batubara dan merupakan ancaman keselamatan bagi pekerja tambang karena beracun
dan mematikan. Telah diketahui pula pada proses pemboran sumur-sumur migas
yang melewati lapisan batubara seringkali terjadi kick yang mengindikasikanadanya
intrusi gas ke lubang sumur atau loss circulation yang mengindikasikan adanya
rekahan.
Hal ini merupakan indikasi bahwa lapisan batubara merupakan suatu reservoir.
Tetapi bagaimanakah konsep sumber gas alam ini dapat disebut sebagai reservoir coal
bed methane dan potensial untuk dikembangkan pada industri perminyakan, serta
bagaimana pula evaluasi reservoir untuk memperkirakan cadangannya dengan
pendekatan metode volumetris?.
1. Pendahuluan
CBM pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu kandidat alternative
pemenuhan kebutuhan energi fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional
mulai mengalami penurunan produksi mendekati batas laju ekonomisnya, dan belum
ditemukannya atau belum mulai dieksploitasikannya lapangan gas baru.
Gas alam yang berasal dari batubara telah diketahui pada penambangan
batubara dan merupakan ancaman keselamatan bagi pekerja tambang karena beracun
dan mematikan. Untuk itu dibuat suatu sumur dengan target menembus lapisan
batubara yang digunakan sebagai tempat penambangan batubara bawah tanah sebagai
teknik ventilasi yang tujuannya membuang gas metana dari penambangan batubara
Proses pemboran sumur sumur migas dengan target reservoir batupasir/batugamping
yang melewati lapisan batubara seringkali terjadi kick atau loss circulation. Kick
mengindikasikan adanya intrusi gas ke lubang sumur sedangkan loss circulation
mengindikasikan adanya rekahan. Indikasi ini memberi pandangan bahwa lapisan
batubara dapat dipertimbangkan sebagai reservoir.
Makalah ini membahas mengenai studi literatur dari referensi yang telah
dipublikasikan untuk menguraikan pendefinisian CBM. Evaluasi cadangan dengan
pendekatan metode volumetris juga diuraikan disini.
Batubara merupakan material yang terdiri atas lebih dari 50% berat dan 70%
volume dari senyawa karbon termasuk kelembaban yang tidak dapat dikurangi
Batubara merupakan batuan sedimen nonklastik. Batuan sedimen non klastik
didefinisikan sebagai batuan sedimen terbentuk oleh proses kimia, biologi atau
biokimia pada permukaan bumi tanpa mengalami proses erosi dan pengendapan
seperti batuan sedimen klastik dan selanjutnya mengalami proses penguburan,
pengompakan diteruskan dengan coalifikasi.
Dari proses coalifikasi ini dapat diketahui bahwa semua batubara mengandung
gas seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 yang menyatakan hubungan volume
pembentukan gas sebagai fungsi dari rank batubara. Gambar 2.1. juga menunjukkan
bahwa rank bituminious mempunyai volume pembentukan gas yang paling tinggi.
Rank peat tidak dimasukkan dalam hubungan ini karena penguburan dan
terbentuknya peat masih dekat dengan permukaan, sehingga gas yang dihasilkan
langsung terbebaskan.
Gambar 2.1
Coal Bed Methane merupakan gas yang dihasilkan dan tersimpan pada lapisan
batubara, meskipun istilah metana sering digunakan oleh industry yang pada
kenyataannya merupakan campuran gas C1, C2, C3 dan gas pengotor seperti N2 dan
CO2. Bedanya dengan Coal Mine Methane, gas pada batubara ini merupakan
ancaman bahaya pada penambangan batubara. Oleh karena itu pada penambangan
batubara dibuat saluran ventilasi gas untuk membuang gas tersebut. Meskipun
merupakan produk samping pada coalifikasi namun dari sudut pandang dunia
perminyakan, gas inilah yang menjadi target utama diproduksikannya gas dari
reservoir CBM. Lapisan batubara yang disebut reservoir CBM merupakan lapisan
batubara yang berada >500 m dibawah permukaan dan diproduksikan fluida
reservoirnya dengan membuat suatu sumur. Untuk lapisan batubara <500 m dibawah
permukaan, merupakan potensi untuk dikembangkan penambangan terbuka yang
diambil batubaranya langsung.
Gas tersimpan dalam dua kondisi, yaitu mayoritas tersimpan pada kondisi
terserap di pori mikro dan kondisi bebas pada pori makro yang merupakan rekahan
dan disebut sebagai cleat. Cleat terdiri atas face cleat yang merupakan jalur rekahan
bersifat menerus sepanjang pelapisan dan butt cleat yang merupakan jalur rekahan
bersifat tidak menerus. Uniknya, face cleat dan butt cleat saling tegak lurus.
3. Adsorption isotherm
Dimana:
Dimana:
Vm = konstanta isotherm Langmuir, scf/ton
b = konstanta tekanan Langmuir, 1/psi
Percobaan sorption capacity mengukur jumlah gas yang terserap dan tekanan,
yang divisualisasikan dalam bentuk grafis seperti pada Gambar 3.1. Dari grafik ini
dapat ditentukan parameter Vm dan b.
Gambar 3.1
. Pada kondisi jenuh ini, cleat terisi mayoritas oleh gas dengan saturasi air
tertentu. Bila kandungan gas yang diukur dari contoh batubara yang diambil langsung
(undisturb sample) dari sumur yang menembus reservoir CBM menunjukkan hasil
yang lebih rendah dari sorption capacitynya pada tekanan reservoirnya (1900 psia),
maka reservoir CBM berada pada keadaan dibawah titik jenuh (undersaturated).
Kondisi unsaturated ini terjadi akibat cleat/rekahan pada reservoir CBM dijenuhi air
100%, seperti dicontohkan pada Batubara B pada Gambar 3.1.
Kondisi saturated dan undersaturated pada reservoir CBM ini juga merupakan
salah satu parameter yang membedakan perilaku reservoir CBM dengan reservoir gas
alam konvensional yaitu reservoir CBM selalu memproduksi air terlebih dahulu
dalam jumlah besar sebelum gas mulai terdesorpsi, terutama pada kondisi
undersaturated, yang dinamakan proses pengurasan air (dewatering process). Seperti
terlihat pada Gambar 3.1 untuk batubara B, gas akan mulai terproduksi pada tekanan
desorpsi di 900 psia. Air disini merupakan hasil dari coalifikasi yang tersimpan pada
cleat, bukan dari akuifer.
5. Perhitungan Cadangan
o Apabila reservoir CBM pada kondisi jenuh (saturated) maka cleat dijenuhi
sebagian besar oleh gas sehingga perhitungan OGIP reservoir CBM merupakan
penjumahan volume gas pada pori mikro dan volume gas pada cleat.
o Apabila reservoir CBM pada kondisi tidak jenuh (undersaturated), maka cleat
dijenuhi 100% oleh air sehingga volume gas pada cleat bernilai nol dan
perhitungan OGIP reservoir CBM hanya merupakan volume gas pada pori mikro.
Ga = 1359,7A.h.ρc.GC ..................(5-2)
Gf = 43560A.h.Φc(1-Sw)/Bgi…....(5-3)
Dimana:
Fraksi gas bebas pada cleat batubara kadang-kadang sangat kecil kapasitas
penyimpanannya dan dapat diasumsikan sebagai gas yang tidak dapat diproduksikan
lagi. Oleh karena itu, volume gas yang tersimpan pada kondisi bebas di cleat (Gf)
pada persamaan (5-3) dapat diabaikan (bernilai nol). Penurunan persamaan
perhitungan OGIP metode volumetris untuk volume gas yang tersimpan dalam
kondisi terserap pada reservoir CBM diturunkan dari persamaan perhitungan OGIP
metode volumetris untuk reservoir gas konvensional.
G = A h (1 - S ) w ............ (5-4)
Densitas zat (ρ), dalam gr/cc yaitu massa zat (m) dalam gr, dibagi dengan
volume zat (V) dalam cc:
𝑚
= 𝑣 ................... (5-6)
Dengan definisi kandungan gas merupakan volume gas yang tersimpan pada
pori batubara, dalam SCF, untuk tiap satuan massa dari batubara, dalam ton, yang
dirumuskan:
Vgas
GC = .......... (5-8)
m
Vgas Vb
G = Vb = Vb GC……....(5-9)
m m
Dalam hal ini, densitas batubara masih tercampur dengan komponen lain seperti
mineral-mineral yang pengaruhnya akan meningkatkan densitas batubara hingga dua
kali lipatnya dari densitas batubara yang sebenarnya. Oleh karena itu harus dikoreksi
menjadi densitas batubara bebas abu (ρc).
Vt = Vc +Va.................. (5-10)
Massa total batubara (mt) merupakan massa bahan organik (mc) dan bahan
mineral (ma), dijabarkan pada persamaan:
mt = mc+ma................... (5-11)
𝑉𝑎
Fva = 𝑉𝑡 ........................... (5-13)
𝑚𝑎
Fma = 𝑚𝑡 ........................... (5-14)
𝑚𝑎
Fmc = ........................... (5-15)
𝑚𝑡
Dimana Fvc adalah fraksi volume bahan organik, Fva adalah fraksi volume
bahan mineral, Fmc adalah fraksi massa bahan organik dan Fma adalah fraksi massa
bahan mineral. Dengan asumsi fraksi massa dari batubara bebas abu (Fmc) dan fraksi
massa dari abu (bahan mineral, Fma) seragam, maka dapat dirumuskan:
Batubara Bebas Abu Secara Pintas Dari Interpretasi Density Log Batubara
mempunyai densitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan shale atau
batupasir. Sebagai hasilnya, ketebalan kotor dari interval yang didominasi batubara
dapat langsung dikuantitaskan pada grafik density log. Dalam prakteknya, ketebalan
reservoir CBM yang dianalisis menggunakan density log digunakan harga 1,75 g/cc
sebagai harga maksimum dari densitas bulk untuk lapisan batubara yang dianggap
mempunyai kandungan gas yang signifikan.
Tetapi pada kasus dicekungan San Juan densitas batubara yang menyimpan gas
dengan jumlah yang signifikan tipikal densitasnya berkisar antara 2,4 hingga 2,5 g/cc,
maka dapat dibuat suatu kisaran bahwa densitas batubara yang menyimpan gas yang
signifikan berkisar antara 1,7 hingga 2,5 g/cc. Namun densitas ini belum dikoreksi
terhadap abu. Respon dari density log untuk densitas batubara bebas abu dapat
diketahui pada pembacaan densitas terendah melewati interval lapisan batubara.
Saturasi fluida terdiri atas saturasi air, saturasi minyak dan saturasi gas.
Pengukuran saturasi fluida pada analisa inti batuan rutin reservoirmigas biasanya
ditentukan dengan penentuan saturasi air terlebih dahulu, begitu pula pada interpretasi
wireline log. Selanjutnya saturasi minyak dan saturasi gas dapat diketahui.
Kandungan gas merupakan sifat fisik fundamental reservoir CBM yang analogi
dengan saturasi fluida.
a) Gas hilang didefinisikan sebagai gas yang hilang saat pertama kali sampel
dipotong saat coring hingga dibungkus dengan kontainer gas ketat (canister). Gas
yang hilang tidak diukur tetapi harus diperkirakan.
b) Gas terdesorpsi yaitu gas yang terukur melalui canister.
c) Setelah laju desorpsi/emisi gas turun dibawah harga ambang batas, sampel
dihancurkan menjadi bubuk yang sangat halus untuk melepaskan gas sisa yang
dinamakan gas residu. Harga ambang batas awalnya diset pada 0,05 cm3/hari
untuk lima hari pengukuran (oleh McCulloch et al., 1975) tetapi telah direvisi
menjadi rata – rata 10 cm3/hari untuk tujuh hari pengukuran (oleh Diamond dan
Levine, 1981; Diamond et al., 1986).
Total kandungan gas merupakan penjumlahan dari volume gas yang hilang,
volume gas yang terukur melalui canister dan volume gas residu. Data pengukuran
dan pencatatan merupakan plot antara jumlah gas yang terkumpul versus akar
pangkat dua dari waktu desorpsi. Waktu desorpsi ini dimulai ketika core mulai
dipotong didalam lubang bor, sehingga pada perhitungan waktu tersebut, gas yang
hilang mulai diperkirakan. Koreksi terhadap data kandungan gas mengacu pada
komposisi gas pengotor seperti gas nitrogen dan karbondioksida. Komposisi gas
diperoleh dari hasil analisa gas chromatography. Kandungan gas yang telah dikoreksi
disini merupakan murni gas metana.
5.3. Faktor Perolehan
Cadangan gas merupakan hasil perkalian antara OGIP dengan factor perolehan.
Faktor perolehan reservoir gas konvensional dirumuskan:
Bgi
RF = 1 − ..............(5-17)
Bga
Dimana
RF = faktor perolehan, fraksi
Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan reservoir abandon, cuft/SCF
Pada volume gas reservoir CBM dalam kondisi bebas, persamaan (5-19) dapat
diaplikasikan. Namun pada volume gas dalam kondisi terserap, Ga, pengukuran
kandungan gas reservoir CBM diukur pada kondisi permukaan, sehingga tidak ada
konversi FVF. Pengurangan kandungan gas total dengan gas residu dari hasil
pengukuran desorption analysis, merupakan representasi faktor perolehan. Gas residu
adalah gas yang tidak dapat bergerak lagi dan tetap menempati pori batubara pada
kondisi abandon.
6. Kesimpulan
Reservoir coal bed methane merupakan reservoir gas yang menghasilkan dan
menyimpan gas alam pada lapisan batubara dengan kedalaman > 500 meter dibawah
permukaan dan diproduksikan fluida reservoirnya melalui suatu sumur. Petroleum
system dan komponen reservoir CBM sama dengan reservoir migas konvesional,
namun karena reservoir CBM juga bertindak sebagai source rock, maka tidak
memerlukan migrasi dan perangkap reservoir. Perkiraan OGIP reservoir CBM
dengan pendekatan metode volumetris, dihitung berdasarkan dua komponen rumus
yaitu volume gas terserap dan volume gas bebas, yang tergantung pada kondisi
kejenuhan reservoir CBM. Sifat fisik fundamental reservoir yang digunakan pada
perhitungan OGIP reservoir CBM dengan metode volumetris, mempunyai analogi
terhadap sifat fisik fundamental reservoir migas konvensional, yaitu densitas batubara
analogi dengan porositas, kandungan gas analogi dengan saturasi gas. Contoh
perhitungan perkiraan cadangan gas dengan metode volumetris menggunakan data
hipotetik memberikan gambaran sederhana evaluasi cadangan gas reservoir CBM.