Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Membuat larutan dengan berbagai pH dari bahan cair dan pada, membuat
larutan buffer (buffer asetat dan fosfat) serta mengukur pH larutan yang telah
dibuat dengan kertas indikator dan pH meter.
B. Dasar Teori
1. Asam Basa
Perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin maju, begitu juga dengan
ilmu dasar seperti halnya kimia, teori asam-basa yang awalnya dikemukakan oleh
seorang Kimiawan bernama Svante Arrhenius(1887), yang mengemukakan teori
disosiasi elektrolitnya. Awalnya, menurut Arrhenius, asam ialah suatu spesi yang
apabila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion Hidrogen(H+). Sedangkan
basa adalah spesi yang akan melepaskan ion Hidroksida(OH---), apabila dilarutkan
ke dalam air. Jika asam Arrhenius dirumuskan dengan HxA, di dalam air asam itu
akan mengalami ionisasi sebagai berikut (George B, 1988). .
M(OH)(aq)Mx+(aq) + x OH-(aq)
1
Dalam kasus tersebut, menurut Bronsted-Lowry, HCl bertindak sebagai
asam dan Cl-merupakan basa konjugasi dari HCl. Sebaliknya, berlaku pula H2O
berperan sebagai basa, H3O+ sebagai asam konjugasi dari HO2 (George B, 1988).
total ion hidrogen (H+) yang terdapat dalam larutan disebut dengan pH. pH
1
dirumuskan dengan pH = log [H] = - log [H+] (Barret, 2010). pH internal dalam sel
2
2. Pengukuran Nilai pH
Dalam berbagai percobaan biologi dan kimia, semua reaksi yang digunakan
akan melibatkan pH tertentu sehingga sangat penting untuk mengetahui kisaran pH
yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pengukuran pH dikenal ada 2
macam jenis pengukuran pH berdasarkan tingkat ketelitian yaitu:
a) Indikator
Suatu zat yang digunakan untuk mengetahui kisaran pH suatu larutan dengan
membandingkannya dengan warna tertentu yang telah diketahui disebut Indikator.
Berdasarkan asal bahan maka indicator dibagi menjadi 2 yaitu indikator alami
hanya bisa menunjukkan apakah zat atau senyawa tersebut bersifat asam atau basa,
tetapi tidak dapat menunjukkan nilai pH nya. Indikator buatan untuk
mengidentifikasi asam, basa, dan garam, antara lain kertas lakmus, kertas indikator,
dan larutan indikator.
b) Kolorimetri
Pengukuran pH secara kolorimetri merupakan salah satu metode
pengukuran menggunakan berbagai indicator meliputi kertas indicator dan larutan
indicator. Pengujian dengan larutan indicator yaitu dengan mencampur larutan yang
akan diteliti dengan beberapa tetes dari larutan indicator pada seri standar yang
digunakan.
Pengukuran pH dengan cara lain menggunakan kertas indikator universal.
Perubahan warna pada kertas indikator yang telah diteteskan ke dalam larutan yang
diteliti dibandingkan dengan warna standar yang tertera pada wadah kertas
indikator. Warna standar tersebut mencakup kisaran pH 114 dengan tingkat
ketepatan yang terbatas. Selain itu, indikator universal yang digunakan dapat juga
berupa larutan dalam berbagai warna (Peter, 2011).
3
Gambar 2. Indikator universal pH (Dokumentasi pribadi, 2017)
Ketelitian pH kertas indikator universal antara 0,51,0 satuan pH dalam range
pH 111. Pengujian kadar pH suatu larutan dilakukan dengan meneteskan larutan
tersebut pada kertas indicator universal kemudian dibandingkan dengan gradasi
warna yang ada pada bagian luar wadah kertas. Pada satu sisi akan menampilkan
warna dengan kisaran pH dari 0-7 sedangkan sisi yang lain menunjukkan kisaran
warna dan pH antara 7-14.
c) Potensiometri
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semua penelitian
pun memerlukan tingkat pH yang semakin lebih akurat. Potensiometri merupakan
cara yang paling memenuhi syarat dalam mengetahui kadar pH suatu senyawa
secara akurat dan rinci. Alat yang digunakan dalam metode potensiometer adalah
pH meter (Martin, 2010).
Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa
elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk
bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik
memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl. Di dalam larutan HCl,
terendam sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak yang pada permukaannya
terbentuk senyawa setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem
ini membuat elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil (Martin, 2010).
Inti sensor pH terdapat pada permukaan bulb kaca yang memiliki
kemampuan untuk bertukar ion positif (H+) dengan larutan terukur. Kaca tersusun
atas molekul silikon dioksida dengan sejumlah ikatan logam alkali. Pada
4
saat bulb kaca ini terekspos air, ikatan SiO akan terprotonasi membentuk membran
tipis HSiO+ sesuai dengan reaksi berikut (Wibul, 2012) :
5
Penggunaan pH meter sebelumnya harus dikalibrasi dengan larutan standar
yang telah diketahui harga pH nya. Kaliberasi dilakukan paling sedikit dengan dua
larutan buffer yang mencakup kisaran pH yang akan diukur. Sebagai contoh suatu
larutan yang akan diukur mempunyai pH sekitar 35 (asam). pH meter harus
dikaliberasi dengan larutan standar pH 2 dan larutan standar pH 7, demikian juga
larutan yang bersifat basa. Pada saat kaliberasi harus diperhatikan temperatur
larutan standar yang diukur, karena suhu berpengaruh terhadap pH (Martin, 2010).
3. Buffer
Dalam sejumlah reaksi kimia baik dalam laboratorium maupun dalam
tubuh kita, semuanya membutuhkan lingkungan dengan pH yang stabil. Buffer
merupakan sistem cairan yang mempertahankan nilai pH, jika ada penambahan
sejumlah kecil asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari asam lemah dengan basa
konjugatnya. Buffer dihasilkan dari dua reaksi reversible yang setimbang dalam
suatu larutan yang konsentrasi donor proton dan akseptor proton dari konjugatnya
setara. Larutan buffer memiliki pengaruh besar terhadap kondisi biokimiawi
6
mahluk hidup. Hal ini dikarenakan kondisi sebagian sel hidup memiliki kondisi pH
mendekati 7. Perubahan sedikit saja pada pH dapat berakibat berbahaya dan dapat
mengganggu kondisi fisiologis mahluk hidup (Solomon, 2008).
7
C. Metode
1. Alat
Pada praktikum ini digunakan alat yang terdiri dari pipet ukur merk
Pyrex 10 ml, 2 ml dan 1 ml digunakan untuk mengambil larutan sesuai
volume yang dibutuhkan. Erlenmeyer 250 ml digunakan untuk mencampur
dan menghomogenkan larutan. Labu ukur merk Pyrex 100 ml digunakan
untuk mengencerkan larutan stok maupun larutan buffer. Botol penyimpan
digunakan untuk menyimpan larutan stok dan larutan buffer. Spatula
digunakan untuk mengambil bahan padat yang akan ditimbang. Timbangan
semianalitik digunakan untuk menimbang bahan padat. Penyedot digunakan
untuk memudahkan pengambilan larutan dengan pipet ukur, pipet tetes
digunakan untuk mengambil larutan. Batang pengaduk digunakan untuk
mengambil larutan buffer kemudian diteteskan pada kertas indikator. Gelas
ukur 50 ml digunakan untuk mengukur larutan. Gelas beker 250 ml
digunakan untuk menghomogenkan larutan sebelum dimasukkan ke wadah
yang bermulut sempit dan sebagai wadah larutan buffer. dan pH meter
digunakan untuk mengukur pH larutan. Kertas indikator universal merk
Universalindikator digunakan untuk mengukur pH dan pH meter merk
Thermo Scientific digunakan untuk mengukur pH dengan akurat. Terdapat
juga lemari asam yang digunakan untuk memindahkan cairan bersifat asam
kuat sehingga lebih aman.
2. Bahan
Pada praktikum ini digunakan bahan antara lain 0,2 M larutan
natrium asetat (CH3COONa), 0,2 M larutan asam asetat (CH3COOH), 0,2
M larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat (NaH2PO4.H2O), sodium-
di hidrogen fosfat dihidrat (Na2HPO4.2H2O) dan akuades.
3. Cara Kerja
a) Pembuatan Larutan Stok
Pembuatan 0,2 M larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat
sebanyak 100 ml.
8
Serbuk sodium di-hidrogen fosfat monohidrat diletakkan ke atas
alumunium foil dengan menggunakan spatula pada timbangan analitik
sampai muncul angka 2,76 gr (angka 2,76 gr diperoleh dengan
perhitungan yang disajikan pada halaman lampiran). Hasil timbangan
bahan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, ditambahkan akuades
sebanyak 50 ml dan diaduk dengan batang pengaduk sampai homogen.
Setelah homogen, larutan tersebut dipindahkan ke labu ukur 100 ml
dengan bantuan corong. Sisa larutan pada beaker glass dengan akuades
dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian ditambahkan akuades
sampai tanda kemudian digojong sampai homogen.
Pembuatan 0,2 M larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat
sebanyak 100 ml.
Serbuk sodium-di hidrogen fosfat dihidrat diletakkan ke atas
alumunium foil dengan menggunakan spatula pada timbangan analitik
sampai muncul angka 3,56 gr (angka 3,56 gr diperoleh dengan
perhitungan yang disajikan pada halaman lampiran). Hasil timbangan
bahan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, ditambahkan akuades
sebanyak 50 ml dan diaduk dengan batang pengaduk sampai homogen.
Setelah homogen, larutan tersebut dipindahkan ke labu ukur 100 ml
dengan bantuan corong. Sisa larutan pada beaker glass dibilas dan
dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian ditambahkan akuades
sampai tanda kemudian digojong sampai homogen.
b) Pembuatan Larutan Buffer
Pembuatan larutan buffer asetat pH 4 sebanyak 100 ml
Larutan natrium asetat 0,2 M sebanyak 7,25 ml diambil dengan
pipet ukur (volume 10 ml untuk mengambil larutan sebanyak 7 ml dan
volume 1 ml untuk mengambil larutan sebanyak 0, 25 ml), di masukkan
ke dalam labu ukur 100 ml. Kemudian larutan asam asetat 0,2 M
sebanyak 42,75 ml ditambahkan dengan pipet ukur (volume 10 ml untuk
mengambil larutan sebanyak 40 ml yang dilakukan 4 kali, 2 ml untuk
mengambil larutan sebanyak 2 ml dan 1 ml untuk mengambil larutan
9
sebanyak 0,75 ml) dan diencerkan dengan akuades sampai tanda
kemudian digojog sampai homogen.
Pembuatan larutan buffer asetat pH 5 sebanyak 100 ml
Larutan natrium asetat 0,2 M sebanyak 31,45 ml diambil dengan
pipet ukur (volume 10 ml untuk mengambil larutan sebanyak 30 ml yang
dilakukan 3 kali, 2 ml untuk mengambil larutan sebanyak 1,47 ml), di
masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Kemudian larutan asam asetat 0,2
M sebanyak 18,53 ml ditambahkan dengan pipet ukur (volume 10 ml
untuk mengambil larutan sebanyak 10 ml dan 8,53 ml) dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda kemudian digojog sampai homogen.
Pembuatan larutan buffer asetat pH 6 sebanyak 100 ml
Larutan natrium asetat 0,2 M sebanyak 47,22 ml diambil dengan
pipet ukur (volume 10 ml untuk mengambil larutan sebanyak 40 ml yang
dilakukan 4 kali ditambah lagi 7 ml), di masukkan ke dalam labu ukur 10
ml. Kemudian larutan asam asetat 0,2 M sebanyak 2,78 ml ditambahkan
dengan pipet ukur (volume 2 ml untuk mengambil larutan sebanyak 2 ml
dan volume 1 ml untuk mengambil larutan sebanyak 0,78 ml) dan
diencerkan dengan akuades sampai tanda dan digojog sampai homogen.
Pembuatan 0,1 M larutan buffer fosfat pH 7 sebanyak 100 ml
Larutan sodium-di hidrogen fosfat dihidrat 0,2 M sebanyak 33,3
ml diambil dengan pipet ukur (volume 10 ml untuk mengambil larutan
sebanyak 30 ml yang dilakukan 3 kali, 2 ml untuk mengambil larutan
sebanyak 2 ml dan 1,3 ml), dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Kemudian ditambahkan larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat
0,2 M sebanyak 16,7 ml dengan pipet ukur (volume 10 ml untuk
mengambil larutan sebanyak 10 ml dan 6,7 ml) dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda dan digojog hingga homogen.
Pembuatan 0,1 M larutan buffer fosfat pH 7,5 sebanyak 100 ml
Larutan sodium-di hidrogen fosfat dihidrat 0,2 M sebanyak 43,15
ml diambil dengan pipet ukur (volume 10 ml untuk mengambil larutan
sebanyak 40 ml yang dilakukan 4 kali, 2 ml untuk mengambil larutan
10
sebanyak 2 ml dan 1,15 ml), dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Kemudian ditambahkan larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat
0,2 M sebanyak 6,85 ml dengan pipet ukur (volume 10 ml untuk
mengambil larutan sebanyak 6,85 ml) dan diencerkan dengan akuades
sampai tanda dan digojog hingga homogen.
c) Pengukuran pH
Pengukuran dengan kertas indikator
Tahapan pengukuran kadar keasaman atau pH pada larutan buffer
dilakukan dengan kertas indikator dilakukan dengan cara yang sama.
Larutan buffer diambil dengan batang pengaduk, diteteskan pada kertas
indikator. Perubahan warna pada kertas indicator kemudian diamati dan
dicocokkan dengan indikator yang ada pada kemasan kertas indikator,
pada kemasan tersebut akan ditampilkan 4 strip warna dengan gradasi
warna yang berbeda dengan kisaran pH yang menunjukkan 1 sampai
dengan 14 dengan gradasi warna yang berbeda.
Pengukuran dengan pH meter
Pengukuran tingkat keasaman atau pH larutan buffer menggunakan
pHmeter harus sangat hati-hati sehingga hasilnya akurat. Sebelum
digunakan phmeter harus dikaliberasi dengan larutan standar yang
mendekati kisaran pH yang akan diukur, sedangkan untuk perawatan
rutin menggunakan semua larutan standart meliputi asa, netral dan basa.
Untuk pengukuran pH 4 maka dikaliberasi dengan larutan standar pH 2
dan larutan standar pH 7. Setelah dikaliberisasi pH meter siap digunakan.
Electroda glass pada pH meter dicelupkan ke dalam beaker glass yang
berisi larutan buffer sambil digoyangkan hingga angka pada pH meter
konstan. Kemudian hasil pH dan suhu buffer dicatat pada log book.
11
D. Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah hasil percobaan praktikum biokimia analitik dengan judul
asam, basa dan buffer dan pengukuran pH :
Pada sesi ini, akan dibahas semua hasil praktikum yang telah dilakukan pada
hari selasa tanggal 25 April 2017 kelompok praktikum dibagi menjadi 10 kelompok
dengan macam buffer yang berbeda yang telah ditentukan sebelumnya. Praktikum
ini dilaksanakan dengan urutan pembuatan larutan stok, larutan dengan pH yang
diketahui, kemudian pengukuran dengan kertas indicator dan pH meter.
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 memiliki
penghitungan pH yang sesuai dengan indikator seharusnya, sedangkan pada kertas
indikator pH kelompok 9 lebih dari pH yang seharusnya adalah 7.5 namun pada
12
kertas indikator menunjukkan hasil 8 dan pada kelompok 10 seharusnya memiliki
pH 7.5 namun pada kertas pH menunjukkan indikator 7 yang berarti lebih kecil dari
pH seharunya. Perbedaan hasil pH pada kelompok 9 dan 10 kemungkinann besar
terjadi akibat tidak sesuainya hasil intepretasi warna kertas oleh praktikan dimana
seharusnya pH yang ditunjukkan memang sesuai namun karena pengaruh cahaya
sehingga tidak tepat. Perbedaan pH bias juga terjadi akibat tidak cocoknya cara
kerja saat larutan tersebut dibuat bias terjadi akibat perbedaan volume salah satu
bahan dengan volume seharusnya.
Pengukuran pH dengan metode potensiometri yakni menggunakan alat pH
meter mampu memberikan hasil yang lebih akurat. Pada praktikum ini digunakan
2 buah alat pH meter yang berada di ruang praktikum biokimia yang digunakan
oleh semua kelompok genap dan ruang FALITMA (fasilitas penelitian bersama)
yang digunakan oleh semua kelompok ganjil. Sebelum dipergunakan pH meter
haruslah dikaliiberasi dengan menggunkan larutan yang sudah diketahui pH mya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa kelompok 1 dan kelompok 3 memiliki tingkat
akurasi yang paling baik karena mendekati pH sebenanrya dengan selisih pada
kelompok 1 adalah sebesar 0,1 sedangkan kelompok 3 sebesar 0,09. Pada hasil
pengukuran kelompok lain memiliki range yang lebih jauh seperti pada kelompok
2 memiliki selisih 0,37, pada kelompok 4 sebesar 0,42, pada kelompok 5 sebesar
0,22, pada kelompok 6 sebesar 0,43, sedangkan pada kelompok 7 sebesar 0,26 lebih
tinggi dari pH seharusnya, kelompok 8 sebesar 0,11 lebih sedikit dari pH
seharusnya. Pada kelompok 9 sebesar 0,19 lebih tinggi dari pH seharusnya, pada
kelompok 10 0,22 lebih kecil dari pH seharusnya.
Pengukuran suhu menunjukkan semua buffer pada kisaran suhu ruangan
yang dianggap normal antara suhu 27-28 derajat celcius. Kemudia pada pengukuran
pH akuades tidak dilakukan karena untuk menguji kadar pH harus dengan larutan
yang mengandung kadar H+, namun pada lab biokimia dilakukan pengukuran pH
akuades yang berasal dari satu stok namun ternyata dari dua larutan akuades
tersebut memberikan hasil yang berbeda diantaranya yaitu pada kelompok 8 pH
akuades adalah 7,42 sedangkan pengukuran pH akuades oleh kelompok 10 dengan
menggunkana alat yang sama ternyata memiliki kisaran 6,44. Dengan perbedaan
13
pH keduanya yaitu 0,98. Perbedaan pengukuran pH dengan PH meter ini
dimungkinkan terjadi karena pada saat pengambilan larutan akuades, ditempatkan
pada gelas beaker yang tidak bersih dari larutan sebelumnya sehingga pH yang
muncul tidak sesuai dengan pH akuades murni yang sebenarnya.
Perbedaan suhu larutan juga ikut andil dalam mempengaruhi perbedaan pH.
Hal tersebut bisa terjadi karena proses pembuatan stok maupun buffer adalah
dengan mencampur asam glasial yang dilakukan pada lemari asam. Proses
penambahan asam glasial hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena merupakan
reaksi eksoterm yang dapat melepas energy panas. Sehingga mempengaruhi
temperatur larutan dan pH larutan (Muzamil, 2015)
Meskipun dari tabel diketahuai bahwa adanya perbedaan hasil pengukuran
antara pH meter di laboratorium biokimia dan FALITMA, berdasarkan teori pH
meter yang telah dilakukan kalibrasi dengan larutan pH standar seharusnya
memiliki nilai pengukuran pH yang sama asalkan alat tersebut tidak rusak dan rutin
dirawat kemudian dalam penyimpanannya ketika tidak digunakan direndam dalam
larutan KCl yang netral, sehingga alasan yang paling mungkin ada ketika hasilnya
berbeda antara alat phMeter adalah factor praktikan yang kurang teliti dalam
membuat larutan stok atau buffer (Behnood. 2016).
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa: (1) Larutan buffer merupakan larutan yang penting dalam menjaga
keseimbangan pH senyawa biologi baik dalam dalam tubuh maupun dalam
penelitian ilmiah; (2) Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan
kolorimeter dan potensiometer; (3) Pengerjaan yang tidak teliti akan memberikan
hasil yang kurang akurat. Dalam hal ini, penimbangan zat, pembuatan larutan,
kebersihan alat dan suhu harus tepat dan terjaga sehingga perubahan pH suatu
larutan dapat diminimalisir.
14
F. Daftar Pustaka
Ali Behnood. 2016. Methods for measuring pH in concrete: A review. 0950-
Journal Elsevier Ltd.
http://dx.doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2015.12.032
Barret kim. 2010. Ganongs Review of Medical Physiology 23th edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc. New York
Martin Blek. 2010. Real and Virtual pH-meter in Early Chemistry Education.
Krakow: Pedagogical University in Cracow, 2010, p. 40 43. ISBN
978-83-7271-636-1
Peter H. Raven. 2011. Biology 9th edition. McGraw-Hill Companies, Inc. New
York
15
LAMPIRAN
1. Pembuatan Larutan Dapar 1
a) Pembuatan 0,1 M larutan buffer asetat pH 4 sebanyak 100 ml (0,1 l)
dengan pKa 4,77 dan bahan yang tersedia adalah 0,2 M larutan asam asetat
dan 0,2 larutan natrium asetat.
Konsentrasi bahan yang diperlukan:
[Garam]
pH = pKa + log [Asam]
[G]
4 = 4,77 + log [A]
[G]
(-0,77) = log [A]
[G]
[A]
= anti log (-0,77)
=0,1698
Diasumsikan [G] = 0,1698
[A] = 1
[Total] = 1,1698
Jadi dalam 0,1 M buffer asetat pH 4:
Konsentrasi natrium asetat yang diperlukan:
0,1698
x 0,1 M = 0,0145 M
1,1698
Asam asetat
Jumlah mol = M xV = 0,0855 M x 0,1 l = 0,00855 mol
16
Karena yang tersedia adalah larutan 0,2 M asam asetat, maka
diperlukan:
mol 0,00855 mol
Vol = = = 0,04275 = 42,75 ml
M 0,2 M
=1,698
Diasumsikan [G] = 1,698
[A] = 1
[Total] = 2,698
Jadi dalam 0,1 M buffer asetat pH 5:
Konsentrasi natrium asetat yang diperlukan:
1,698
x 0,1 M = 0,0629 M
2,698
17
Asam asetat
Jumlah mol = M xV = 0,0370 M x 0,1 l = 0,0037 mol
Karena yang tersedia adalah larutan 0,2 M asam asetat, maka
diperlukan:
mol 0,0037 mol
Vol = = = 0,0185 = 18,53 ml
M 0,2 M
=16,9824
Diasumsikan [G] = 16,9824
[A] = 1
[Total] = 17,9824
Jadi dalam 0,1 M buffer asetat pH 6:
Konsentrasi natrium asetat yang diperlukan:
16,9824
x 0,1 M = 0,0944 M
17,9824
18
mol 0,00944 mol
Vol = = = 0,0472 l = 47,22 ml
M 0,2 M
Asam asetat
Jumlah mol = M xV = 0,005561 M x 0,1 l = 0,0005561 mol
Karena yang tersedia adalah larutan 0,2 M asam asetat, maka
diperlukan:
mol 0,0005561 mol
Vol = = = 0,00278 = 2,78 ml
M 0,2 M
= 6,310
Diasumsikan [HPO4] = 6,310
[H2PO4] = 1
[Total] = 7,310
Jadi dalam 0,1 M buffer fosfat pH 7,5:
Konsentrasi sodium-dihidrogen fosfat dihidrat yang diperlukan:
6,310
x 0,1 M = 0,0863 M
7,310
19
Bahan yang diperlukan (dalam ml):
Sodium-dihidrogen fosfat dihidrat
Jumlah mol = M xV = 0,0863 M x 0,1 l = 0,00863 mol
Karena yang tersedia adalah larutan 0,2 M sodium-dihidrogen fosfat
dihidrat, maka
diperlukan:
mol 0,00863 mol
Vol = = = 0,04315 l = 43,15 ml
M 0,2 M
= 1,995
Diasumsikan [HPO4] = 1,995
[H2PO4] = 1
[Total] = 2,995
Jadi dalam 0,1 M buffer fosfat pH 7:
Konsentrasi sodium-dihidrogen fosfat dihidrat yang diperlukan:
1,995
x 0,1 M = 0,0666 M
2,995
20
1
x 0,1 M = 0,0333 M
2,995
21
Jadi, untuk membuat larutan stok 0,2 M CH3COOH sebanyak 100 ml
diperlukan bahan sebanyak 1,14 ml dan diencerkan dalam akuades.
4. Pembuatan larutan stok 0,2 M natrium asetat (CH3COONa) sebanyak 100
ml dengan BM = 82,03.
Diketahui: M = 0,2 M
V = 100 ml = 0,1 l
BM = 82,03 gr/mol
Ditanya: Massa bahan = ...?
Jawab:
n=MxV Massa = n x BM
= 0,2 M x 0,1 l = 0,02 mol x 82,03 gr/mol
= 0,02 mol = 1,64 gr
Jadi, massa bahan yang diperlukan untuk membuat larutan stok 0,2 M
CH3CONa sebanyak 100 ml adalah 1,64 gr.
22
V = 100 ml = 0,1 l
BM = 177,99 gr/mol
Ditanya: Massa bahan = ...?
Jawab:
n=MxV Massa = n x BM
= 0,2 M x 0,1 l = 0,02 mol x 177,99 gr/mol
= 0,02 mol = 3,56 gr
Jadi, massa bahan yang diperlukan untuk membuat larutan stok 0,2 M
sodium-di hidrogen fosfat dihidrat (Na2HPO4.2H2O) sebanyak 100 ml
adalah 3,56 gr.
23
4. Hasil Pengukuran pH
24
Gambar 7: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 8: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 4 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 4
Gambar 9: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 10: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 5 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 5
Gambar 11: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 12: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 6 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 6
25
Gambar 13: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 14: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 7 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 7
Gambar 15: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 16: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 8 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 8
26
Gambar 17: hasil pengukuran larutan buffer Gambar 18: hasil pengukuran larutan
dengan menggunakan pH meter kelompok 9 buffer dengan menggunakan kertas
indikator universal kelompok 9
Gambar 19: hasil pengukuran larutan Gambar 20: hasil pengukuran larutan buffer dengan
buffer dengan menggunakan pH meter menggunakan kertas indikator universal kelompok
kelompok 10 10
27