Anda di halaman 1dari 8

RUMAH SAKIT UMUM

TEUNGKU PEUKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


……. ……… 1/1

PANDUAN Ditetapkan,
PRAKTEK KLINIS Tanggal terbit Direktur

dr. Adi Arulan Munda

JUDUL EPILEPSI

DEFINISI Epilepsi: suatu keadaan yang ditandai oleh:


– bangkitan epilepsi berulang
– berselang > 24 jam
– yang timbul tanpa provokasi
Bangkitan epilepsi: manifestasi klinis yang
disebabkan oleh aktifitas listrik otak yang abnormal
dan berlebihan dari sekelompok neuron, yang
terjadi secara tiba-tiba dan sementara, berupa:
– perubahan prilaku yang stereotipik
– dapat menimbulkan gangguan kesadaran
– gangguan motorik, otonom ataupun psikik

ANAMNESA 1. Gejala sebelum, selama (iktus) dan paska


bengkitan
a. Sebelum bangkitan: gejala awitan (aura,
gerakan/ sensasi awal/ speech arrest)
b. Selama bangkitan (iktus)
 Keadaan saat bangkitan: duduk/ berdiri/
baring/ tidur/ berkemih
 Yang tampak saat bangkitan:
o pola/bentuk bangkitan (klasifikasi ILAE
1981): usia awitan, durasi, frekuensi,
interval terpanjang antar bangkitan,
apakah terdapat lebih dari satu pola
atau perubahan pola bangkitan
o vokalisasi, otomatisme, inkontinesia,
lidah tergigit, pucat, berkeringat,
deviasi mata
 Faktor pencetus: alkohol, kurang tidur,
alkohol
c. Keadaan paska bangkitan: bingung, terjaga,
nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, paresis
Todd
2. Riwayat-riwayat:
a. Pemakaian OAE: dosis, kombinasi terapi,
respons terapi, kadar OAE
b. Epilepsi pada keluarga
c. Saat dalam kandungan, kelahiran,
perkembangan anak dan bangkitan
neonatal/kejang demam
d. Penyakit yang diderita: neurologik (trauma
kepala, infeksi SSP, dll), psikiatrik maupun
sistemik yang kemungkinan jadi penyebab
e. Penyakit dalam keluarga: penyakit
neurologik, psikiatrik dan sistemik
PEMERIKSAAN Keadaan umum, kesadaran (Glasgow coma
FISIK
scale (GCS)/ kuantitas/ kualitas), tanda vital,
status generalisata dan status neurologis {kejang:
frekwensi, durasi, jenis (tonik, klonik, tonik klonik,
absans), status kesadaran saat dan setelah kejang,
ada tidaknya paralisis setelah kejang}. Tanda-tanda
gangguan yang berhubungan dengan epilepsi:
trauma kepala, infeksi telinga/ sinus, gangguan
kongenital, kecanduan alkohol/ obat terlarang,
kelainan pada kulit (neurofakomatosis), kanker.
KRITERIA Diagnosa ditegakkan atas dasar:
DIAGNOSIS
1. Adanya bangkitan epilepsi:
 berulang (minimum 2 kali)
 tanpa provokasi
 (dan berselang > 24 jam)
2. Dengan atau tanpa adanya gambaran
epileptiform pada EEG

Langkah menuju diagnosis:


1. Memastikan bangkitan merupakan bangkitan
epilepsi == melalui anamnese
2. Menentukan tipe/ jenis bangkitan epilepsinya
== klasifikasi ILAE 1981
3. Menentukan sindroma/ penyakit epilepsinya
(etiologi) == klasifikasi ILAE 1989 (penting
untuk prognosis dan respons terhadap OAE)
DIAGNOSA 1. Bangkitan Psikogenik
BANDING
2. Gerak Involunter (Tics, headnodding,
paroxysmalchoreaothethosis/ dystonia, benign
sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle
response, jitterness, dan lain - lain.)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop
attacks, TIA, TGA, narkolepsi, attention deficit).
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding,
hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking,
nightmares, confusion, sindroma psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala,
nyeri abdomen)
7. Keadaan episodik dari penyakit tertentu
(tetralogy speels, hydrocephalic spells, cardiac
arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic
paralysis, migren, dll)

PEMERIKSAAN Laboratorium (atas indikasi)


PENUNJANG
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa :
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium
dan magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya
Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbal Pungsi
Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan
kontras.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) :
merupakan pilihan utama untuk epilepsi.
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
5. Positron Emission Tomography (PET)
6. Single Photon Emission Computed Tomography
(SPECT)
Gold standard
1. EEG iktal dengan subdural atau depth EEG
2. Long term video EEG monitoring
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti
hypocampal sclerosis dan mesial temporal sclerosis.

TERAPI Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat


tergantung pada bentuk bangkitan dan sindroma
epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan
kemudahan pemakaiannya. Penggunaan terapi
tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama.
Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan
efek samping OAE yang timbul.
Antikonvulsion Utama
1. Fenobarbital : dosis 2 – 4 mg/kg BB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kg BB/hari
3. Karbamazepin : 20 mg/kg BB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kg BB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah
bangkitan pertama dibagi dalam 3 kategori :
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan
segera)
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes
Tanpa lesi struktural :
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara
sekandung (bukan orang tua).
b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas.
c. Riwayat bangkitan simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP.
e. Status epilepstikus pada awitan kejang
2. Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan
pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan
(diprovokasi) atau tanpa disertai faktor risiko di
atas.
3. Probably not treat (walaupun pengobatan jangka
pendek mungkin diperlukan)
a. Kecanduan alkohol
b. Ketergantungan obat-obatan
c. Bangkitan dengan penyakit akut (demam
tinggi, dehidrasi, hipoglikemia).
d. Bangkitan segera setelah benturan di kepala.
e. Sindroma epilepsi spesifik yang ringan,
seperti kejang demam, BECT.
f. Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur.
Tipe Bangkitan OAE lini OAE lini kedua
pertama
Bangkitan Fenitoin, Acetazolamide, clobazam
parsial karbamazepin clonazepam,
(sederhana atau (terutama untuk ethosuximide, felbamate
kompleks) CPS), asam gabapentin, lamotrigine
valproat levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin
topiramate, vigabatrin
phenobarbital, pirimidone

Bangkitan Karbamasepin, Idem di atas


umum sekunder phenitoin, asam
valproat

Bangkitan Karbamazepin, Acetazolamide, clobazam


umum tonik phenytoin, asam clonazepam,
klonik valproat, ethosuximide, felbamate
phenobarbital gabapentin, lamotrigine
levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin
topiramate, vigabatrin
pirimidone.
Bangkitan lena Asam valproat Acetazolamide, clobazam
ethosuximide clonazepam, lamotrigine
(tidak tersedia di phenobarbital, pirimidone
Indonesia)

Bangkitan Asam valproat Clobazam, clonazepam


mioklonik ethosuximide, lamotrigine
phenobarbital, pirimidone
piracetam.

Penghentian OAE : dilakukan secara bertahap


setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang, tergantung
dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang
diderita pasien (Dam, 1997). Penghentian OAE
dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan.
EDUKASI Memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga meliputi hubungan pasien dengan teman
dan lingkungan sekitar, pilihan pekerjaan, pilihan
jenis olah raga, aspek mengemudi serta kepatuhan
terhadap terapi yang dilakukan (konsumsi obat anti
epilepsi, efek samping obat, dan lain-lain)
PROGNOSIS Bergantung jenis epilepsi yang
diderita.
PENELAAH KRITIS Bagian neurologi

NILAI RUJUKAN
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). 2006. Buku Pedoman Standar
Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) Neurologi, Koreksi Tahun 1999
dan 2005. PERDOSSI, Jakarta.
2. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2011.
Pedoman Tata Laksana Epilepsi. PERDOSSI,
Jakarta.

Ketu Ya
a Komite Medik ng membuat

…………………………
…………………………………

Anda mungkin juga menyukai