yang terkena
agar rasa gatal berkurang dan mengurangi garuk-garuk yang dapat
menyebabkan infeksi, biarkan agar seluruh macula keluar dengan sendirinya
dan pecah dengan sendirinya pula.
Jangan lupa berikan vaksin kepada buah hati anda pada usia 5 tahun atau
ketika anak baru memasuki pendidikan Taman Kanak-kanak, dan bagi orang
dewasa jangan lupa menjaga kebersihan diri agar tidak terserang virus
varicella tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Marrilyn, Doenges,DKK. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Drs. H. T. tan & Drs. Kirana Raharja.2007.Obat-Obat Sederhana Untuk Gang
Guan Sehari-Hari.Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai