PENDAHULUAN
1
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.2,3,4
Pertumbuhan dan maturasi organ dan alat-alat tubuh pada bayi berat lahir
rendah belum sempurna, akibatnya bayi berat lahir rendah sering mengalami
komplikasi dan infeksi yang dapat berakhir dengan kematian.Pada saat persalinan,
BBLR mempunyai resiko kurang menyenangkan, yaitu asfiksia atau gagal untuk
bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Untuk
itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya. Mengingat permasalahan
yang timbul pada BBLR sangat rumit dan komplit, maka perhatian dan pelayanan
atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah
bersalin.2,7,8
Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian cairan dan nutrisi
adekuat sesuai kebutuhan, dan pencegahan infeksi.3,4,5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dibedakan atas berat lahir sangat
rendah (BBLSR), yaitu bila berat lahir kurang dari 1500 gram, dan berat lahir
amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bila berat lahir kurang dari 1000 gram.1,3,4
Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau
sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961,WHO menyebutkan
bahwa semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
sebagai Low Birth Weight Infants ( BBLR).Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
prematur.Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat yang sesuai dan bayi small for gestational age (kecil untuk
masa kehamilan) atau akibat dari kedua-duanya (kehamilan preterm dan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim).2,5,8
2.2 KLASIFIKASI
Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim dengan prematuritas telah
diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua bayi dengan berat
lahir kurang dari 2.500 g lahir kurang bulan. Demikian pula tidak semua bayi
dengan berat lahir lebih dari 2.500 g lahir aterm. Menurut hubungan berat lahir
dan umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi: Sesuai
Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa
Kehamilan. Jika diklasifikasikan berdasarkan usia kehamilan dapat digolongkan
Bayi Kurang Bulan, Cukup Bulan, dan Lebih Bulan. 1,8
3
Beberapa terminologi berhubungan dengan berat lahir rendah sebagai
berikut:1,4
Masa gestasi atau umur kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi
sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haidh terakhir.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satujam pertama
setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (rumah sakit,
puskesmas, polindes). Sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat
badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam pertama kelahiran.
Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu (< 259 hari). Bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi dilahirkan dengan
masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari). Bayi lebih bulan (BLB) adalah
bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).
1. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalahbayi lahir hidup dengan masa gestasi kurang
dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan
(NKB-SMK).Bayi sesuai untuk masa kehamilan(SMK) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan sesuai untuk berat badan masa kehamilan, yaitu berat
badan antara persentil 10 dan ke 90 dalam grafik pertumbuhan intrauteri.
2. Dismaturitas
Dismaturitas didefinikan sebagaibayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Dengan istilah lain disebut
bayi kecil untuk usia kehamilan ( KMK ) atau Small for Gestational
Age/SGAdimana bayi yang lahir disertai keterlambatan pertumbuhan intrauteri
(intrauterine growth retardation)dengan berat badan dibawah persentil 10
dalam grafik pertumbuhan intrauteri (<10 persentil menurut grafik Lubchenco).
Dismatur dapat terjadi preterm, aterm, dan postterm dengan keadaan Neonatus
4
Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus Cukup
Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-
Kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK).
Untuk kepentingan medis, BBLR dibedakan berdasarkan berat badan lahir, yaitu:2
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR): bayi hidup dengan berat lahir < 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight infant: bayi
lahir hidup dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight
infant: bayi lahir hidup dengan berat < 1000 gram.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Menurut data UNICEF yang tebaru Januari 2009 , angka Kelahiran BBLR
di dunia mencapai 14%. Negara-negara berkembang menduduki angka kelahiran
BBLR hingga 15%, sedangkan negara-negara industri maju mempunyai angka
kejadian BBLR 7%. 10
5
1991 angka BBLR sekitar 7,5%. Hasil analisa menunjukkan dari 20.449 wanita
usia 15-49 tahun yang melahirkan bayi dalam kurun 5 tahun sebelum survai
didapatkan 9158 bayi yang ditimbang dan 653 (7,1%) diantaranya adalah bayi
dengan status bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR bervariasi menurut propinsi
dengan rentang 2,0 %-15,1%, terendah di propinsi Sumatera Utara dan tertinggi di
Sulawesi Selatan. Berdasarkan umur kehamilan ditemukan 20,8% BBLR yang
dilahirkan kurang bulan dan sebagian besar (79,2%) adalah BBLR pada
kehamilan cukup bulan proporsi terbesar yaitu di daerah pedesaan.Selain itu
penelitian ini juga memperlihatkan beberapa variable yang mempengaruhi
kejadian BBLR yaitu frekuensi antenatal care kurang dari 3 kali, umur ibu kurang
20 tahun, pendidikan ibu SD atau tidak sekolah serta status ekonomi keluarga
yang rendah. 11
2.4 ETIOLOGI
a. Penyakit
b. Usia ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ialah kehamilan usia muda, yaitu pada
usiaibu kurang dari 20 tahundan pada multigravida yang jarak antar kehamilan
dan persalinan terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35
tahun.4,7,8
6
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.1,2,7
d. Kebiasaan ibu
Hal ini dapat dibagi dalam beberapa faktor termasuk kebiasaan makan,
nutrisi ibu dan kebiasaan buruk seperti ibu perokok, melakukan pekerjaan yang
terlalu berat, pecandu alkohol atau pengguna narkotika mempunyai resiko tinggi
melahirkan BBLR. Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat membatasi
pertumbuhan janin dan dapat menyebabkan cacat lahir. Beberapa obat, seperti
kokain, juga dapat meningkatkan risiko persalinan BBLR.1,2
7
mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai
gizi. Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini
berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.
Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan
perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum
kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang
dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR. 12
Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan
bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan
BBLR walaupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan
KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm. Sebagaimana
disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi
ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga
cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000)
menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus)
sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).12
f. Komplikasi kehamilan
8
keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin (inkompeten serviks), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan
plasenta prematur, rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif
pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan.2,8
Keadaan lainnya dapat berupa plasenta Previa dan Solusio plasenta, berat
plasenta kurang, plasenta berongga atau keduanya, luas permukaan berkurang,
plasenta vilus, infark plasenta, infark tumor (korio angioma), sebagian plasenta
yang lepas atau fungsi plasenta telah menurun (sehingga memberikan lebih sedikit
oksigen dan zat gizi kepada bayi), kelainan pembuluh darah (hemangioma),
insersi tali pusat yang tidak normal.5
9
menyebabkan kadar oksigen udara lebih rendah), radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun.2,7
Terdapat hampir 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan
untuk berungkali melahirkan bayi dengan berat lahir kecil masa kehamilan
mencapai tingkat pengulang 25-50%. Dan kebanyakan wanita tersebut dilahirkan
sebagai bayi berat lahir kecil masa kehamilan. Demikian pula wanita yang
melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan tinggi kembali melahirkan bayi
besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada saat lahir. Hubungna
yang berarti antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.1
2.5 PATOFISIOLOGI
10
vasokotriksi hebat lapisan uteroplasenta. Hal ini membatasi penyediaan oksigen
dan nutrisi bagi janin. Akibatnya adalah tingkat pertumbuhan intrauterin lebih
tinggi, lingkar kepala lebih kecil (mikrosefali), dan panjang badan bayi kurang.
1,2,7
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit; permukaaan tubuh yang relative lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat
pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin/sfingomielin
kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung
(pliable thorax). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi
prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping
itu sering timbul pernapasan periodic (periodic breathing) dan apnea yang
disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla belum matur.
Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi : distensi abdomen akibat dari
motilitas usus berkurang; volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah; daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi
lemak, laktosa vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu
berkurang; kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna
11
memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan mudah
terjadi aspirasi.
Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin
K.
Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine
sedikit, urea clereance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air
tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan
asidosis metabolik.
Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),
kekurangan faktor pembekuan seperti prototrombin, faktor VII, dan faktor
Cristmas.
Gangguan imunologik: daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
masih belum baik.
Perdarahan intraventrikuler: lebih dari 50% bayi prematur menderita
perdarahan intraventrikel.hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya
bayi menjadi hipoksia, hipertensi, dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan
aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih
banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur,
sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh
dan iskemia di lapisan germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara
nucleus kaudatus dan ependidimis.
Berikut ini adalah patofisiologi terjadinya bayi berat lahir rendah dan
beberapa komplikasi yang akan terjadi akibat BBLR:7
12
2.6 GAMBARAN KLINIS
13
Gambaran klinis dibagi berdasarkan klasifikasi BBLR yaitu prematur
murni dan dismatur:
A. Prematuritas murni4,8
Karakteristik untuk bayi prematur adalah masa gestasi kurang dari 37
minggu (259 hari), berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala
kurang dari 33 cm dan tangisannya lemah.
14
sendi kaki dalam flexi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck
reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif.
Tangisannya lemah, pernafasannya belum teratur dan sering terdapat
serangan apnoe. Frekuensi pernafasan 40-60x/menit pada hari-hari
pertama. Pada hari berikutnya 35-45x/menit. Frekuensi pernapasan terus
meningkat atau selalu di atas 60x/menit, dapat diwaspadai kemungkinan
terjadinya sindrom gangguan pernapasan seperti penyakit membran hialin,
pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat.
Reflek menghisap dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks
batuk. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktifitas bertambah.
Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema
ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
melitus dan toksemia gravidarum.
Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 per menit. Denyut jantung rata
rata 120- 160 / menit.
Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak reflek
hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap, dan batuk sangat lemah
atau tidak efektif, tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata
mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai
25-26 minggu.
suhu tubuh tidak stabil, biasannya hipotermia, gemetar, kejang, dan mata
berputar-putar, biasanya bersifat sementara tetapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis. .
B. Dismatur 4,5,8
Karakteristik klinis bayi dismatur sangat bervariasi karena dismatur dapat
terjadi preterm, term, dan post-term. Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala
fisik bayi prematur ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
wasting/pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan post-term dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol adalah pelisutan/wasting. Gejala insufisiensi plasenta
bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit, retardasi pertumbuhan
15
akan terjadi bila defisit berlangsung lama (kronis).Sebagai akibat defisit intra uteri
dapat muncul fetal distress yang dapat juga dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Acute fetal distress, yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya
mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan dan wasting/pelisutan.
2. Subacute fetal distress, yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukkan
tanda wasting/ pelisutan tetapi tidak retardasi pertumbuhan.
3. Chronic fetal distress, yaitu bila bayi jelas menunjukkan retardasi
pertumbuhan.
Bayi dismatur dengan tanda wasting/ pelisutan akibat defisit intra uteri
menurut berat ringannya dapat dibagi menjadi tiga stadium :
1. Stadium pertama
Bayi nampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar dan kering seperti
perkamen, tetapi belum ada noda mekonium.
2. Stadium kedua
3. Stadium ketiga
Ditemukan tanda stadium dua ditambah kulit, kuku dan tali pusat berwarna
kuning, juga ditemukan tanda anoksia intra uteri yang lama.
16
Secara Umum, Pemeriksaan fisik pada BBLR dijumpai: 2,4,7
A. Fisik
- Bayi kecil.
- Pergerakan kurang dan masih lemah.
- Kepala lebih besar daripada badan.
- Berat badan , 2500 gram.
B. Kulit dan kelamin,
- Kulit tipis dan transparan.
- Lanugo banyak.
- Rambut halus dan tipis.
- Genitalia belum sempurna.
C. System syaraf.
- Refleks moro.
- Refleks menghisap,menelan,batuk belum sempurna.
D. System musculoskeletal.
- Axifikasi tengkorak.
- Sedikit.-ubun-ubun dan satura lebar.
- Tulang rawan elastis kurang.
- Otot-oto masih hipotonik.
- Tungkai abduksi.
- Sendi lutut dan kaki fleksi.
- Kepal menghadap satu jurusan.
E. System pernafasan.
- Pernafasan belum teratur sering apnoe.
Frekuensi nafas bervariasi.
2.7 DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir. Kemudian lanjutkan dengan langkah-
17
langkah diagnostik anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
berikut ini:
1. Anamnesis3,4,5
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan diagnosis dan mencari penyebab serta faktor-faktor yang
berpengaruh pada BBLR adalah sebagai berikut:
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakhir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
o Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
2. Pemeriksaan fisik2,4,7,8
Dari pemeriksaan fisik terhadap ibu sebelum bayi lahir didapatkan:
Setelah bayi lahir, secara umum hal-hal yang dapat dijumpai pada
pemeriksaan fisik BBLR antara lain:
18
- Berat badan < 2500 gram
- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
Selain itu secara khusus dapat ditemukan ciri khas berikut pada BBLR, yaitu:
3. Pemeriksaan penunjang1,2,4,8
- Pemeriksaan skor Ballard
- Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
19
New Ballard Score dan Kurva Lubchenco1,4,5,8
20
Gambar 2.2 New Ballard Score
21
Sedangkan untuk menilai apakah seorang bayi baru lahir kecil, besar atau sesuai
untuk masa kehamilannya dapat digunakan alat bantu berupa kurva pertumbuhan
kurva yang diperkenalkan oleh Lubchenco.
Gambar 2.3.
2.8 KOMPLIKASI
22
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.Adapun masalah-masalah yang dapat
terjadi sebagai berikut.
o Gawat Nafas4,5,8,13
Gawat nafas pada BBLR merupakan kumpulan gejala klinis pada bayi
berupa kesulitan bernafas, yang ditandai dengan gejala utama takipneu
(frekuensi nafas 60 kali/menit), sianosis sentral, retraksi dan merintih, nafas
cuping hidung dan periodic apneu. Beberapa keadaan yang menyebabkan gagal
nafas pada BBLR adalah:
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Masalah pernapasan ini biasa terjadi pada bayi lahir sebelum minggu ke-
34 kehamilan.. Kesukaran pernafasan pada bayi premature dapat
disebabkan oleh kurangnya membrane hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru atau kekurangan surfaktan (rasio lesitin / sfingomielin). Defisiensi
surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang
kuat. Disamping itu sering timbul pernafasan periodic (periodic breathing)
dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum
matur.Tanda klinis gawat nafas adalah pernafasan cepat, sianosis perioral,
merintih saat ekspirasi, retaksi substernal dan interkostal.Pada foto rotgen
dada tampak paru kecil (small lung)dengan gambaran glanular lapangan
paru.
Pnemonia aspirasi
Diakibatkan reflek menelan dan batuk belum sempurna dan kerja dari
sfigterkardioesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitas isi lambung ke esophagus dan mudah terjadi aspirasi.
Hipoksia intrauterine akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam
uterus. Selain itu, mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan
likuor amnion seperti yang sering terjadi pada subakut fetal distress.
23
Akibatnya cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke
dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita
gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
o Hipotermia5,8,9
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36-370C.segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumya lebih rendah. Perbedaaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi.Selain itu, hipotermia dapat terjadi karena
pertumbuhan otot-otot belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit,
belum matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh
relative lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas.Tanda klinis hipotermia adalah suhu tubuh di bawah normal,
kulit dingin, akral dingin, dan sianosis.
o Perdarahan intraventikular5,8
24
o Hipoglikemi2,5
o Hiperbilirubinemia4,5,9
Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibanding bayi
cukup bulan.Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.
Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
prematur 10 mg/dL. Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kernikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia adalah sklera, puncak hidung, sekitar mulut,
dada, perut, dan ekstremitas berwarna kuning, bayi letargi, tidak kuat
menghisap, dan dapat terjadi kejang.
Penilaian berat ringannya ikterus dapat dapat diamati ikterus pada siang
hari dengan sinar lampu yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih berat bila
dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang
25
kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan
warna kulit dan jaringan subkutan. Pada usia bayi hari pertama, perhatikan dan
tekan pada ujung hidung dan dahi, pada usia 2 hari, tekan bagian lengan atau
tungkai, dan pada usia 3 hari atau seterusnya ikterus jelas terlihat pada tangan
dan kaki. Bila ikterus terlihat jelas pada seluruh bagian tubuh pada hari
pertama, hal ini menunjukkan kondisi bayi yang memerlukan perhatian serius.
Lakukan terapi sinar sesegara mungkin, jangan menunda atau menunggu hasil
pemeriksaan kadar bilirubin serum.
o Gangguan imunologik8
Bayi prematur mudah mengalami infeksi karena imunitas seluler masih
kurang.Hal ini terjadi karena belum sempurnanya pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin yang biasanya terjadi pada minggu akhir masa
kehamilan. Bayi mengalami rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatifbelum sanggup membentuk antibodidan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik. Selain itu karena kulit dan
selaput lender membrane tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup
bulan.
o Kerusakan integritas kulit5
Hal ini akibat struktur kulit yang belum matang dan rapuh dan lemak
subkutan yang kurang.Sensitivitas yang kurang memudahkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam
waktu lama. Pemakaian plaster dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau
bahkan lapisan atas ikut terangkat
o Retinopathy of Prematurity (ROP)4,8,13
ROP adalah pertumbuhan abnormal pembuluh darah dalam mata yang
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dimana terjadi kelainan
vasoproliferasi retina, biasanya ditemukan pada vaskularisasi retina yang
belum sempurna. Berbagai faktor sebagai risiko ROP adalah prematuritas,
BBLR, pemberiaan oksigen jangka panjang, serta saturasi oksigen yang tinggi
dan tidak stabil.
26
o Necrotizing enterocolitis (NEC)14
Necrotizing enterocolitis (NEC) dapat terjadi terutama setelah pemberian
minum enteral dimulai. Hal ini sering terjadi pada BBLR yang diberi susu
formula, tetapi jarang pada bayi yang diberi ASI.Masalah pencernaan
berbahaya yang biasanya berkembang dua sampai tiga minggu setelah lahir.
Dapat menyebabkan kesulitan makan, distensi perut dan nyeri tekan, muntah
kehijauan atau cairan kehijauan keluar dari NGT, atau dapat pula ditemukan
darah pada fesef. dan komplikasi lain. Bayi dengan NEC diterapi dengan
antibiotik dan diberi makan intravena. Dalam beberapa kasus berat, diperlukan
pembedahan untuk membuang bagian usus yang rusak.
o Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)15
Bayi berat lahir rendah, mempunyai kecenderungan sering menderita
ISPA yang secara statistik terbukti merupakan faktor risiko infeksi saluran
pernafasan akut. Selain itu, ada kecenderungan semakin rendah berat lahir,
semakin sering sakit ISPA. Hasil ini sesuai dengan teori, bahwa organ pada
BBLR belum sempurna, sehingga sering mengalami komplikasi, termasuk
infeksi. Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita oleh bayi berat
lahir rendah adalah penyakit pada membran hielin, infeksi saluran pernafasan
akut, aspirasi pnemonia, pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan
karena pusat pernafasan di medulla belum matur.Besar risiko BBLR untuk
menderita ISPA adalah sebesar 3 kali.
2.9 PENATALAKSANAAN
27
jantung serta pernapasan, perlunya penambahan oksigen, perlunya perhatian
khusus dalam merinci pemberian makanan, dan perlindungan terhadap infeksi.2
28
2.9.2 Pengaturan suhu badan BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolisme rendah dan permukaan tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan
massa tubuh, jumlah lemak subkutan yang sedikit dan kekurangan lemak coklat.
Penatalaksanaan untuk menjaga suhu lingkungan netral adalah ;2,5
Ukur suhu aksila setiap 2 jam atau bila diperlukan sesuai jadwal.
Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir, seperti kontak kulit kulit,
kangaroo mother care, inkubator.
Tempatkan bayi dalam inkubator bila diperlukan, bayi hanya dipakaikan popok
untuk mengawasi keadaan umum, tingkah laku, warna kulit, pernapasan,
kejang dan sebagainya.
Tempatkan kontrol temperatur di atas abdomen, sehingga suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada suhu sebelumnya. Hindari menempatkan bayi kontak
dengan sumber panas atau dingin. Jaga kulit bayi tetap kering dan kepala bayi
tertutup untuk menjaga panas tubuh.
Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan stres dingin.
29
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat badan dan umur bayi:3
*Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 10C setiap
perbedaan suhu 70C antara suhu ruang dan inkubator.
2.9.3 Medikamentosa
Pemberian vitamin K3
2.9.4 Diatetik
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut:3
30
2.9.5 Keseimbangan cairan dan elektrolit
31
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran akibat imaturitas,
pemanas radian (pancaran) atau pengeluaran melalui kulit atau paru. Beberapa
usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah: 5
32
Bersihkan tempat tidur bayi bila tidak dipakai lagi.
Bersihkan ruangan waktu-waktu tertentu.
Setiap bayi memiliki perlengkapan sendiri.
Petugas di bangsal bayi harus memakai baju yang telah disediakan.
Petugas dan orang tua yang menderita penyakit menular dilarang merawat
bayi.
Urin dan tali pusat dibersihkan sebaik mungkin.
Kaji fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, malas minum, gelisah dan
ikterus.
Pantau ulang hasil pemeriksaan eritrosit, leukosit, imunoglobulin.
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir sering tidak
spesifik.Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru
lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayi baru lahir
dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.
Tanda ini mencakup: tidak bisa menyusu, kejang, mengantuk atau tidak sadar,
frekuensi napas < 20 kali/menit atau apneu (pernapasan berhenti selama >15
detik), frekuensi napas > 60 kali/menit, merintih, tarikan dada bawah ke dalam
yang kuat, sianosis sentral.
Tatalaksana mengatasi tanda bahaya pada bayi baru lahir meliputi
pemberian oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda
mengalami sianosis atau distres pernapasan berat. Beri VTP dengan balon dan
sungkup dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia)
jika frekuensi napas terlalu lambat (<20 kali/menit).Jika terus mengantuk, tidak
sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera
dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit,
diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10%
dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses
IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.Beri fenobarbital jika terjadi
33
kejang.Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri
berat.Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.Pantau bayi dengan
ketat.
Faktor risiko infeksi bakteri berat pada bayi adalah: Ibu demam (suhu >
37.90 C sebelum atau selama persalinan), terjadinya ketuban pecah dini > 18 jam
sebelum persalinan, cairan amnion berbau busuk. Dan semua tanda bahaya yang
tersebut di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, Tanda-tanda lainnya
adalah: Ikterus berat, distensi perut berat. Selain itu juga sering di dapatkkan tanda
infeksi lokal seperti : nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika
bagian-bagian ini disentuh. Pustula kulit banyak, pusar kemerahan, meluas ke
kulit sekitarnya atau terdapat nanah dan ubun-ubun menonjol.
Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg). Jika terdapat salah satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi
bakteri berat mulailah pemberian antibiotik. Jika pemeriksaan kultur darah
tersedia, lakukan pemeriksaan tersebut sebelum memulai antibiotik. Jika
ditemukan tanda infeksi bakteri yang berat, beri ampisilin (atau penisilin) dan
gentamisin.Beri kloksasilin (jika ada) sebagai pengganti penisilin jika pustula atau
abses kulit meluas karena tanda ini dapat merupakan tanda-tanda infeksi
stafilokokus.Pusar kemerahan pada sepsis.Peradangan meluas ke dinding
abdomen sekitar tali pusat.Sebagian besar infeksi bakteri yang berat pada neonatal
harus diobati dengan antibiotik sekurangnya 10 hari.Jika tidak membaik dalam 2-
3 hari, ganti antibiotika dengan sefalosporin generasi ke-3 (sefotaksim) atau rujuk
bayi ke fasilitas yang lebih lengkap.
34
2.9.10 Supportif3,5
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan
pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi,
penanganan ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
Jaga dan pantau kehangatan
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia,dll).
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan
ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterpi.
Pada umur 6 minggu konsultasi ke dokter spesialis mata untuk
kemungkinan adanya retinopathy of prematurity (ROP).
THT : skrining pendengaran dilakukan sebelum bayi pulang. Pemeriksaan
ulang dilakukan pada semua BBLR pada umur 12-24 bulan.
2.10 PROGNOSIS
Peluang bertahan hidup pada bayi yang dilahirkan dengan berat antara
1501-2500 gram mencapai 95%, tetapi bayi dengan berat badan kurang 1500 g
mempunyai angka mortalitas lebih bermakna.Prognosis bayi berat lahir rendah ini
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin
muda masa gestasi dan makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan
intraventrikuler,dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi,
gangguan metabolik, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).Prognosis ini
juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, perawatan
pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,
35
resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain. 2,8
2.11 PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:2,3,4,11,12
36
BAB III
KESIMPULAN
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
b. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Di negara-negara yang sedang berkembang
sekitar 70% bayi BBLR adalah IUGR (intra uterin growth retardation).
c. Etiologi BBLR dapat digolongkan dalam faktor ibu, faktor plasenta dan
faktor janin, di samping juga ada kemungkinan penyebab berupa infeksi.
d. Masalah pada BBLR berhubungan dengan gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi hingga menyebabkan kematian.
e. Berdasarkan gambaran klinisnya BBLR dibagi dalam kelompok
prematuritas murni dan kelompok dismatur. Sedangkan berdasarkan berat
lahirnya BBLR dibagi atas BBLR (berat < 2500 gram), BBLSR (berat
1000-1500 gram) dan BBLASR (berat < 1000 gram).
f. Karakteristik untuk BBLR adalah berat badan kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm dan tangisannya lemah.
g. Diagnosis BBLR dilakukan mulai dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir. Kemudian lanjutkan dengan langkah-
langkah anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
ballard skor.
h. Diagnosis BBLR telah dapat ditegakkan bahkan sebelum bayi lahir
melalui anamnesis dan pemeriksaan pada kandungan ibu, selain dapat juga
ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang menggunakan skor Ballard dan
kurva Lubchencountuk menentukan diagnosis apakah seorang bayi cukup
bulan atau tidak dan digolongkan pada BBLR dengan prematuritas atau
dengan dismaturitas (IUGR).
37
i. Komplikasi pada BBLR yang langsung terjadi di antaranya: hipotermia,
hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindrom
gawat napas, infeksi, necrotizing enterocolitis, perdarahan intraventricular.
j. Penatalaksanaan BBLR mencakup pemerliharaan jalan nafas, kecukupan
oksigen jaringan, pengelolaan hipotermia, pemberian vitamin K,
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi yang adekuat baik secara enteral
maupun parenteral.
k. Langkah preventif utama yang harus dilakukan untuk mencegah lahirnya
BBLR adalah dengan mengupayakan ibu memperoleh nutrisi yang tepat
dan adekuat selama masa kehamilannya dan memeriksa kehamilan
minimal 4 x selama masa kehamilan.
l. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan
yang intensif. Namun, prognosis BBLR juga dipengaruhi hubungan
berbanding lurus usia kehamilan, berat lahir dan komplikasi masa
perinatal.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
11. Setyowati,Titiek. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan
Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Center for Research and
Development of Health Ecology. www.litbang.depkes.go.id. Created:
1996.
12. Lubis,Zulhaida. Status Gizi Ibu Hamil dan Pengaruhnya Terhadap Bayi
yang Dilahirkan. 2003. www.repository.usu.ac.id
13. Sastroasmoro,Sudigdo. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM. 2007. Jakarta: FK UI/RSCM.
14. World Health Organization. Masalah-masalah bayi baru lahir dan bayi
muda dalam Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for
the Management of Common Illnesses with Limited Resources,2005.
Jakarta.
15. Sadono W. Adi MS. Zain S. Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor
Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi (Studi Kasus di Kabupaten
Blora).
16. UCSF Medical Centre, Intensive Care Staff Manual in Very Low And
Extremely Low Birthweight InfantsDalam: www.pediatric.org. 2004
17. Nguyen T, Partial Pressure of Carbondioxide In Extremely Low Birth
Weight Infants Supported By Nasal Prongs Continous Positive Airway
Pressure Dalam: www.pediatrics.org. 2003.
40