Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT TEUNGKU PEUKAN ACEH

BARAT DAYA PANDUAN PRAKTIK KLINIS


(PPK)
SMF ILMU THT

TRAUMA WAJAH DAN MAKSILOFASIAL


 Fracture of skull and facial bones (ICD 10: S
02)
 Fracture of malar and maxillary bones (ICD
10:S 02.4)
 Fracture of other skull and facial bones (ICD
10:S 02.8)
 Fracture of skull and facial bones, part
unspecified (ICD 10:S 02.9)

Definisi Trauma wajah yang mengakibatkan fraktur yang


berhubungan dengan sistem pilar vertikal dan horizontal
pada sepertiga tengah wajah.

Anamnesa  Edema infra orbital


 Hipestesi cabang N.V2
 Maloklusi (Le Fort I – II)
 Epistaksis (Le Fort II – III)
 Kebocoran cairan otak (Le Fort III)
 Mekanisme trauma : tentang kekuatan, lokasi dan arah
benturan yang terjadi
 Cedera di bagian tubuh yang lain
 Riwayat perubahan status mental dan penuruna
kesadaran
 Adanya disfungsi yang berhubungan dengan jalan
nafas, penglihatan, syaraf otak ataupun pendengaran

Pemeriksaan Inspeksi :
fisik Evaluasi kelainan lokal berupa : luka, disproporsi, asimetri
wajah, adakah gangguan fungsi mata, gangguan oklusi,
trismus, paresis fasialis dan edema jaringan lunak serta
ekimosis.
Palpasi :
Di daerah supraorbital, lateral orbital rim, zygoma, infra
orbital, hidung, mandibula, sendi temporomandibular, palpasi
bimanual (ekstra – intra oral)
Pemeriksaan fisik dapat berupa :
1. Le Fort I :
Fraktur horizontal antara maksila dan palatum (Guerin
Fracture). Fraktur dapat kearah posterior melalui
Pterygoid Plate antara palatum dan maksila. Terdapat
mobilitas atau pergeseran arkus dentalis, maksila dan
palatum maloklusi gigi
2. Le Fort II :
Disebut juga sebagai fraktur piramid. Fraktur langsung
horizontal kearah muka yang mengenai dari dagu,
mandibula dan pertengahan muka. Fraktur mulai dari
os nasal melewati proses frontal os maxila dan os
lakrimal. Fraktur ke arah bawah mengenai dasar orbita
rim infraorbita dan dinding sinus maksila lateral. Le
Fort II sering melewati Pterygoid Plate.
 Palatum bergeser ke belakang
 Maloklusi gigi
 Deformitas Hidung dan Maksila
3. Le Fort III atau Craniofacial disjunction:
 Fraktur akibat benturan langsung ke arah
vertical buttresses dan sering bersamaan dengan
fraktur muka lainnya. Fraktur melewati sutura
nasofrontal proses frontal os maxilla, os lakrimal,
sinus etmod, lamina papirasea. Fraktur tiga arah
melewati dinding orbita lateral melalui sutura
zigofrontal melalui arcus zygoma melalui
Pterygoid Plate yang memisahkan muka dengan
dasar tengkorak.
 Terdapat mobilitas dan pergeseran kompleks
zigomatikomaksilaris
 komplikasi intrakranial misalnya : kebocoran
cairan serebrospinal melalui sel atap etmoid dan
lamina kribiformis.

Pemeriksaan
Penunjang Pemeriksaan radiologi:
1. Foto polos sinus paranasal : posisi Waters
2. Foto kepala lateral maupun servikal lateral
3. Tomografi komputer sinus paranasal dan wajah
3 dimensi
4. Rontgen toraks
Kriteria
1. Sesuai dengan kriteria anamnesis
Diagnosis
2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik
3. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan penunjang

Dignosis Kerja TRAUMA WAJAH DAN MAKSILOFASIAL :


Fracture of skull and facial bones (ICD 10: S 02)
Fracture of malar and maxillary bones (ICD 10:S
02.4) Fracture of other skull and facial bones
(ICD 10:S 02.8)
Fracture of skull and facial bones, part unspecified (ICD 10:S
02.9)

Diagnosa Fraktur Multiple Wajah


Banding
Terapi
1. Perbaikan keadaan umum
 Medikamentosa kausal
 Transfusi darah (bila perlu)
2. Operatif
Reduksi atau repair fraktur maksila dengan metode
Open Reduction Internal Fixation (ORIF): open
reduction of malar and zygomatic fracture (ICD 9CM:
76.72), open reduction of maxillary fracture (ICD 9CM:
76.73), open reduction of mandibular fracture (ICD
9CM: 76.76), other open reduction of facial fracture
(ICD 9CM: 76.79). Dapat berupa :
a. Le Fort I : Fiksasi interdental dan
intermaksilar selama 4 – 6 minggu
b. Le Fort II: Seperti Le Fort I disertai fiksasi
dari sutura zigomatikum atau rim orbita
c. Le Fort III: Reduksi terbuka dengan fiksasi
interdental dan intermaksilar, suspensi
dari sutura zigomatikum dan pemasangan
kawat dari rim orbita.
Dapat digunakan mini/microplate untuk
mobilisasi segmen fraktur sebagai
pengganti kawat. Bila dengan teknik diatas
tidak didapatkan fiksasi yang adekuat,
digunakan alat fiksasi eksterna untuk
membuat traksi lateral atau anterior.
Pemasangan arch bar/MMF/splint bila
terdapat displacement gigi, fraktur alveolar
atau maloklusi

Edukasi 1. Menjelaskan perjalanan penyakit dan komplikasi


yang dapat timbul
2. Menjelaskan indikasi operasi dan komplikasinya

Prognosis Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Penelaah Kritis KELOMPOK STUDI PLASTIK REKONSTRUKSI PERHATI--‐KL
Daftar Rujukan 1. Stack Jr BC. Ruggiero FP. Midface Fracture. In:
Johnson JT, Rosen CA eds. Bailey’s Head and Neck
Surgery--‐Otolaryngology Vol 1. Lippincot Williams and
Wilkins. Philadelphia. 2014:1209--‐24.
2. Doerr TD, Mathog RH. Le Fort Fractures (Maxillary
fractures). In: Papel ID, Frodel JL eds. Facial Plastic and
Reconstructive Surgery. Thieme. New York. 2008: 991--‐
1000.
3. Loyo M, Boahene KDO. Maxillary and Mandibular. In :
Sclafani AP. Sataloff’s Comprehensive Textbook Of
Otolaryngology Head and Neck Surgery Vol. 3. Jaypee.
New Delhi. 2016: 947--‐ 961.
4. Banks P, Brown A. Fractures of the facial skeleton.
Wright; 2001
5. International Classification of Diseases 10th
Revision (ICD 10). World Health Organization
6. International Classification of Diseases 9th Revision
Clinical Modification (ICD 9CM). World Health
Organization

Anda mungkin juga menyukai