Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat


adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini
masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 31 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2008, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masih terbilang tinggi bila
di bandingkan dengan negara-negara di bagian ASEAN dan penyebab kematian
bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal
sekitar 2-27% disebabkan karena BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di
Indonesia saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi.1,2
Bayi Berat Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi dan
dapat menyebabkan gangguan maturitas organ sehingga menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian.3,4,5
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang
berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000
berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada
tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka
tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena
belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas
kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan
lainnya.3,6
Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu
sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan
(intrauterine growth retardation), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu,
trauma, dan lainnya. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran
premature. Faktor ibu yang lain diantaranya adalah umur, parietas, penyakit ibu.
Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, dan lainnya, serta

1
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.2,3,4
Pertumbuhan dan maturasi organ dan alat-alat tubuh pada bayi berat lahir
rendah belum sempurna, akibatnya bayi berat lahir rendah sering mengalami
komplikasi dan infeksi yang dapat berakhir dengan kematian.Pada saat persalinan,
BBLR mempunyai resiko kurang menyenangkan, yaitu asfiksia atau gagal untuk
bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Untuk
itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya. Mengingat permasalahan
yang timbul pada BBLR sangat rumit dan komplit, maka perhatian dan pelayanan
atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah
bersalin.2,7,8
Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian cairan dan nutrisi
adekuat sesuai kebutuhan, dan pencegahan infeksi.3,4,5

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari gambaran umum faktor resiko, identifikasi,


tatalaksana, terapi, dan tindakan terhadap bayi berat lahir rendah (BBLR)

1.2.2 Tujuan Khusus

Penyusunan tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk:

a. Mengenal faktor-faktor resiko yang menyebabkan bayi berat lahir


rendah.

b. Menilai perubahan-perubahan fisiologis dan patologis pada bayi


berat lahir rendah serta menentukan tindakan yang perlu dilakukan.

c. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang perlu dilakukan pada


bayi dengan kasus BBLR.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dibedakan atas berat lahir sangat
rendah (BBLSR), yaitu bila berat lahir kurang dari 1500 gram, dan berat lahir
amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bila berat lahir kurang dari 1000 gram.1,3,4

Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau
sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961,WHO menyebutkan
bahwa semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
sebagai Low Birth Weight Infants ( BBLR).Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
prematur.Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat yang sesuai dan bayi small for gestational age (kecil untuk
masa kehamilan) atau akibat dari kedua-duanya (kehamilan preterm dan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim).2,5,8

2.2 KLASIFIKASI

Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim dengan prematuritas telah
diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua bayi dengan berat
lahir kurang dari 2.500 g lahir kurang bulan. Demikian pula tidak semua bayi
dengan berat lahir lebih dari 2.500 g lahir aterm. Menurut hubungan berat lahir
dan umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi: Sesuai
Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa
Kehamilan. Jika diklasifikasikan berdasarkan usia kehamilan dapat digolongkan
Bayi Kurang Bulan, Cukup Bulan, dan Lebih Bulan. 1,8

3
Beberapa terminologi berhubungan dengan berat lahir rendah sebagai
berikut:1,4

Masa gestasi atau umur kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi
sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haidh terakhir.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satujam pertama
setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (rumah sakit,
puskesmas, polindes). Sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat
badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam pertama kelahiran.

Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu (< 259 hari). Bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi dilahirkan dengan
masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari). Bayi lebih bulan (BLB) adalah
bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).

Bila diklasifikasikan menurut kombinasiusia kehamilan dan berat lahir,


BBLR dikelompokanmenjadi:2,4,7,8

1. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalahbayi lahir hidup dengan masa gestasi kurang
dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan
(NKB-SMK).Bayi sesuai untuk masa kehamilan(SMK) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan sesuai untuk berat badan masa kehamilan, yaitu berat
badan antara persentil 10 dan ke 90 dalam grafik pertumbuhan intrauteri.
2. Dismaturitas
Dismaturitas didefinikan sebagaibayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Dengan istilah lain disebut
bayi kecil untuk usia kehamilan ( KMK ) atau Small for Gestational
Age/SGAdimana bayi yang lahir disertai keterlambatan pertumbuhan intrauteri
(intrauterine growth retardation)dengan berat badan dibawah persentil 10
dalam grafik pertumbuhan intrauteri (<10 persentil menurut grafik Lubchenco).
Dismatur dapat terjadi preterm, aterm, dan postterm dengan keadaan Neonatus

4
Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus Cukup
Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-
Kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK).

Untuk kepentingan medis, BBLR dibedakan berdasarkan berat badan lahir, yaitu:2
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR): bayi hidup dengan berat lahir < 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight infant: bayi
lahir hidup dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight
infant: bayi lahir hidup dengan berat < 1000 gram.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Frekuensi BBLR di negara berkembang berkisar antara 10-32 %. Rasio


antara negara maju dan berkembang mencapai satu banding tiga.Di Negara maju
angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah 6-7 %.Di negara sedang
berkembang angka kejadian ini lebih kurang 3 kali lipat. Selama tahun 1991,
terdapat 7,1 % kelahiran hidup di Amerika Serikat bayi lahir dengan berat kurang
dari 2500 g ; frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dari frekuensi
kulit putih. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami Intra Uterine
Growth Retardatio (IUGR), dan dilahirkan sesudah 37 Minggu. Sedangkan di
Negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% BBLR adalah IUGR.2,4

Menurut data UNICEF yang tebaru Januari 2009 , angka Kelahiran BBLR
di dunia mencapai 14%. Negara-negara berkembang menduduki angka kelahiran
BBLR hingga 15%, sedangkan negara-negara industri maju mempunyai angka
kejadian BBLR 7%. 10

Analisa data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994


oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Indonesia
menunjukkan bahwaangka BBLR di Indonesia sangat bervariasi. Dari beberapa
studi kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14.6% di daerah pedesaan dan
17.5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI

5
1991 angka BBLR sekitar 7,5%. Hasil analisa menunjukkan dari 20.449 wanita
usia 15-49 tahun yang melahirkan bayi dalam kurun 5 tahun sebelum survai
didapatkan 9158 bayi yang ditimbang dan 653 (7,1%) diantaranya adalah bayi
dengan status bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR bervariasi menurut propinsi
dengan rentang 2,0 %-15,1%, terendah di propinsi Sumatera Utara dan tertinggi di
Sulawesi Selatan. Berdasarkan umur kehamilan ditemukan 20,8% BBLR yang
dilahirkan kurang bulan dan sebagian besar (79,2%) adalah BBLR pada
kehamilan cukup bulan proporsi terbesar yaitu di daerah pedesaan.Selain itu
penelitian ini juga memperlihatkan beberapa variable yang mempengaruhi
kejadian BBLR yaitu frekuensi antenatal care kurang dari 3 kali, umur ibu kurang
20 tahun, pendidikan ibu SD atau tidak sekolah serta status ekonomi keluarga
yang rendah. 11

2.4 ETIOLOGI

2.4.1 Faktor Ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan dan yang


menyebabkan gangguan hemodinamik aliran darah ibu ke
janinmisalnya:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,toksemia
gravidarum, malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH. Penyakit lainnya seperti
nefritis akut, diabetes mellitus, penyakit jantung, infeksi akut atau tindakan
operatif.2,4,8

b. Usia ibu

Angka kejadian BBLR tertinggi ialah kehamilan usia muda, yaitu pada
usiaibu kurang dari 20 tahundan pada multigravida yang jarak antar kehamilan
dan persalinan terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35
tahun.4,7,8

c. Keadaan sosial ekonomi

6
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.1,2,7

d. Kebiasaan ibu

Hal ini dapat dibagi dalam beberapa faktor termasuk kebiasaan makan,
nutrisi ibu dan kebiasaan buruk seperti ibu perokok, melakukan pekerjaan yang
terlalu berat, pecandu alkohol atau pengguna narkotika mempunyai resiko tinggi
melahirkan BBLR. Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat membatasi
pertumbuhan janin dan dapat menyebabkan cacat lahir. Beberapa obat, seperti
kokain, juga dapat meningkatkan risiko persalinan BBLR.1,2

e. Status gizi ibu

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,


yaitu berat ibu sebelum hamil dn pertambahan berat ibu selama hamil.Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang lebih kecil dari pada bayi
yang dilahirkan ibi denga berat badan normal atau berlebihan.Selama embrioogis,
status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin.Hal ini karena
kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh
lambat. Meskipun demikian pada fase pertumbuhan trimester tiga saat hipertrofi
seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persedian ibu jika
masukan nutrisi ibu rendah.1,2,7
Diantara metode untuk menilai status gizi ibu hamil adalah memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 1012 kg,
dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg,
dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk

7
mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai
gizi. Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini
berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.
Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan
perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum
kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang
dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR. 12
Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan
bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan
BBLR walaupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan
KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm. Sebagaimana
disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi
ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga
cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000)
menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus)
sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).12

f. Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan yang mempengaruhi kejadiaan BBLR yaitu:


perdarahan antepartum, preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini, kelainan pada
rahim atau leher rahim, Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada
trimester kedua kehamilan, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya
protein dalam air kemih dan pembengkakan tungkai).Bayi berat lahir rendah
dengan berat badan sesuai masa kehamilan (prematur) sering berhubungan dengan

8
keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin (inkompeten serviks), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan
plasenta prematur, rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif
pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan.2,8

2.4.2 Faktor janin

Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom, ketuban pecah dini,


cacat bawaan, infeksi dalam rahim (misalnya: rubeolla, sifilis, toksoplamosis,
sitomegalovirus, herpes, sifilis, TORCH ). 4,5,7

2.4.3 Faktor Plasenta

Faktor plasenta menyebabkan BBLR dapat berupa penurunan aliran darah


utero plasenta, yang di antaranya disebabkan oleh: penyakit vaskular (hipertensi
dalam kehamilan atau hipertensi kronik). Disfungsi plasenta yang terjadi sering
berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima hingga tiga puluh persen
kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskuler ibu. Keadaan
klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan
ganda, penyalahgunaan obat, penyakit vaskuler (hipertensi dalam kehamilan dan
kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersio plasenta umbilius
yang abnormal dan tumor vaskuler.1,8

Keadaan lainnya dapat berupa plasenta Previa dan Solusio plasenta, berat
plasenta kurang, plasenta berongga atau keduanya, luas permukaan berkurang,
plasenta vilus, infark plasenta, infark tumor (korio angioma), sebagian plasenta
yang lepas atau fungsi plasenta telah menurun (sehingga memberikan lebih sedikit
oksigen dan zat gizi kepada bayi), kelainan pembuluh darah (hemangioma),
insersi tali pusat yang tidak normal.5

2.4.4 Faktor lingkungan

Selain faktor etilogi di atas, kondisi lingkungan yang juga dapat


menyebabkan BBLR antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi (keadaan ini

9
menyebabkan kadar oksigen udara lebih rendah), radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun.2,7

2.4.5 Faktor Genetik

Terdapat hampir 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan
untuk berungkali melahirkan bayi dengan berat lahir kecil masa kehamilan
mencapai tingkat pengulang 25-50%. Dan kebanyakan wanita tersebut dilahirkan
sebagai bayi berat lahir kecil masa kehamilan. Demikian pula wanita yang
melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan tinggi kembali melahirkan bayi
besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada saat lahir. Hubungna
yang berarti antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.1

2.5 PATOFISIOLOGI

Dari perbedaan gambaran klinis BBLR, yakni prematur dan dismatur


(IUGR) juga terdapat sedikit perbedaan pada patofisiologinya, bayi prematur
biasanya dihubungkan dengan keadaan medis di mana terdapat ketidakmampuan
uterus untuk mempertahankan janin, gangguan pada perjalanan kehamilan,
pelepasan plasenta prematur, rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi
efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai usia cukup bulan. Dismaturitas
atau IUGR dihubungkan dengan keadaan medis yang mengganggu sirkulasi dan
efisiensi plasenta, perkembangan atau pertumbuhan janin, atau kesehatan umum
dan nutrisi ibu. Hambatan pertumbuhan janin tersebut merupakan respon janin
normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Oleh sebab itu masalahnya
adalah pada keadaan malnutrisi janin dan keadaan hipoksia janin yang terus-
menerus.Akibat kondisi/lingkungan intrauterine yang kurang baik bagi
pertumbuhan, janin sering dilahirkan dengan berat lahir rendah.Terdapat banyak
penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin, yang disebut juga Intra Uterine
Growth Retardationdan efeknya terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara dan
lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi.
Bersamaan dengan vasokontriksi fetomaternal yang menyeluruh, terjadi

10
vasokotriksi hebat lapisan uteroplasenta. Hal ini membatasi penyediaan oksigen
dan nutrisi bagi janin. Akibatnya adalah tingkat pertumbuhan intrauterin lebih
tinggi, lingkar kepala lebih kecil (mikrosefali), dan panjang badan bayi kurang.
1,2,7

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk


dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim.Penyakit yang terjadi pada bayi
BBLR berhubungan dengan belum matangnya fungsi-fungsi organ tubuhnya.Hal
ini berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Konsekuensi dari
anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi BBLR cenderung mempunyai
masalah yang bervariasi. Yaitu sebagai berikut:2,7,8

Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit; permukaaan tubuh yang relative lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat
pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin/sfingomielin
kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung
(pliable thorax). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi
prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping
itu sering timbul pernapasan periodic (periodic breathing) dan apnea yang
disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla belum matur.
Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi : distensi abdomen akibat dari
motilitas usus berkurang; volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah; daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi
lemak, laktosa vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu
berkurang; kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna

11
memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan mudah
terjadi aspirasi.
Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin
K.
Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine
sedikit, urea clereance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air
tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan
asidosis metabolik.
Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),
kekurangan faktor pembekuan seperti prototrombin, faktor VII, dan faktor
Cristmas.
Gangguan imunologik: daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
masih belum baik.
Perdarahan intraventrikuler: lebih dari 50% bayi prematur menderita
perdarahan intraventrikel.hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya
bayi menjadi hipoksia, hipertensi, dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan
aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih
banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur,
sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh
dan iskemia di lapisan germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara
nucleus kaudatus dan ependidimis.

Berikut ini adalah patofisiologi terjadinya bayi berat lahir rendah dan
beberapa komplikasi yang akan terjadi akibat BBLR:7

12
2.6 GAMBARAN KLINIS

Gambar 1.Patofisiologi dan komplikasi pada BBLR.

13
Gambaran klinis dibagi berdasarkan klasifikasi BBLR yaitu prematur
murni dan dismatur:

A. Prematuritas murni4,8
Karakteristik untuk bayi prematur adalah masa gestasi kurang dari 37
minggu (259 hari), berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala
kurang dari 33 cm dan tangisannya lemah.

Tanda klinis lain yang dapat kita amati adalah:



Kepala relatif lebih besar dari pada badannya, batas dahi dan rambut tidak
jelas, rambut jarang dan kulitnya tipis, transparan, terang dan berwarna
pink (tembus cahaya),

Telinga tipis dan lembek, tulang rawan dan daun telinga belum cukup,
sehingga tidak teraba tulang rawan.

kuku panjangnya belum melewati ujung jari,

lemak subkutan kurang sehingga kulitnya tampak keriput,

Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar

Genetalia imatur,jaringan mamma belum sempurna, demikian pula puting
susu belum terbentuk dengan baik. Alat kelamin pada bayi laki-laki
kantung zakar kecil, pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup oleh labia majora.

Pembuluh darah kulit banyak terlihat

Peristaltik usus pun dapat terlihat, distensi abdomen akibat motilitas usus
berkurang, pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
reflek menelan dan menghisap yang lemah, dan atau tidak ada anus,
ketidak normalan kongenital lain.

Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral,
pergerakannya kurang, dan masih lemah. Otot masih hipotonus, sehingga
sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan

14
sendi kaki dalam flexi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck
reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif.

Tangisannya lemah, pernafasannya belum teratur dan sering terdapat
serangan apnoe. Frekuensi pernafasan 40-60x/menit pada hari-hari
pertama. Pada hari berikutnya 35-45x/menit. Frekuensi pernapasan terus
meningkat atau selalu di atas 60x/menit, dapat diwaspadai kemungkinan
terjadinya sindrom gangguan pernapasan seperti penyakit membran hialin,
pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat.

Reflek menghisap dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks
batuk. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktifitas bertambah.

Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema
ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
melitus dan toksemia gravidarum.

Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 per menit. Denyut jantung rata
rata 120- 160 / menit.

Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak reflek
hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap, dan batuk sangat lemah
atau tidak efektif, tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata
mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai
25-26 minggu.

suhu tubuh tidak stabil, biasannya hipotermia, gemetar, kejang, dan mata
berputar-putar, biasanya bersifat sementara tetapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis. .
B. Dismatur 4,5,8
Karakteristik klinis bayi dismatur sangat bervariasi karena dismatur dapat
terjadi preterm, term, dan post-term. Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala
fisik bayi prematur ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
wasting/pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan post-term dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol adalah pelisutan/wasting. Gejala insufisiensi plasenta
bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit, retardasi pertumbuhan

15
akan terjadi bila defisit berlangsung lama (kronis).Sebagai akibat defisit intra uteri
dapat muncul fetal distress yang dapat juga dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Acute fetal distress, yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya
mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan dan wasting/pelisutan.
2. Subacute fetal distress, yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukkan
tanda wasting/ pelisutan tetapi tidak retardasi pertumbuhan.
3. Chronic fetal distress, yaitu bila bayi jelas menunjukkan retardasi
pertumbuhan.

Bayi dismatur dengan tanda wasting/ pelisutan akibat defisit intra uteri
menurut berat ringannya dapat dibagi menjadi tiga stadium :

1. Stadium pertama

Bayi nampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar dan kering seperti
perkamen, tetapi belum ada noda mekonium.

2. Stadium kedua

Didapatkan tanda stadium pertama ditambah warna kehijauan pada kulit


plasenta dan umbilikus. Disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam
amnion dan mengendap kedalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauteri.

3. Stadium ketiga

Ditemukan tanda stadium dua ditambah kulit, kuku dan tali pusat berwarna
kuning, juga ditemukan tanda anoksia intra uteri yang lama.

16
Secara Umum, Pemeriksaan fisik pada BBLR dijumpai: 2,4,7

A. Fisik

- Bayi kecil.
- Pergerakan kurang dan masih lemah.
- Kepala lebih besar daripada badan.
- Berat badan , 2500 gram.
B. Kulit dan kelamin,
- Kulit tipis dan transparan.
- Lanugo banyak.
- Rambut halus dan tipis.
- Genitalia belum sempurna.
C. System syaraf.
- Refleks moro.
- Refleks menghisap,menelan,batuk belum sempurna.
D. System musculoskeletal.
- Axifikasi tengkorak.
- Sedikit.-ubun-ubun dan satura lebar.
- Tulang rawan elastis kurang.
- Otot-oto masih hipotonik.
- Tungkai abduksi.
- Sendi lutut dan kaki fleksi.
- Kepal menghadap satu jurusan.
E. System pernafasan.
- Pernafasan belum teratur sering apnoe.
Frekuensi nafas bervariasi.

2.7 DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir. Kemudian lanjutkan dengan langkah-

17
langkah diagnostik anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
berikut ini:
1. Anamnesis3,4,5
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan diagnosis dan mencari penyebab serta faktor-faktor yang
berpengaruh pada BBLR adalah sebagai berikut:

o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakhir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
o Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.

2. Pemeriksaan fisik2,4,7,8
Dari pemeriksaan fisik terhadap ibu sebelum bayi lahir didapatkan:

a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.


b. Pergerakan janin yang pertama (quickenig) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion; hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum, atau perdarahan antepartum.

Setelah bayi lahir, secara umum hal-hal yang dapat dijumpai pada
pemeriksaan fisik BBLR antara lain:

18
- Berat badan < 2500 gram
- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).

Selain itu secara khusus dapat ditemukan ciri khas berikut pada BBLR, yaitu:

a. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.


Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak
lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen buncit, tali
pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis,
merah dan transparan.
b. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin atau small for gestational
ageSecara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini
adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit
atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-berlipat, mudah diangkat. Abdomen
cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek,
dan berwarna kehijauan.

3. Pemeriksaan penunjang1,2,4,8
- Pemeriksaan skor Ballard
- Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.

19
New Ballard Score dan Kurva Lubchenco1,4,5,8

Ballard menilai maturitas neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan fisik


dan 6 tanda kematangan neuromuskuler.Pada umumnya maturitas neurologis
(misalnya kecepatan hantaran saraf) berkorelasi dengan umur kehamilan
walaupun berat badan janin kurang. Dengan begitu pada kedua kelompok baik
bayi prematur maupun bayi dengan retardasi pertumbuhan intrateri dengan berat
badan lahir yang kurang dapat dibedakan usia gestasinya melalui pemeriksaan
skor Ballard yang saat ini telah dimodifikasi menjadi lebih singkat dan disebut
New ballard Score. Sistem skoring ini memberikan keakuratan sampai lebih
kurang 2 minggu.

20
Gambar 2.2 New Ballard Score

21
Sedangkan untuk menilai apakah seorang bayi baru lahir kecil, besar atau sesuai
untuk masa kehamilannya dapat digunakan alat bantu berupa kurva pertumbuhan
kurva yang diperkenalkan oleh Lubchenco.

Gambar 2.3.

Kurva pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dari Battaglia


dan Lubchenco (1967).

2.8 KOMPLIKASI

Ketidaksempurnaan organ-organ tubuh bayi berat lahir rendah (BBLR)


baik secara anatomik ataupun fisiologik merupakan faktor utama penyebab
mudahnya terjadi beberapa komplikasi.Tingkat kematangan fungsi system organ
neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar
rahim.Penyakit yang terjadi pada bayi premature berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ-organ tubuh.Hal ini berhubungan dengan umur
kehamilan saat bayi dilahirkan.Makin muda umur kehamilan, makin tidak
sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum
matang, bayi premature cenderung memiliki masalah yang bervariasi.Hal ini harus

22
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.Adapun masalah-masalah yang dapat
terjadi sebagai berikut.

o Gawat Nafas4,5,8,13
Gawat nafas pada BBLR merupakan kumpulan gejala klinis pada bayi
berupa kesulitan bernafas, yang ditandai dengan gejala utama takipneu
(frekuensi nafas 60 kali/menit), sianosis sentral, retraksi dan merintih, nafas
cuping hidung dan periodic apneu. Beberapa keadaan yang menyebabkan gagal
nafas pada BBLR adalah:
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Masalah pernapasan ini biasa terjadi pada bayi lahir sebelum minggu ke-
34 kehamilan.. Kesukaran pernafasan pada bayi premature dapat
disebabkan oleh kurangnya membrane hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru atau kekurangan surfaktan (rasio lesitin / sfingomielin). Defisiensi
surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang
kuat. Disamping itu sering timbul pernafasan periodic (periodic breathing)
dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum
matur.Tanda klinis gawat nafas adalah pernafasan cepat, sianosis perioral,
merintih saat ekspirasi, retaksi substernal dan interkostal.Pada foto rotgen
dada tampak paru kecil (small lung)dengan gambaran glanular lapangan
paru.
Pnemonia aspirasi
Diakibatkan reflek menelan dan batuk belum sempurna dan kerja dari
sfigterkardioesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitas isi lambung ke esophagus dan mudah terjadi aspirasi.
Hipoksia intrauterine akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam
uterus. Selain itu, mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan
likuor amnion seperti yang sering terjadi pada subakut fetal distress.

23
Akibatnya cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke
dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita
gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
o Hipotermia5,8,9
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36-370C.segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumya lebih rendah. Perbedaaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi.Selain itu, hipotermia dapat terjadi karena
pertumbuhan otot-otot belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit,
belum matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh
relative lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas.Tanda klinis hipotermia adalah suhu tubuh di bawah normal,
kulit dingin, akral dingin, dan sianosis.
o Perdarahan intraventikular5,8

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh (fragile),


kekurangan faktor pembekuan seperti protombin, factor VII, dan factor
crismast, sehingga mudah pecah. Perdarahan spontan ventrikel otak biasanya
disebabkan oleh anoksia otak akibat bayi premature sering menderita apnea,
asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan.Akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi, dan hiperkapnia.Perdaran intracranial juga dapat terjadi
akibat trauma lahir,disseminated intravascular coagulopathy atau
trombositopenia idiopatik.
Tanda klinis perdarahan intraventrikular ini adalah kegagalan umum untuk
bergerak normal, reflek moro menurun atau tidak ada, tonus otot menurun,
letargi, pucat dan sianosis, apneu, kegagalan menyusui dengan baik, muntah,
tangisan bernada tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan, fontanella mayor
tegang dan cembung, namun pada sebahagian kecil penderita bisa tidak
didapatkan manifestasi klinis apapun.

24
o Hipoglikemi2,5

Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR akibat simpanan glikogen jaringan


yang sangat rendah, mekanisme kompensasi metabolisme glukoneogenesis
yang tidak sempurna, hiperinsulisme, kebutuhan glukosa pada kondisi
hipoksia, hipotermia meningkat tajam. Glukosa merupakan sumber utama
energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung
dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar
gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia adalah bayi gemetar dan tremor, sianosis,
apatis, kejang, apneu intermitten, tangisan lemah atau melengking, kelumpuhan
atau letargi, kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin, dan
hipotermia.

o Hiperbilirubinemia4,5,9
Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibanding bayi
cukup bulan.Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.
Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
prematur 10 mg/dL. Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kernikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia adalah sklera, puncak hidung, sekitar mulut,
dada, perut, dan ekstremitas berwarna kuning, bayi letargi, tidak kuat
menghisap, dan dapat terjadi kejang.
Penilaian berat ringannya ikterus dapat dapat diamati ikterus pada siang
hari dengan sinar lampu yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih berat bila
dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang

25
kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan
warna kulit dan jaringan subkutan. Pada usia bayi hari pertama, perhatikan dan
tekan pada ujung hidung dan dahi, pada usia 2 hari, tekan bagian lengan atau
tungkai, dan pada usia 3 hari atau seterusnya ikterus jelas terlihat pada tangan
dan kaki. Bila ikterus terlihat jelas pada seluruh bagian tubuh pada hari
pertama, hal ini menunjukkan kondisi bayi yang memerlukan perhatian serius.
Lakukan terapi sinar sesegara mungkin, jangan menunda atau menunggu hasil
pemeriksaan kadar bilirubin serum.
o Gangguan imunologik8
Bayi prematur mudah mengalami infeksi karena imunitas seluler masih
kurang.Hal ini terjadi karena belum sempurnanya pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin yang biasanya terjadi pada minggu akhir masa
kehamilan. Bayi mengalami rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatifbelum sanggup membentuk antibodidan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik. Selain itu karena kulit dan
selaput lender membrane tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup
bulan.
o Kerusakan integritas kulit5
Hal ini akibat struktur kulit yang belum matang dan rapuh dan lemak
subkutan yang kurang.Sensitivitas yang kurang memudahkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam
waktu lama. Pemakaian plaster dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau
bahkan lapisan atas ikut terangkat
o Retinopathy of Prematurity (ROP)4,8,13
ROP adalah pertumbuhan abnormal pembuluh darah dalam mata yang
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dimana terjadi kelainan
vasoproliferasi retina, biasanya ditemukan pada vaskularisasi retina yang
belum sempurna. Berbagai faktor sebagai risiko ROP adalah prematuritas,
BBLR, pemberiaan oksigen jangka panjang, serta saturasi oksigen yang tinggi
dan tidak stabil.

26
o Necrotizing enterocolitis (NEC)14
Necrotizing enterocolitis (NEC) dapat terjadi terutama setelah pemberian
minum enteral dimulai. Hal ini sering terjadi pada BBLR yang diberi susu
formula, tetapi jarang pada bayi yang diberi ASI.Masalah pencernaan
berbahaya yang biasanya berkembang dua sampai tiga minggu setelah lahir.
Dapat menyebabkan kesulitan makan, distensi perut dan nyeri tekan, muntah
kehijauan atau cairan kehijauan keluar dari NGT, atau dapat pula ditemukan
darah pada fesef. dan komplikasi lain. Bayi dengan NEC diterapi dengan
antibiotik dan diberi makan intravena. Dalam beberapa kasus berat, diperlukan
pembedahan untuk membuang bagian usus yang rusak.
o Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)15
Bayi berat lahir rendah, mempunyai kecenderungan sering menderita
ISPA yang secara statistik terbukti merupakan faktor risiko infeksi saluran
pernafasan akut. Selain itu, ada kecenderungan semakin rendah berat lahir,
semakin sering sakit ISPA. Hasil ini sesuai dengan teori, bahwa organ pada
BBLR belum sempurna, sehingga sering mengalami komplikasi, termasuk
infeksi. Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita oleh bayi berat
lahir rendah adalah penyakit pada membran hielin, infeksi saluran pernafasan
akut, aspirasi pnemonia, pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan
karena pusat pernafasan di medulla belum matur.Besar risiko BBLR untuk
menderita ISPA adalah sebesar 3 kali.

2.9 PENATALAKSANAAN

Pada saat lahir cara-cara yang diperlukan untuk membersihkan jalan


napas, memulai pernapasan, merawat tali pusat dan mata, dan memberi vitamin K
pada bayi berat lahir rendah adalah sama seperti pada bayi dengan berat badan dan
maturitas normal. Perawatan khusus diperlukan untuk mempertahankan
terbukanya jalan napas dan menghindari kemungkinan aspirasi cairan lambung.
Pertimbangan tambahan mencakup perawatan inkubator, pemantauan frekuensi

27
jantung serta pernapasan, perlunya penambahan oksigen, perlunya perhatian
khusus dalam merinci pemberian makanan, dan perlindungan terhadap infeksi.2

2.9.1 Respiratory Care


Waspadai episodik apneu pada bayi yang berlansung lebih 20 detik.Bila
perlu rangsang pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung.Berikan
oksigen yang hangat dan sudah diatur kelembabannya dengan oksimeter arteri
atau pantau tegangan oksigen darah transkutan di tempat periksa oksigen setiap
satu jam.Untuk membersihkan jalan nafas, lendir dari mulut bayi dapat dihisap
selama kurang dari 5 menit.Jika bayi masih dalam keadaan gawat nafas, lakukan
resusitasi dengan balon dan sungkup.Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari
sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau am
inofilin.Kafein lebih dipilih jika tersedia.Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/kg
oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit).Dosis rumatan sesuai
anjuran.Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara
oral atau IV selama 15-30 menit.Dosis rumatan sesuai anjuran. Jika monitor apnu
tersedia, maka alat ini harus digunakan.5,14
Penatalaksanaan bayi berat lahir < 1750 g dimulai dengan pemberian
oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu tanda
hipoksemia. Mayoritas bayi lahir dengan berat badan <1000 gram membutuhkan
intubasi pada saat kelahiran(untuk membantu adaptasi kardiopulmonal ke dalam
lingkungan ekstrauterine) dan memberikan bantuan ventilasi untuk jangka waktu
yang lama. Bayi-bayi tersebut membutuhkan perhatian ketat dengan pengukuran
berkala kadar pH dan tekanan gas darah.Pemberian ventilasi mekanik dengan
menggunakan NCPAP (Nasal Continous Possitive Airway Pressure)
menunjukkan bahwa terdapat/berkurangnya retensi CO2 dimana retensi CO2 dapat
memperberat gejala pernafasan terutama pada bayi dengan sindrom distress
pernafasan(ARDS).Oksigen diberikan dengan mempertahankan SpO2 diantara 85-
92%. Jika SpO2>94%, tekanan oksigen arteri dapat meningkat(>100mmHg)
karena kekurangakuratan pulse oximeter pada saturasi yang tinggi. Hal tersebut
akan dapat menyebabkan timbulnya retinopaty premature(ROP).14,16,17

28
2.9.2 Pengaturan suhu badan BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolisme rendah dan permukaan tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan
massa tubuh, jumlah lemak subkutan yang sedikit dan kekurangan lemak coklat.
Penatalaksanaan untuk menjaga suhu lingkungan netral adalah ;2,5

Ukur suhu aksila setiap 2 jam atau bila diperlukan sesuai jadwal.
Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir, seperti kontak kulit kulit,
kangaroo mother care, inkubator.
Tempatkan bayi dalam inkubator bila diperlukan, bayi hanya dipakaikan popok
untuk mengawasi keadaan umum, tingkah laku, warna kulit, pernapasan,
kejang dan sebagainya.
Tempatkan kontrol temperatur di atas abdomen, sehingga suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada suhu sebelumnya. Hindari menempatkan bayi kontak
dengan sumber panas atau dingin. Jaga kulit bayi tetap kering dan kepala bayi
tertutup untuk menjaga panas tubuh.
Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan stres dingin.

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh


normal antara lain adalah menggunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. Selain itu juga tidak dianjurkan
memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin dan harus dilakukan
pengukuran suhu tubuh bayi secara berkala.Suhu tubuh dipertahankan dengan
perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri pakaian di ruangan
yang hangat.Jika tidak ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang
dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat.
Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5-37.50 0C dengan kaki tetap hangat dan
berwarna kemerahan.3,14

29
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat badan dan umur bayi:3

Suhu inkubator (0 C )menurut umur


Berat bayi
35 34 33 32
<1500 g 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 g 1-10 hari 11hari-4 minggu >4 minggu
2100-2500 g 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
>2500 g 1-2 hari >2hari

*Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 10C setiap
perbedaan suhu 70C antara suhu ruang dan inkubator.

2.9.3 Medikamentosa
Pemberian vitamin K3

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau


o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan utuk umur 4-6 minggu.5

2.9.4 Diatetik

BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih


lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau
diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.Alat pencernaan
bayi belum sempurna, lambung kecil enzim penecernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB sehingga
pertumbuhan dapat meningkat. Permulaan cairan yang diberikan 60cc/kgBB/hari
terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut:3

30
2.9.5 Keseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan dan pemberian minum


Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama
kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan
60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan
aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat
badan bayi Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau
terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa.
Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena
kelebihan cairan dapat berakibat fatal.14
Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian
minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apneu, letargi atau kejang.
Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.Mulai berikan minum jika
kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur mungkin
pada hari ke-1).Pemberian minum dimulai jika perut tidak distensi dan lembut,
terdapat bising usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.Gunakan
tabel minum.Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.Jika toleransi
minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari. Pemberian susu dimulai dengan 2-4
mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.Beberapa BBLSR yang aktif dapat
minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril.Gunakan hanya ASI jika
mungkin.Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpa muntah, distensi perut atau
retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan
sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari.Kurangi atau hentikan minum jika
terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat
dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari
infeksi.14
Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga
150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34
mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum
berdasarkan berat badan terakhir.14

31
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran akibat imaturitas,
pemanas radian (pancaran) atau pengeluaran melalui kulit atau paru. Beberapa
usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah: 5

o Awasi dan hitung kebutuhan cairan bayi


o Beri cairan 150-180ml/kg jika diperlukan dapat dinaikkan sampai 200ml/kg
o Timbang bayi setiap hari
o Pantau asupan dan pengeluaran cairan setiap jam
o Periksa berat jenis urin dan glikosuria
o Jaga suhu lingkungan netral, berikan bayi pakaian yang tepat untuk
menghindari kemungkinan kehilangan cairan.
o Kaji bayi dari tanda-tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan
cairan, seperti kenaikan suhu tubuh, syok hipovolemik, sepsis, asfiksia dan
hipoksia.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/kg)3

Berat Umur ( hari)


Badan 1 2 3 4 5+
>1500 gr 60 80 100 120 150
< 1500 gr 80 100 120 140 150

2.9.6 Mencegah Infeksi


Bayi berat badan lahir rendah mudah terserang infeksi karena daya tahan
tubuh masih kurang, belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Infeksi yang sering terjadi adalah
infeksi silang melalui dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan
dengan bayi sehingga perlu dilakukan: 5

Pisahkan bayi yang infeksi dengan yang tidak terkena infeksi.


Cuci tangan sebelam dan sesudah memegang bayi.

32
Bersihkan tempat tidur bayi bila tidak dipakai lagi.
Bersihkan ruangan waktu-waktu tertentu.
Setiap bayi memiliki perlengkapan sendiri.
Petugas di bangsal bayi harus memakai baju yang telah disediakan.
Petugas dan orang tua yang menderita penyakit menular dilarang merawat
bayi.
Urin dan tali pusat dibersihkan sebaik mungkin.
Kaji fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, malas minum, gelisah dan
ikterus.
Pantau ulang hasil pemeriksaan eritrosit, leukosit, imunoglobulin.

2.9.7 Tanda Bahaya pada bayi baru lahir14

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir sering tidak
spesifik.Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru
lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayi baru lahir
dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.
Tanda ini mencakup: tidak bisa menyusu, kejang, mengantuk atau tidak sadar,
frekuensi napas < 20 kali/menit atau apneu (pernapasan berhenti selama >15
detik), frekuensi napas > 60 kali/menit, merintih, tarikan dada bawah ke dalam
yang kuat, sianosis sentral.
Tatalaksana mengatasi tanda bahaya pada bayi baru lahir meliputi
pemberian oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda
mengalami sianosis atau distres pernapasan berat. Beri VTP dengan balon dan
sungkup dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia)
jika frekuensi napas terlalu lambat (<20 kali/menit).Jika terus mengantuk, tidak
sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera
dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit,
diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10%
dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses
IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.Beri fenobarbital jika terjadi

33
kejang.Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri
berat.Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.Pantau bayi dengan
ketat.

2.9.8 Infeksi bakteri yang berat14

Faktor risiko infeksi bakteri berat pada bayi adalah: Ibu demam (suhu >
37.90 C sebelum atau selama persalinan), terjadinya ketuban pecah dini > 18 jam
sebelum persalinan, cairan amnion berbau busuk. Dan semua tanda bahaya yang
tersebut di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, Tanda-tanda lainnya
adalah: Ikterus berat, distensi perut berat. Selain itu juga sering di dapatkkan tanda
infeksi lokal seperti : nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika
bagian-bagian ini disentuh. Pustula kulit banyak, pusar kemerahan, meluas ke
kulit sekitarnya atau terdapat nanah dan ubun-ubun menonjol.

2.9.9 Antibiotika dan Sepsis14

Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg). Jika terdapat salah satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi
bakteri berat mulailah pemberian antibiotik. Jika pemeriksaan kultur darah
tersedia, lakukan pemeriksaan tersebut sebelum memulai antibiotik. Jika
ditemukan tanda infeksi bakteri yang berat, beri ampisilin (atau penisilin) dan
gentamisin.Beri kloksasilin (jika ada) sebagai pengganti penisilin jika pustula atau
abses kulit meluas karena tanda ini dapat merupakan tanda-tanda infeksi
stafilokokus.Pusar kemerahan pada sepsis.Peradangan meluas ke dinding
abdomen sekitar tali pusat.Sebagian besar infeksi bakteri yang berat pada neonatal
harus diobati dengan antibiotik sekurangnya 10 hari.Jika tidak membaik dalam 2-
3 hari, ganti antibiotika dengan sefalosporin generasi ke-3 (sefotaksim) atau rujuk
bayi ke fasilitas yang lebih lengkap.

34
2.9.10 Supportif3,5
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan
pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi,
penanganan ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
Jaga dan pantau kehangatan
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia,dll).
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan
ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterpi.
Pada umur 6 minggu konsultasi ke dokter spesialis mata untuk
kemungkinan adanya retinopathy of prematurity (ROP).
THT : skrining pendengaran dilakukan sebelum bayi pulang. Pemeriksaan
ulang dilakukan pada semua BBLR pada umur 12-24 bulan.

2.10 PROGNOSIS

Peluang bertahan hidup pada bayi yang dilahirkan dengan berat antara
1501-2500 gram mencapai 95%, tetapi bayi dengan berat badan kurang 1500 g
mempunyai angka mortalitas lebih bermakna.Prognosis bayi berat lahir rendah ini
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin
muda masa gestasi dan makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan
intraventrikuler,dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi,
gangguan metabolik, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).Prognosis ini
juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, perawatan
pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,

35
resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain. 2,8

Pekembangan BBLR dipengaruhi oleh Status Sosioekonomi ibu, ibu


dengan status sosioekonomi rendah cenderung memiliki bayi BBLR yang akan
berkembang kurang baik daripada mereka yang mempunyai lingkungan pasca
lahir yang lebih baik. 2

2.11 PENCEGAHAN

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:2,3,4,11,12

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama


kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik.
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.
o Pada persalinan dengan kehamilan belum cukup bulan dapat dilakukan
pendekatan faramkologis mencegah persalinan prematur baik dengan
pemberian tokolitik (salbutamol, torbutalin), atau Pemberian kortikosteroid
pada ibu jika diperkirakan terjadi kelahiran kurang bulan untuk mempercepat
pematangan paru janin

36
BAB III
KESIMPULAN

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
b. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Di negara-negara yang sedang berkembang
sekitar 70% bayi BBLR adalah IUGR (intra uterin growth retardation).
c. Etiologi BBLR dapat digolongkan dalam faktor ibu, faktor plasenta dan
faktor janin, di samping juga ada kemungkinan penyebab berupa infeksi.
d. Masalah pada BBLR berhubungan dengan gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi hingga menyebabkan kematian.
e. Berdasarkan gambaran klinisnya BBLR dibagi dalam kelompok
prematuritas murni dan kelompok dismatur. Sedangkan berdasarkan berat
lahirnya BBLR dibagi atas BBLR (berat < 2500 gram), BBLSR (berat
1000-1500 gram) dan BBLASR (berat < 1000 gram).
f. Karakteristik untuk BBLR adalah berat badan kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm dan tangisannya lemah.
g. Diagnosis BBLR dilakukan mulai dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir. Kemudian lanjutkan dengan langkah-
langkah anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
ballard skor.
h. Diagnosis BBLR telah dapat ditegakkan bahkan sebelum bayi lahir
melalui anamnesis dan pemeriksaan pada kandungan ibu, selain dapat juga
ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang menggunakan skor Ballard dan
kurva Lubchencountuk menentukan diagnosis apakah seorang bayi cukup
bulan atau tidak dan digolongkan pada BBLR dengan prematuritas atau
dengan dismaturitas (IUGR).

37
i. Komplikasi pada BBLR yang langsung terjadi di antaranya: hipotermia,
hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindrom
gawat napas, infeksi, necrotizing enterocolitis, perdarahan intraventricular.
j. Penatalaksanaan BBLR mencakup pemerliharaan jalan nafas, kecukupan
oksigen jaringan, pengelolaan hipotermia, pemberian vitamin K,
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi yang adekuat baik secara enteral
maupun parenteral.
k. Langkah preventif utama yang harus dilakukan untuk mencegah lahirnya
BBLR adalah dengan mengupayakan ibu memperoleh nutrisi yang tepat
dan adekuat selama masa kehamilannya dan memeriksa kehamilan
minimal 4 x selama masa kehamilan.
l. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan
yang intensif. Namun, prognosis BBLR juga dipengaruhi hubungan
berbanding lurus usia kehamilan, berat lahir dan komplikasi masa
perinatal.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Damanik, Sylviati M. 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan


Masa Gestasi dalam Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hal: 11-30.

2. Nelson WE. BehrmanR. Bayi Berisiko Tinggidalam Nelson Ilmu


Kesehatan Anak. Ed 15 Vol 1. Jakarta: EGC.1992, hal 558-572.
3. Pusponegoro HD, Sri R, Bambang T, Antonius H, Shaoleh K, Kusnandi
R. Bayi Berat Lahir Rendah dalam Standar Pelayanan Medis kesehatan
Anak:. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.2004. Hal 308-12
4. Hasan,Rusepno. Husein A. Bayi Berat Lahir Rendahdalam Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: FK Universitas Indonesia. Jilid 3. Cet 11.
2005.Hal:1051-57.
5. Surasmi A, Siti H, Heni NK. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
dalam Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC. 2003. hal: 31-55.
6. Depkes RI. 2009. Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Lahir
Rendah Dengan Perawatan Metode Kangguru di Rumah Sakit dan
Jejaringnya. Jakarta: Direktorat Janderal Bina Pelayanan Medik.
7. Sitohang NA. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah Dalam:www.repository.usu.ac.id. Created 2004.
8. Wiknjosastro,Hanifa.Abdul BS.Rachimhadhi T.Bayi Berat Lahir Rendah
dalam Ilmu Kebidanan.2005.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.Hal:771-84.
9. Kosim,M.Sholeh. Achmad S. Dwikisworo S. Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir. Jakarta: IDAI(UKK Perinatologi)-Departemen Kesehatan
RI.2006. Hal: 24-40.
10. Unicef. Low Birth Weight Incidence by Country (2000-2007). Childinfo:
Statistic by area. Last update Juni 2009. www.childinfo.org

39
11. Setyowati,Titiek. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan
Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Center for Research and
Development of Health Ecology. www.litbang.depkes.go.id. Created:
1996.
12. Lubis,Zulhaida. Status Gizi Ibu Hamil dan Pengaruhnya Terhadap Bayi
yang Dilahirkan. 2003. www.repository.usu.ac.id
13. Sastroasmoro,Sudigdo. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM. 2007. Jakarta: FK UI/RSCM.
14. World Health Organization. Masalah-masalah bayi baru lahir dan bayi
muda dalam Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for
the Management of Common Illnesses with Limited Resources,2005.
Jakarta.
15. Sadono W. Adi MS. Zain S. Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor
Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi (Studi Kasus di Kabupaten
Blora).
16. UCSF Medical Centre, Intensive Care Staff Manual in Very Low And
Extremely Low Birthweight InfantsDalam: www.pediatric.org. 2004
17. Nguyen T, Partial Pressure of Carbondioxide In Extremely Low Birth
Weight Infants Supported By Nasal Prongs Continous Positive Airway
Pressure Dalam: www.pediatrics.org. 2003.

40

Anda mungkin juga menyukai