Anda di halaman 1dari 23

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


STATUS ILMU PENYAKIT BEDAH
7 AGUSTUS - 14 OKTOBER 2017
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Nama Mahasiswa : Maulidin Tubagus Adriansyah Tanda Tangan


NIM : 112015300
Dokter pembimbing : Dr. Junior P.I.S SpBS ....................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. MHR Pendidikan : SMA


TTL : 02 Desember 1998 Agama : Islam
Umur : 18 tahun Suku Bangsa : Jawa
Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 4755668
Pekerjaan :-
Alamat : Jekulo, Kudus

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 10 Agustus 2017 di Bangsal Kana RS.
Mardi Rahayu pukul 13.00 WIB.

Keluhan Utama:
Anggota gerak bawah tidak dapat digerakkan ± 6 jam SMRS.

Keluhan Tambahan:

Nyeri pada bagian tungkai kaki kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

1
Os dibawa ke IGD RS Mardi Rahayu oleh keluarga dengan keluhan kedua anggota gerak
bawah tidak dapat digerakkan sejak ± 6 jam SMRS. Os juga mengeluhkan bahwa kedua tungkai
terasa nyeri. Pasien terjatuh dari lantai 2 rumah ketika sedang bekerja, kira-kira jatuh dari
ketinggian ± 4 meter dengan posisi terduduk. Pasien sedang membantu memasang genteng
dirumahnya. Setelah jatuh dari ketinggian, Os tidak kehilangan kesadaran dan masih ingat
kronologi kejadian saat terjatuh. Keluhan kesemutan pada kaki, nyeri kepala, kepala berputar,
kejang, penurunan kesadaran, keluar cairan dari hidung dan telinga serta mual muntah disangkal
pasien. BAB dan BAK lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu:


a. Umum :
- Hipertensi : Tidak Ada
- Kencing Manis : Tidak Ada
- Asma : Tidak Ada
- Gastritis : Tidak Ada
- Alergi Obat : Tidak Ada

Riwayat Keluarga
- Tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Penyakit dahulu :-
b. Trauma dahulu :-
c. Operasi :-
d. Sistem saraf :-
e. Sistem kardiovaskular :-
f. Sistem gastrointestinalis :-
g. Sistem urinarius :-
h. Sistem genitalis :-
i. Sistem musculoskeletal :-

III. Pemeriksaan Fisik


Senin, 10 Agustus 2017, jam 14.00 WIB di ruang Kana (Hari Perawatan ke-18)

1. Status Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5, GCS 15

2
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, irama reguler
Nafas : 21 x/menit
Suhu : 36,5ºC
SpO2 : 100%

 Kulit : Turgor baik, warna sawo matang, akral hangat.


 Kepala : Normosefalus, simetris
 Muka : Simetris
 Mata : Pendarahan subkonjungtiva (-/-) konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+),
 Kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe
 Hidung : Normoceptal, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada sekret
 Leher : KGB tidak teraba membesar
 Thorax
o Inspeksi : tampak simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
sela iga (-), pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
o Palpasi : sela iga tidak melebar, tidak teraba massa, teraba ictus cordis
pada 1 cm sebelah medial linea midklavikula sinistra ICS IV.
o Perkusi
- Paru-paru : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati normal.
- Jantung : Perkusi pekak
o Auskultasi
- Paru-paru : Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
- Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
o Inspeksi : datar, caput medusa (-)
o Auskultasi : bising usus normal
o Palpasi : dinding abdomen lemas, hepar dan limpa tidak teraba,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba ballotement.
o Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, Shifting dullness (-)
 Ekstremitas : edema -/-, akral hangat.

2. Status Neurologikus
a. Kepala

3
i. Bentuk : Normocephal
ii. Nyeri tekan :-
iii. Simetris : Simetris
b. Leher
i. Sikap : Simetris
ii. Pergerakan : Bebas
iii. Kaku :-

c. Anggota gerak
1. Anggota gerak atas
a. Motorik kanan kiri
Pergerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil tidak dilakukan tidak dilakukan
Nyeri + +
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi tidak dilakukan tidak dilakukan
c. Refleks kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
2. Anggota gerak bawah
a. Motorik kanan kiri
Pergerakan Terbatas Terbatas
Kekuatan 0 0
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil tidak dilakukan tidak dilakukan

4
Nyeri - -
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi tidak dilakukan tidak dilakukan
c. Refleks kanan kiri
Patella - -
Achilles - -

IV. STATUS LOKALIS


Vertebra dan Tungkai
 Vertebra : Bentuk normal, simetris, luka post laminektomi (+)
 Tungkai : Warna kulit sawo matang, tidak teraba massa, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak terdapat luka.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan X Foto Thorax AP
Tanggal Periksa : 3 Agustus 2017

5
6
Cor : CTR tak dinilai, bentuk dan letak dalam batas normal
Pulmo : Tak tampak kesuraman pada paru. Corakan bronkovaskuler normal, diafragma
kanan dan kiri normal

Kesan:
Cor : Tak membesar
Pulmo : Aspek tenang (tak tampak contusio paru). Tak tampak fraktur costae – ossa
torakalis.

X Foto Lumbosakral AP Lateral


Tanggal Periksa: 29 Juli 2017

7
- Struktur tulang V Lumbosakral baik
- Alignment tak baik, listhesis T12-L1 baik, tak tampak skoliosis
- Tampak kompresi korpus VL-1 dengan pergeseran korpus L1 ke posterior
- Diskus intervertebralis T12-L1, L1-2 menyempit
- Foramen intervertebralis tidak menyempit
- Tak tampak osteofit
- Pedikel dan prosesus spinosus baik
Kesan:
- Fraktur kompresi korpus L-1 dengan listhesis T12-L1 (pergeseran ke posterior corpus
L1)
- HNP T12-L1, L1-2.

X Foto V Lumbal AP Lateral


Tanggal Periksa: 4 Agustus 2017

8
- Struktur tulang V Lumbal baik
- Alignment baik, tak tampak listhesis maupun skoliosis
- Tampak kompresi korpus V Lumbal 1
- Diskus intervertebralis tak menyempit
- Foramen intervertebralis tak menyempit
- Pada post pemasangan sub laminer wire tampak posisi optimal
- Pedikel dan prosesus spinosus baik
Kesan:
Post pemasangan sub laminer wire pada setinggi V TH 11 s/d VL 4. Kedudukan baik.

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Tanggal 26 Juli 2017
Hemoglobin : 14.5 g/dL (N= 13.2 - 17.3 g/dL)
Leukosit : 19.00 /ul (N= 3.600 – 11.000/ul)
Trombosit : 221/ul (H) (N= 229000 – 553000/ul)
Hematokrit : 41.40 % (N= 31 – 41%)

CT/BT : 5.00 / 1.30

Natrium : 137,8 mmol/L


Kalium : 4.28 mmol/L

Gol. darah : O rhesus negatif


HbsAg Stik : Negatif

VII. RESUME
Os dibawa ke IGD RS Mardi Rahayu oleh keluarga dengan keluhan kedua anggota gerak
bawah tidak dapat digerakkan sejak ± 6 jam SMRS. Os juga mengeluhkan bahwa kedua tungkai
terasa nyeri. Pasien terjatuh dari lantai 2 rumah ketika sedang bekerja, kira-kira jatuh dari
ketinggian ± 4 meter dengan posisi terduduk. Setelah jatuh dari ketinggian, Os tidak kehilangan
kesadaran dan masih ingat kronologi kejadian saat terjatuh.
1. Berdasarkan pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran E4M6V5 , frekuensi nadi: 88 kali/menit,
frekuensi nafas: 21 kali/menit, suhu tubuh : 36,50C
 Kepala: normocephal

9
 Vertebra : normal
 Mata: isokor, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)
 Motorik sensorik: pada kedua ekstremitas inferior gerak aktif pasif tidak baik, refleks
fisiologis (-), reflek patologis (-)
 Status lokalis: Luka post laminektomi (+)
2. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 19.00/uL
3. Pada pemeriksaan X Foto Lumbosakral AP Lateral, ditemukan :
- Fraktur kompresi korpus L-1 dengan listhesis T12-L1 (pergeseran ke posterior corpus
L1)
- HNP T12-L1, L1-2

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Spinal Cord Injury et Causa Fraktur Vertebra L1
Dasar Diagnosis:
 Motorik sensorik: pada kedua ekstremitas inferior gerak aktif pasif tidak baik,
refleks fisiologis (-), reflek patologis (-)
 Pada pemeriksaan X Foto Lumbosakral AP Lateral, ditemukan Fraktur kompresi
korpus L-1 dengan listhesis T12-L1 (pergeseran ke posterior corpus L1) dan
terdapat HNP T12-L1, L1-2.

IX. DIAGNOSIS BANDING


 Guillain barre syndrome
 Mielitis Transversa

X. PEMERIKSAAN ANJURAN
CT Scan Lumbal

XI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Manitol 4x125mg
Cefixime 2x1gr
Asam traneksamat 3x500mg
Ketorolac 2x1amp

Non Medikamentosa:
Laminektomi
GB

XII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam

10
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra

11
Gambar 1. Anatomi Vertebra.1

Vertebra adalah tulang yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33
vertebra pada manusia, 7 ruas vertebra cervicalis, 12 ruas vertebra thoracalis, 5 ruas vertebra
lumbalis, 5 ruas vertebra sacralis yang membentuk os sacrum, dan 4 ruas vertebra coccygealis
yang membentuk os coccygeus.2
Sebuah vertebra terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari corpus
vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh
dua “kaki” atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni
procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk
lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan
membentuk saluran sebagai tempat medulla spinalis. Di antara dua vertebra dapat ditemui celah
yang disebut foramen intervertebrale. Dan di antara satu corpus vertebra dengan corpus vertebra
lainnya terdapat discus intervertebralis.2
a. Vertebra Cervicalis
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 2
 Corpus vertebra kecil, pendek, dan berbentuk segiempat.
 Foramen vertebra berbentuk segitiga dan besar.
 Processus transversus terletak di sebelah vertebra processus articularis.
 Pada processus transversus terdapat foramen costotransversarium, dilalui oleh arteri dan
vena vertebralis.
 Processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterius dan tuberculum
posterius yang dipisahkan oleh sulcus spinalis, dilalui oleh nervus spinalis.
 Processus spinosus pendek dan bercabang dua.
b. Vertebra Thoracalis
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 2
 Corpus vertebra berukuran sedang, berbentuk seperti jantung, bagian anterior lebih rendah
daripada bagian posterior.
 Foramen vertebra bulat.
 Processus spinosus panjang dan runcing.
 Pada processus transversus dan pada corpus vertebra terdapat fovea costalis, tempat
perhubungan dengan costa.
c. Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, corpusnya sangat besar dibandingkan
dengan corpus vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti ginjal melintang, processus

12
spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, processus tranversusnya panjang dan
langsing, ruas ke lima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo sakral. (2)
d. Vertebra Sacralis
Terdiri atas 5 ruas tulang yang saling melekat menjadi satu membentuk os sacrum. Os sacrum
berbentuk segitiga, dasarnya berada di sebelah cranial, disebut basis ossis sacri, dan
puncaknya berada di bagian caudal, disebut apex ossis sacri. (2)
e. Vertebra Coccygeus
Terdiri atas 4 ruas yang melekat menjadi satu tulang. Vertebra coccygeus I masih mempunyai
sisa-sisa processus transversus, membentuk cornu coccygeus. (2)

2.2 Definisi
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur,sebagaimana yang dikemukakan para ahli
melalui berbagai literature.1 Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000)
fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa
fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang
yang berlebihan. Jadi fraktur servikal adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas servikal.1

2.3. Etiologi
Cedera spinal terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai servikal dan
lulmbal. Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang. Di
daerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur thoraks.3
Kelainan dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi atau kominutif dan dislokasi,
sedangkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan
melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah atau perdarahan.3
Kelainan sekunder dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan
oleh hipotensi, udem atau kompresi.3
Kerusakan pada spinal merupakan kerusakan permanen karena tidak ada regenerasi dari
jaringan saraf.3

2.4. Epidemiologi

13
Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker
dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini
karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-
laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury
disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi
fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama
pada usia dekade 3.4

2.5.Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.5
Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan
proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan
dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin
pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.5

2.6 Gambaran Klinis


Gambaran klinis tergantung dari letak dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan
melintang memberikan gambaran hilangnya fungsi motork maupun sensorik kaudal dari tempat
kerusakan disertai syok spinal. Syok spinal terjadi Karena hilangnya rangsang yang berasal dari
pusat. Peristiwa ini umumnya terjadi selama satu hingga enam minggu. Tandannya adalah
kelumpuhan flasid, anesthesia, arefleksia, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi rectum dan
kandung kemih, priapismus, bradikardia dan hipotermal. Setelah syok spinal pulih akan terdapat
hiperrefleksia.2

14
Sindrom sumsum tulang belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik
dibawah tempat kerusakan disetai hilangnya sensasi nyeri dan suhu ada kedua sisinya, sedangkan
sensari raba dan posisi tidak tergnaggu.4
Cedera sumsum tulang belakang sentral jarang terjadi. Pada umumnya terjadi akibat
cedera di daerah servikal dan disebabakan hiperekstensia mendadak sihingga sumsum tulang
belakang terdesak oleh ligamentum flavum yang terlipat. Gambaran klinis berupa tetraparese
parsial. Gangguan pada ekstremitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas sedangkan
daerah perianal tidak terngnanggu.4
Sindrom brown-sequard disebabkan oleh kerusakan paruh lateral sumsum tlang belakang.
Sindrom ini jarang ditemukan gejalanya burupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi
pada posisi ipsilateraldi kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.4
Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia perianaal,
ganggguan fungsi defleksi, miksi,impotensi, serta hilangnya reflex anal dan reflex
bulbokavernosa.4
Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung
konus medularis dan menyebabkan leumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang mirip
dengan sindrom konus medularis.4
2.7 Diagnosis
Pada penderita yang masih sadar, cedera spinal mudah dikenali dengan menilai keluhan
dan melakukan pemeriksaan terhadap kelainan yang terjadi; misalnya penderita mengeluh sakit
sepanjang kolumna vertebra, mengeluh baal, kebas hingga lumpuh pada anggota gerak tertentu.
Namun pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran hingga koma akan sulit menilai
keluhan dan melakukan pemeriksaan klinis sehingga kita selalu melakukan praduga positif dan
melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang.1
Beberapa keadaan yang harus dicurigai sebagai cedera spinal dan harus dikelola sebagai
cedera spinal adalah1 :
 Semua penderita pasca trauma yang tidak sadar
 Penderita yang mengalami gejala neurologis
 Penderita yang mengeluh nyeri gerak dan nyeri tekan pada sepanjang daerah spinal
 Penderita yang jatuh dari ketinggian
 Penderita multiple trauma akibat kecelakaan lalulintas

15
2.8 Klasifikasi Cedera Medulla Spinalis
Cedera medulla spinalis diklasifikasikan berdasarkan level, beratnya deficit neurologis,
sindroma medulla spinalis dan morfologi.1,4
Level
Level neurologis adalah segmen paling kaudal yang masihmemiliki fungsi sensorik dan
motorik nomal di kedua sisi tubuh. Pada cedera komplit bila ditemukan kelemahan fungsi
sensorik dan/atau motorik dibawah segmen normal terendah. Hal ini disebut dengan zona
preservasi parsial. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya penen tuan level trauma pada kedua sisi
sangat penting.1,4
Perbedaan yang jelas terjadi antara lesi diatas dan di bawah T1.cedera pada 8 segmen
medulla spinalis servikal akan menyebabkan tetraplegi dan lesi di bawah T1 akan menyebabkan
paraplegi. Level tulang trauma adalah tulang vertebra yang mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan kerusakan medulla spinalis. Semakin kaudal suatu cedera, semakin jelas
perbedaan yang terjadi. 1,4
Beratnya Defisit Neurologis
Cedera medulla spinalis dibagi menjadi :
 Paraplegi inkomplit
 Para plegi komplit
 Tetraplegi inkomplit
 Tetraplegi komplit

Sangat penting untuk mencari tanda-tanda adanya preservasi fungsi dari semua jenis
medulla spinalis. Adanya fungsi mototrik atau sensorik di bawah level trauma menunjukkan
adanya cedera inkomplit. Tanda – tanda cedera inkomplit meliputi adanya sensasi atau gerakan
volunteer di sektremitas bawah, sacral sparing, kontraksi sfingter ani volunteer, dan fleksi ibu
jari kaki volunteer. Reflex sacral. Seperi reflex bulbokavernosus atau kerutan anas, tidak
termasuk1,4
Sindrom medulla spinalis
Central cord syndrome ditandai dengan hilangnya kekuatan motorik lebih banyak pada
ekstremitas atas dibandingkan dengan ekstremitas bawah, dengan kehilangan sensorik bervariasi.

16
Biasanya sindrom ini terjadi setelah adanya trauma hiperekstensi pada pasien yang mengalami
kanalis stenosis servikal sebelumnya. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat jatuh ke depan
dengan dampak pada daerah wajah. Dapat terjadi dengan atau tanpa fraktur tulang servikal atau
dislokasi. Perbaikan biasanya mengikuti pola yang khas, ekstremitas bawah mengalami
perbaikan lebih dahulu diikuti dengan fungsi kandung kemih dan ekstremitas atas serta tangan
terakhir. Central cord syndrome diperkirakan terjadi akibat gangguan vascular di daerah yang
diperdarahi oleh arteri spinalis anterior. Arteri ini member suplai ke daerah sentral medulla
spinalis. Karena serabut motorik disegmen servikal secara topografis tersusun kearah sentral
medulla spinalis, lengan serta tangan adalah yang terpengaruh paling parah. 1,4
Natrioe cord syndrome adalah ditandai dengan paraplegi dan kehilangan sensorik
disosiasi dengan hilangnya snssasi nyeri dan suhu. Fungsi kolumna posterior teteap bertahan.
Biasanya anterior cord syndrome disebabkan infark pada daerah medulla spinalis yang
diperdarahi oleh arteri spnalis anterior. Prognosis sindrom ini paling buruk dibandingkan cedera
inkomplit lainnya. 1,4
Sindrom brown sequerd terjadi akibat hemiseksi medulla spinalis, biasanya terjaid akibat
trauma tembus. Sindrom ini terdiri dari kehilangna motorik ipsilateral dan hilangnya sensasi
posis, disertai hilangnya sensasi suhu serta nyeri kontrolateral mulai satu atau dua level di bawah
level trauma. 1,4
Jenis spesifik cedera spinal
Cedera sevikal dapat terjadi akibat salah satu atau kombinasi dari mekanisme trauma berikut
ini1,4 :
1. axial loading
2. fleksi
3. ekstensi
4. rotasi
5. lateral bending
6.distraksi

17
2.9 Klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanismenya
A. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma5,6 :
a. Trauma Hiperfleksi
1. Subluksasi anterior
Terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ; ligament
longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi
anterior adalah adanya angulasi ke posterior (kifosis) local pada tempat
kerusakan ligament. Tanda-tanda lainnya :
- Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
- Subluksasi sendi apofiseal

Gambar 1. Subluksasi anterior

2. Bilateral interfacetal dislocation


Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligament di
posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak diskolasi anterior korpus
vertebrae. Dislokasi total sendi apofiseal.

Gambar 2. Bilateral interfacetal


dislocation
3. Flexion tear drop fracture dislocation

18
Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada
ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior disertai fraktur
avulse pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak
tulang servikal dalam fleksi :
- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus
vertebrae
- Pembengkakan jaringan lunak pravertebral

Gambar 3. Flexion tear drop fracture dislocation

4. Wedge fracture
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan
kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.

Gambar 4. Wedge fracture


5. Clay shovelers fracture
Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligament posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus ; biasanya pada
CVI-CVII atau Th1.

19
Gambar 5. Clay Shovelers fracuter
b. Trauma Fleksi-rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi kerusakan
pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan
vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap dalam
posisi lateral.

Gambar 6. Trauma Fleksi-rotasi


a. Tampak Lateral b. Tampak AP c. Tampak oblik

c. Trauma Hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan prosessus spinosus.
Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak stabil karena
terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang
bersangkutan.
2. Hangmans fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3.

20
Gambar 7. Hangmans Fracture

d. Ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi
e. Kompresi vertical
Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus
oksipitalis, ke tulang leher.

1. Bursting fracture dari atlas (jeffersons fracture)

Gambar 8. Jeffersons fracture

2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

Gambar 8. Bursting fracture vertebra servical tengah & bawah


21
B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen
ligament-skeletal pada saat terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap lainnya.
Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis
anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen posterior tidak
rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah
contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan gerakan
normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla spinalis disebut tidak
stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.
Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiograf.
Pemeriksaan radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri.
Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu kompleks
posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna anterior).
Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut5,6 :
1. kolumna anterioryang terbentuk dari ligament longitudinal dan duapertiga bagian
anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis
2. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus vertebralis,
diskus dan annulus vertebralis
kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang
posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa. 5,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM.Sinopsis Ilmu Bedah Saraf : Trauma Spinal.


Sagung Seto.Jakarta : 2011. Hal 31-42
2. Schwartz.intisari Prinsip-prinsip Ilmu bedah edisi 6.penerbit buku kedokteran
EGC.1995.hal 626-630
3. De Jong,Wim. Buku ajar Ilmu bedah edisi 2. Cedera tulang belakang dan sumsum tulang.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2005. Hal 822

22
4. Hughes,Irvene. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) edisi 8. Trauma
tulang belakang dan medulla spinalis. Americam College of surgeons. Chicago : 2008.
Hal 185 - 202
5. Anonim. Fraktur Cervical. Last updated 5-09-2008. http://www.Dislokasi-interfasetal-
bilateral.html.
6. Moira Davinport. Fracture cervical spine. Last updated 30-04-2010. http://www.82340-
overview.htm.
7. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Cedera Spinal. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta : 2010. Hal 393 - 403

23

Anda mungkin juga menyukai