Anda di halaman 1dari 23

MEKANIKA TANAH

KEMANTAPAN LERENG

KEMANTAPAN LERENG
Didalam operasi penambangan, masalah kemantapan lereng akan
ditemukan pada Penggalian Tambang Terbuka, bendungan untuk
cadangan air kerja, di tempat tempat penimbunan bahan buangan
(tailing disposal) dan di penimbunan bijih (stockyard).
Apabila lereng yang terbentuk sebagai akibat dari proses
penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (bendungan, jalan, dll) itu tidak
stabil maka kegiatan produksi akan terganggu.
Oleh karena itu suatu analisis kemantapan lereng merupakan suatu
bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kelancaran produksi maupun terjadinya kecelakaan kerja.

KEMANTAPAN LERENG
Dilihat dari jenis material, ada 2 macam lereng, yaitu :
1. Lereng batuan
2. Lereng Tanah
Dalam analisis dan penentuan jenis tindakan
pengamanannya, lereng batuan tidak dapat disamakan
dengan lereng tanah, karena parameter material dan
jenis penyebab longsor di kedua lereng tersebut sangat
jauh berbeda.

Masalah kemantapan lereng pada umumnya tergantung pada faktor penyebab sebagai
berikut :
1. Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristik dari bidang bidang lemah
2. Keadaan tegangan alamiah dalam massa batuan / tanah
3. Konsentrasi lokal dari tegangan
4. Karakteristik mekanik dari massa batuan / tanah
5. Iklim terutama jumlah hujan untuk di daerah tropis
6. Geometri Lereng
Tiga pendekatan utama dari analisis kemantapan lereng adalah :
7. Pendekatan mekanika batuan
8. Pendekatan mekanika tanah
9. Pendekatan yang memakai kombinasi keduanya

Dalam menentukan kestabilan / kemantapan lereng, dikenal


istilah Faktor Keamanan (Safety Factor), yang merupakan
perbandingan antara gaya gaya yang menahan, terhadap gaya
gaya yang menggerakkan tanah tersebut.
Bila Faktor Keamanan lebih dari satu, umumnya lereng tersebut
dianggap stabil. Kemantapan suatu lereng dinyatakan dengan
FAKTOR
KEAMANAN
(safety
factor),
yang
merupakan
perbandingan antara besarnya gaya penahan dengan gaya
penggerak longsoran.
Apabila harga FK untuk suatu lereng > 1,0 (gaya penahan > gaya
pengerak), maka lereng tersebut dikategorikan mantap. Tetapi
apabila harga FK < 1,0 (gaya penahan < gaya penggerak), maka
lereng tersebut berada dalam kondisi tidak mantap dan mungkin
akan terjadi longsoran pada lereng yang bersangkutan.

Gaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat dikelompokkan


menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan
material pada lereng untuk bergerak ke bawah dan gaya-gaya yang
menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi pergerakan atau
longsoran.
Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebab-penyebab
terjadinya longsoran menjadi dua kelompok yaitu:
Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya geser
yang bekerja sepanjang bidang runtuh, antara lain yaitu: Perubahan
geometri lereng, Penggalian pada kaki lereng, Pembebanan pada puncak
atau permukaan lereng bagian atas, Gaya vibrasi yang ditimbulkan oleh
gempa bumi atau ledakan, Penurunan muka air tanah secara mendadak
Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya kekuatan
geser material, antara lain yaitu: Pelapukan, Keruntuhan progressive,
Hilangnya sementasi material, Berubahnya struktur material

Akan tetapi menurut Varnes (1978) terdapat sejumlah


penyebab
internal
maupun
eksternal
yang
dapat
menyebabkan naiknya gaya geser sepanjang bidang runtuh
maupun menyebabkan turunnya kekuatan geser material,
bahkan kedua hal tersebut juga dapat dipengaruhi secara
serentak.
Terdapatnya
sejumlah
tipe
longsoran
menunjukkan
beragamnya kondisi yang dapat menyebabkan lereng
menjadi tidak stabil dan proses-proses yang memicu
terjadinya longsoran, yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu kondisi material
(tanah/batuan), proses geomorphologi, perubahan sifat fisik
dari lingkungan dan proses yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia.

Stabilitas lereng pada lereng batuan selalu dipengaruhi oleh beberapa


faktor (Made Astawa Rai,1995) sebagai berikut :
1. Penyebaran batuan; Macam batuan atau tanah yang terdapat di
daerah penyelidikan harus diketahui, demikian juga penyebaran
serta hubungan antar batuan. Ini perlu dilakukan karena sifat-sifat
fisis dan mekanis suatu batuan berbeda dengan batuan lain
sehingga kekuatan menahan bebannya juga berbeda
2. Relief Permukaan; Bumi Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan
pengendapan serta menentukan arah aliran air permukaan dan air
tanah. Hal ini disebabkan karena untuk daerah yang curam,
kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan
pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah yang landai,
karena erosi yang intensif banyak dijumpai singkapan batuan
menyebabkan pelapukan yang lebih cepat. Batuan yang lapuk
mempunyai kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng
menjadi berkurang.

3. Geometri lereng; Geometri lereng mencakup tinggi lereng dan


sudut kemiringan lereng. Kemiringan dan tinggi suatu lereng
sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar
kemiringan dan tinggi suatu lereng maka kemantapannya
semakin kecil. Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng
sebagian besar basah dan batuannya memiliki kandungan air
yang tinggi, sehingga menyebabkan kekuatan batuan menjadi
rendah dan lereng lebih mudah longsor.
4. Struktur batuan; Struktur batuan yang sangat mempengaruhi
kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan
dan rekahan. Oleh karena itu perlu diperhatikan dalam analisa
adalah struktur regional dan lokal. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai
tempat merembesnya air sehingga batuan menjadi lebih
mudah longsor.

5. Iklim; Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah


hujan, sehingga berpengaruh pula pada proses
pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan
curah hujan tinggi akan menyebabkan proses
pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah
sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah didaerah tropis
lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan
segarnya.
6. Tingkat Pelapukan; Tingkat pelapukan mempengaruhi
sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi,
besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin
tinggi tingkat pelapukan maka kekuatan batuan akan
menurun.

7. Hasil Kerja Manusia; Selain faktor alamiah, manusia juga


memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya suatu lereng
yang awalnya mantap karena manusia menebangi pohon
pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air
yang tidak baik, penggalian / tambang, dan lainnya
menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap,
sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.
8. Sifat fisik dan mekanik batuan; Sifat fisik batuan yang
mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi
(density), porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat
tarik, kuat geser, kohesi dan sudut geser dalam
merupakan
sifat
mekanik
batuan
yang
juga
mempengaruhi lereng.

Bobot isi (unit weight); Bobot isi batuan akan


mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang
longsor. Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka
gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor akan
semakin besar. Dengan demikian kemantapan lereng
tersebut semakin berkurang.
Porositas; Batuan yang mempunyai porositas besar akan
menyerap air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih
besar sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.
Kandungan air; Semakin besar kandungan air dalam
batuan, maka tekanan air pori menjadi besar juga. Dengan
demikian kuat geser batuannya akan menjadi kecil.
Sehingga kemantapannya akan berkurang.

Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser Kekuaatan batuan


biasanya dinyatakan dengan kuat tekan(confined & unfined
compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat
geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kekuatan besar
akan lebih mantap.
Kohesi dan sudut geser dalam; Semakin besar kohesi dan sudut
geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin besar
juga.
Pengaruh gaya; Biasanya gaya-gaya dari luar yang dapat
mempengaruhi kemantapan lereng antara lain : getaran alatalat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan,
gempa bumi dll. Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar
tegangan geser sehingga dapat mengakibatkan kelongsoran
pada lereng.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEMANTAPAN LERENG
Kuat Geser Tanah atau Batuan
Kekuatanyang sangat berperan dalam
analisakestabilanlereng terdiri dari sifat fisik dan sifat
mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang
digunakan dalam menganalisa kemantapan lereng
adalah bobot isitanah, sedangkan sifat mekaniknya
adalah kuat geser batuan yang dinyatakan dengan
parameter kohesi dan sudut geser dalam. Kekuatan geser
batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya
untuk melawan atau menahan gaya penyebab
kelongsoran.

BOBOT ISI TANAH ATAU BATUAN


Nilai bobot isitanah ataubatuan akan menentukan
besarnya beban yang diterima pada permukaan bidang
longsor, dinyatakan dalam satuan berat per volume.
Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan
air dalam batuan tersebut.Semakin besar bobot isi pada
suatu lereng tambang maka gaya geser penyebab
kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi diketahui dari
pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk
analisa kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter yaitu
nilai Bobot isi batuan pada kondisi asli (gn), kondisi kering
(gd) dan Bobot isi pada kondisi basah (gw).

KOHESI
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam
batuan, dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas.
Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari
pengujianlaboratorium yaitu pengujiankuat geser
langsung(direct shear strength test)dan pengujian
triaxial(triaxial test).

SUDUT GESER DALAM


Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari
hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser
di dalam material tanah atau batuan.Sudut geser
dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu
material dikenai teganganataugaya terhadapnya yang
melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut
geser dalam suatu material maka material tersebut
akan lebih tahan menerima tegangan luar yang
dikenakan terhadapnya.
Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam,
dinyatakan dalam persamaan berikut :

STRUKTUR GEOLOGI
Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada
analisakestabilanlerengpenambangan adalah bidang-bidang lemah
dalam hal ini bidang ketidakselarasan(discontinuity).
Ada dua macam bidang ketidakselarasan yaitu :
1.Mayor discontinuity,seperti kekar dan patahan.
2.Minor discontinuity,seperti kekar dan bidang-bidang perlapisan.
Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di dalam analisa
kemantapan lereng karena struktur geologi merupakan bidang lemah
di dalam suatu masa batuan dan dapat menurunkan atau
memperkecil kestabilan lereng.

GEOMETRI LERENG
Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan
lereng meliputi tinggi lereng, kemiringan lerengdan lebar
berm,baik itulereng tunggal (Single slope) maupun
lereng keseluruhan(overall slope).Suatu lereng disebut
lerengtunggal (Single slope)jika dibentuk oleh satu
jenjang saja dan disebut keseluruhan(overallslope)jika
dibentuk oleh beberapa jenjang.

KLASIFIKASI KELONGSORAN
LONGSOR BIDANG (PLANE FAILURE)
LONGSOR BAJI (WEDGE FAILURE)
LONGSOR GULING (TOPPLING FAILURE)
LONGSOR BUSUR (CIRCULAR FAILURE)

LONGSOR BUSUR
Longsoran busur merupakan longsoran yang paling
umum terjadi di alam, terutama pada tanah dan batuan
yang telah mengalami pelapukan sehingga hampir
menyerupai tanah. Pada batuan yang keras longsoran
busur hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang
lemah (rekahan) dengan jarak yang sangat rapat
kedudukannya.
Dengan demikian longsoran busur juga terjadi pada
batuan yang rapuh atau lunak serta banyak mengandung
bidang lemah, maupun pada tumpukan batuan yang

Anda mungkin juga menyukai