Anda di halaman 1dari 20

MONITORING

dan
EVALUASI
Maksud dan tujuan

adalah untuk melakukan


pemantauan secara rutin atau
berkala upaya-upaya program
yang dilakukan untuk menilai atau
mengukur keberhasilan kegiatan
yang dilaksanakan
Monitoring
1. Kebijakan
2. Pengorganisasian
3. Pengelolaan bantuan
4. Sistem informasi
5. Gizi darurat
6. Surveilans
7. Pertemuan koordinasi
8. Pelayanan mobil klinik
Kebijakan
1.1. Kebijakan Umum

Penanganan bencana dan kedaruratan harus


dilakukan secara menyeluruh dan terpadu
dengan lebih menekankan aspek penangangan
bencana ke upaya penanggulangan kedaruratan
yang memerlukan kecepat-an dan ketepatan
bertindak.

1.2. Kebijakan Bidang Kesehatan


1. Penanggung jawab kesehatan dalam penanganan
bencana di tingkat Pusat adalah Menteri Kesehatan.
2. Penanggung jawab kesehatan dalam penangangan
bencana di tingkat Provinsi adalah
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
3. Penanggung jawab kesehatan dalam penangangan
bencana di tingkat Kabupaten/ Kota adalah Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Pelayanan kesehatan darurat untuk korban bencana (Pos
Kesehatan 24 jam, mobile clinic, field hospital)
5. Pelayanan kesehatan rujukan.
6. Setiap korban bencana mendapatkan pelayanan
kesehatan sesegera mungkin secara manusiawi dan optimal.
7. Penanganan korban di sarana pelayanan kesehatan adalah
gratis (dijamin Pemerintah).
8. Obat dan logistik kesehatan (buffer stock, persediaan obat
dan logistik kesehatan di daerah tidak boleh kosong,
Pusat dapat memberikan obat dan logistik kesehatan
langsung ke daerah bencana, apabila
persedian obat dan logistik kesehatan di daerah habis).
9. Gizi (PMT bubur susu/biskuit) dan tetap memberikan ASI
kepada bayi.
10. Kesehatan reproduksi.
11. Kesehatan jiwa.
12. Mobilisasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
13. Dalam melaksanakan tugasnya tenaga kesehatan harus
bebas dari ancaman bahaya dan mendapatkan
perlindungan dari organisasi profesi sesuai
dengan keahliannya.
14. Pemberian insentif dan pengurangan masa tugas bagi tenaga
kesehatan yang bekerja di daerah bencana.
15. Memobilisasi sumber daya, termasuk yang ada di pusat-
pusat regional bila diperlukan.
16. Prioritas yang mengarah pada kebutuhan khusus pada
kelompok yang rentan termasuk anak-anak,
perempuan, lansia, penyandang cacat dan pengungsi.
17. Koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk
menjamin semua prioritas kesehatan masyarakat telah
tercakup.
Pengorganisasian
2.1. Pengorganisasian Nasional
Berdasarkan Undang-Undang No.24 Tahun 2007Tingkat Pusat
dibentuk Badan Koordinasi Nasional Penangangan
Bencana (BAKORNAS PB) yang diketuai oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia dan Menteri Kesehatan menjadi anggotanya.
Tingkat Provinsi dibentuk Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan
Bencana (SATKORLAK PB) yang diketuai oleh Gubernur dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsimenjadi anggotanya.
Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Satuan Pelaksana
Penanganan Bencana (SATLAK PB) yang diketuai oleh
Bupati/Walikota dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menjadi anggotanya.
Tingkat kecamatan dibentuk satuan tugas penangan bencana
(SATGAS PB) yang diketuai oleh Camat dan kepala puskesmas
menjadi anggotanya
2.2. Pengorganisasian Bidang Kesehatan

Berikut kegiatan pengorganisasian di bidang kesehatan.


Pelaksanaan tugas penangangan bencana di lingkungan
Departemen Kesehatan dikoordinasi oleh
Sekretaris Jenderal melalui Pusat Penanggulangan Krisis.
Pelaksanaan tugas penangangan bencana di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi dikoordinasi oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala Dinas Kesehatan.
Pelaksanaan tugas penangangan bencana di lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dikoordinasi oleh pejabat
yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Pelayanan kesehatan penangangan bencana dan
pengungsi di lokasi kejadian di bawah tanggung jawab Kepala
Dinas Kesehatan sedangkan Kepala Puskesmas sebagai
pelaksana tugas Dinas Kesehatan.
Pengelolaan Bantuan
3.1. Organisasi pelaksana kegiatan

Berikut organisasi yang melaksanakan kegiatan


pengelolaan bantuan:
Pos Pengumpul dan Penyalur Bantuan.
Pos Koordinator Pengumpul dan Penyalur Bantuan
pada Satlak/Satkorlak/Bakornas PB.
Pos Sub Koordinator Pengumpul dan Penyalur
Bantuan pada Departemen Luar Negeri, yang khusus
menangani bantuan yang berasal dari luar negeri.
Pos Pengumpul dan Penyalur Bantuan Daerah
Bencana yang berada di lokasi wilayah bencana.
3.2. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan
bantuan, antara lain:
Penerimaan bantuan baik dari
masyarakatumum, masyarakat internasional,
instansi pemerintah, pemerintahan negara
sahabat, lembaga swadaya masyarakat dalam dan
luar negeri serta organisasi non pemerintah (NGO).
Penyimpanan bantuan sebelum disalurkan,
penilaian bantuan, konversi bantuan dan eliminasi
nilai bantuan.
Penyaluran bantuan dari donor kepada masyarakat
korban bencana harus sesuai dengan sasaran.
3.3. Fungsi

Fungsi yang dijalankan organisasi pelaksana di


dalam pengelolaan bantuan, antara lain:
Fungsi pencatatan atas setiap penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran bantuan.
Fungsi pelaporan atas pelaksanaan kegiatan
penerimaan dan penyaluran bantuan.
Fungsi pertanggungjawaban atas seluruh
kegiatan penerimaan dan penyaluran bantuan.
3.4. Formulir

Formulir yang digunakan di dalam pengelolaan


bantuan:

Dirancang dan diberlakukan untuk masing-masing


unit organisasi, fungsi serta setiap kegiatan
yang dilaksanakan.
Mencakup formulir untuk pencatatan, pelaporan
dan pertanggungjawaban atas kegiatan
penerimaan, penyimpanan serta penyaluran
bantuan, baik untuk organisasi di tingkat
kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.
Sistem Informasi
Sistem informasi yang ada dalam kegiatan pemantauan
dan evaluasi, antara lain:
Sistem informasi telah terselenggara.
Sistem informasi telah mencakup wilayah dan
populasi yang cukup.
Sistem informasi mampu memproduksi indikator
status kesehatan, ketersediaan sumberdaya dan
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
kesehatan.
Informasi bagi komunitas bantuan kemanusiaan
dan negara tetangga dalam program atau upaya yang
dilakukan di daerah bencana.
Gizi Darurat
Pemantauan dan evaluasi ditujukanuntuk
menilai perubahan yang terjadi terhadap status
gizi pengungsi. Pemantauan dan evaluasi terdiri
dari:
Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan
setiap bulan dengan menggunakan KMS.
Penilaian keadaan gizi seluruh balita setelah
periode tertentu (3 bulan) untuk dibandingkan
dengan data dasar.
Surveilans
Untuk mengetahui keberhasilan maupun
kendala dalam manajemen kegiatan surveilans
epidemiologi sebaiknya dilakukan monitoring
terutama terhadap proses dan
keluaran kegiatan surveilans epidemiologi
bencana secara keseluruhan. Dengan
monitoring kelemahan akan segera diketahui
dan segera dilakukan perbaikan,
sedangkan melalui evaluasi dapat ditentukan
perbaikan strategi penyusunan perencanaan.
Pertemuan Koordinasi

Dalam monitoring perkembangan penanggulangan


krisis kesehatan akibat bencana pada saat
tanggap darurat, dilakukan pertemuan
koordinasi internal kelompok kesehatan (cluster
meeting) maupun pertemuan eksternal yang
melibatkan lintas sektor yang terkait dengan
bencana.
Pelayanan Mobil Klinik
Dalam situasi bencana, banyak sarana pelayanan
kesehatan yang rusak dan tidak berfungsi
akanmengakibatkan semakin sulitnya
akses pelayanan
kesehatan. Untuk memonitor penderita
yang telah berobat di RS, Puskesmas, Pos
Kesehatan serta memantau kondisi
para korban bencana di daerah pengungsian
dan yang masih bertahan di rumah yang tidak
layak huni, perlu dilakukan pelayanan mobil
klinik.
Kegiatan mobil klinik adalah:
Pemantuan dan perawatan penderita
pasca operasi/perawatan
Pemantuan status immunisasi
Deteksi dini KLB
Rujukan
EVALUASI
Maksud dilakukan evaluasi adalah
adanya penilaian terhadap penanganan
krisis kesehatan yang telah dilakukan oleh
masing-masing penanggungjawab
program sesuai dengan tingkatan
administratif sehingga hasil akhirnya
meningkatnya efisiensi dan efektifitas
keberhasilan program. Penilaian ini
dilakukan dengan standar yang sudah baku
oleh pihak ketiga.

Anda mungkin juga menyukai