Anda di halaman 1dari 9

GOOD MINING PRACTICE

PRAKTEK PERTAMBANGAN YANG BAIK DAN BENAR


(GOOD MINING PRACTICE)
===================================

A. PENDAHULUAN
Di era Globalisasi dan Reformasi saat ini, beberapa perubahan tuntutan sudah menjadi kewajiban kita
untuk diperhatikan dalam melaksanakan aktifitas pembangunan.
Beberapa perubahan tuntutan tersebut antara lain adalah dengan adanya tuntutan :
- pembangunan yang harus berkelanjutan (sustainable development).
- mengikuti perkembangan teknologi.
- mengikuti era globalisasi yang semakin terbuka dan semakin majunya teknologi informasi.
- efisiensi
- Hak Azasi Manusia dan Jaminan Keamanan.
- peran serta (partisipasi) masyarakat.

Tuntutan-tuntutan tersebut tidak terkecuali wajib diperhatikan dalam kita melaksanakan aktifitas/
kegiatan di dunia pertambangan, dimana dalam melaksanakan aktifitas pertambangan tersebut kita
harus melaksanakannya secara baik dan benar.

Atas dasar tuntutan-tuntutan tersebut diatas, maka secara umum yang dimaksud dengan Praktek
Pertambangan Yang Baikdan Benar (Good Mining Practice) adalah suatu kegiatan pertambangan yang
mentaati aturan, terencana dengan baik, menerapkan teknologi yang sesuai yang berlandaskan pada
efektifitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan galian, mengendalikan dan memelihara fungsi
lingkungan, menjamin keselamatan kerja, mengakomodir keinginan dan partisipasi masyarakat,
menghasilkan nilai tambah, meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar serta
menciptakan pembangunan yang berlanjutan.

B. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BAIK DAN BENAR.

Dalam rangka pengelolaan pertambangan yang baik dan benar ini, maka terdapat 2 unsur utama yang
melaksanakannya, yaitu “Pelaku Bisnis” dan Pembuat Kebijakan”.
Agar tercapai maksud pengelolaan tersebut diatas, maka pelaku bisnis dalam mengelola pertambangan
haruslah melaksanakannya dengan baik dengan selalu memperhatikan beberapa hal antara lain :
efisiensi, keuntungan yang wajar, resiko yang rendah, kepedulian terhadap lingkungan dan kepedulian
terhadap masyarakat.
Sedangkan bagi pembuat kebijakan beberapa hal yang wajib menjadi perhatiannya antara lain adalah
bagaimana agar pembangunan masyarakat dan daerah dapat berjalan baik, pembangunan dapat
berkelanjutan, menekan agar pelaku bisnis taat terhadap aturan, melaksanakan kegiatan berpedoman
pada azas konservasi bahan galian agar dapat meningkatkan nilai tambah dan menekan terjadinya
kecelakaan serta pentingnya melaksanakan perlindungan terhadap lingkungan.
Peran birokrat (pembuat kebijakan) pada hakekatnya adalah : membuat kebijakan yang tepat dan
kondusif, menjamin keamanan, menjamin kepastian hukum menjadi fasilitator yang baik serta
membuat pedoman terhadap pelaksanaan kegiatan.

C.TEKNIS PERTAMBANGAN YANG BAIK

Pada prinsipnya, Teknis Pertambangan yang baik dapat dilakukan apabila didalam aktifitas
pertambangan tersebut dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai.
 Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik (tingkat akurasi tinggi).
 Studi Geohidrologi, Geoteknik dan Metalurgi harus dilakukan secara baik dan benar.
 Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang komprehensif dengan didukung data yang cukup, perlu
disusun dengan baik, termasuk studi lingkungannya (AMDAL atau UKL/UPL).
 Teknik dan sistim tambang serta proses pengolahan/pemurnian harus direncanakan dan dilak-
sanakan secara baik (sistim tambang pada material lepas dan padu sangat berbeda, demikian pula
proses pengolahannya)
 Teknis konstruksi dan Pemilihan peralatan harus tepat guna.
 Sistim pengangkutan bahan tambang harus terencana baik, termasuk pemilihan alat angkut dan
alat berat lainnya.
 Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan cadangan dan spesifikasi.
 Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum seluruh aktifitas dihentikan.
Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada lahan ex tambang
yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan dan reklamasi sebaiknya mengacu
pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kondisi lahan.

Jika Teknis Pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan berakibat pada :
 Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
 Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis.
 Produksi akan tersendat / tidak lancar.
 Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi.
 Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul.
 Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
 Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya.
 Semua pihak akan mendapat rugi (Pemerintah, perusahaan dan masyarakat).
 Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang merusak lingkungan.

D. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PASCA TAMBANG

Beberapa prinsip dalam perencanaan dan pelaksanaan pasca tambang yang harus menjadi perhatian
antara lain :
 Perlu adanya transparansi, komunikasi yang terbuka, komitmen, dukungan dan partisipasi yang
ber-
asal dari seluruh stake holders (pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis).
 Perencanaan dan pelaksanaannya harus sejalan dengan ketentuan dan standard yang berlaku.
 Rencana pasca tambang harus dapat diterima oleh seluruh stake holders dan sesuai dengan
keinginan publik.
 Pelaksanaan harus mempunyai target terjaminnya keselamatan lahan ex tambang,
terpeliharanya
lingkungan dan lahan ex tambang dapat pergunakan kembali untuk kegiatan lainnya yang lebih
bermanfaat.
 Pelaku kegiatan harus dapat mempertanggung-jawabkan dari aspek teknik dan sosio-ekonomi.
 Pelaksanaan kegiatan pasca tambang harus disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah.
 Secara teknis dan ekonomis, pelaksanaan pasca tambang dapat dilaksanakan.
 Ditangani oleh sumber daya manusia yang profesional dan paham.
 Program pasca tambang harus dipantau secara kontinyu dan segera direvisi jika terjadi
perubahan.
 Program hendaknya bersifat adaptatif terhadap adanya perubahan kondisi.
 Harus ada kriteria yang jelas terhadap tingkat keberhasilan secara kuantitatif.
 Jaminan pasca tambang perlu ada dalam jumlah yang memadai.
E. LINGKUNGAN HIDUP PERTAMBANGAN

Dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan, permasalahan lingkungan hidup wajib untuk menjadi
perhatian dari para pelaku kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Semua ketentuan, peraturan dan standar lingkungan yang berlaku.
 Setiap kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen kajian lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL).
 Perlu adanya suatu jaminan dalam rangka pelaksanaan reklamasi.
 Kepedulian harus dimulai sejak tahap eksplorasi sampai tahap pasca tambang.

F. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Peraturan yang menyangkut tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum telah
diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995, tanggal 22
Mei 1995. Segala aspek menyangkut K-3 Pertambangan Umum telah diatur didalamnya, antara lain
tentang :
 Pihak-pihak penanggung jawab
 Program dan manajemen K-3
 Kewajiban melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja tambang.
 Tatacara inspeksi tambang oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dan Kepala Teknik Tambang.
 Kondisi kerja, peralatan kerja, rambu-rambu/tanda-tanda peringatan.
 Kewajiban menyusun Standard Operation Procedure (SOP).
 Tatacara pencegahan dan penanggulangan kemungkinan terjadinya bahaya dan kecelakaan.
 Tatacara penanganan, penggunaan dan penyimpanan bahan peledak.
 Dimensi tambang.
 Kewajiban pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja tambang.
 Aturan-aturan penggunaan alat angkut.
 Pengamanan alat-alat berputar.
 Pembiayaan-pembiayaan pelaksanaan program K-3
 Beberapa hal lainnya dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan tambang.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi ini berlaku untuk kegiatan pertambangan terbuka /diatas
permukaan tanah dan pertambangan bawah tanah.

G. KONSERVASI BAHAN GALIAN TAMBANG

Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang adalah cara
bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal dengan memperhatikan hal-
hal :
 Memperhitungkan kebutuhan akan bahan galian tersebut (pengusahaan/pemanfaatan tepat
waktu).
 Pengambilan bahan galian (penambangan) harus tepat teknologi pada saat kegiatan berjalan.
 Adanya upaya untuk menghindari terjadinya “kehilangan” bahan galian dalam
penambangannya.
 Adanya upaya melakukan “pemilahan” dalam pengambilan antara bahan galian berkadar
tinggi dan rendah, dimana bahan galian berkadar tinggi diambil terlebih dahulu dan bahan galian
berkadar rendah tetap “disimpan” sebagai cadangan masa depan dan diambil jika teknologi
telah mampu mengolah bahan galian tersebut.
 Adanya upaya untuk memanfaatkan mineral-mineral ikutan secara optimal.

Mengingat umumnya bahan galian tambang bersifat “unrenewable resources” (tidak terbaharukan),
maka jika hal-hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan baik dan benar, maka ketersediaan suatu
bahan galian akan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama dan dapat berlanjut sesuai
dengan kemajuan teknologi manusia nantinya.
H. HUBUNGAN ANTARA LAHAN TAMBANG – PERTAMBANGAN – LINGKUNGAN

Dalam rangka penerapan Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar, maka perlu dipikirkan hubungan antara Lahan
Tambang dengan Kegiatan Pertambangan itu sendiri dan Lingkungan.

Hubungan ketiga komponen tersebut pada hakekatnya saling berinteraksi dan dapat disinergikan antara
satu sama lainnya yang dapat digambarkan dalam hubungan “segitiga interaksi”.

Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dari Lahan Tambang yang mengandung bahan galian tambang tertentu, dapat dimanfaatkan guna
menunjang segala aktifitas dan kehidupan manusia serta merupakan peluang usaha bagi pelaku bisnis
( 1 – 2 ). Didalam aktifitas Pertambangan, eksploitasi harus dilakukan sesuai aturan, terencana secara
teknis, efisien, menerapkan azas konservasi, menghasilkan nilai tambah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat ( 2 – 1 ).
Selanjutnya untuk mencegah timbulnya “pengrusakan” terhadap lingkungan, maka dalam melakukan
aktifitas Pertambangan, pelaku kegiatan harus mampu mengendalikan dan memelihara lingkungan,
menjamin keselamatan kerja, merencanakan dan melaksanakan upaya rehabilitasi/reklamasi serta
mengakomodir kemauan dan partisipasi masyarakat ( 2 – 3 ), sehingga jika hal tersebut terlaksana
dengan baik maka Lingkungan (kondisi alam dan masyarakat) akan memberikan “feed-back” terhadap
keberlanjutan, keamanan, kelancaran dan ketenangan bagi pelaku kegiatan dalam melaksaanakan
kegiatan pertambangan tersebut ( 3 – 2 ).
Dilain sisi dengan “baik”nya Lingkungan merespons kegiatan pertambangan, maka pada pasca tambang,
Lingkungan tersebut akan mampu menciptakan suatu kondisi lingkungan baru yang dapat bermanfaat
serta berdaya guna kembali (3 – 1), dan pada Lahan Tambang yang telah dieksploitasi, secara berangsur
akan “terpulihkan” kembali dengan kondisi baru dengan peruntukan lainnya yang lebih bermanfaat di
masa mendatang ( 1 – 3 ).

Jika hubungan ketiga komponen ini berjalan baik, saling berinteraksi dan bersinergi, maka dari
hubungan tersebut dapat tercapai sasaran sebagai berikut :

Bekas LAHAN TAMBANG dalam kondisi Aman, Layak dimanfaatkan, Indah, Harmonis, bersifat Fasilitatif
jika dipergunakan, mendatangkan Untung jika dimanfaatkan, bersifat Natural, dibentuk
secara Geometris, sebagai lahan yang Strategis dalam pemanfaatannya dan dapat dimanfaatkan
secara Integratif ( ALIH FUNGSI ).

Selanjutnya dalam aktifitas PERTAMBANGAN dilakukan


secara Profesional, Realistis, Objektif, Fair, Inovatif dan Transparan dalam pengeksploitasian dan
pengelolaannya ( P R O F I T ).

Sedangkan kondisi LINGKUNGAN diharapkan akan Sehat, bersifat Ekologis, Ramah, Adaptatif, Sinergik
dan mampu untuk saling melakukan Interaksi terhadap aktifitas Pertambangan dan kondisi pada bekas
Lahan Tambang ( SERASI ).

I. PERANAN BIROKRAT DAN MASYARAKAT


Dalam Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini, peranan Birokrat adalah : membuat kebijakan
yang bersifat kondusif, menjamin kepastian hukum, menjamin keamanan, menyusun pedoman dan
menjadi fasilitator serta melakukan tugas pemantauan, pengawasan bimbingan dan pembinaan serta
melakukan evaluasi terhadap aktifitas pertambangan.
Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak tahap
perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang.
Sedangkan peran masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada
tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang (tidak tertutup kemungkinan peran
mereka juga bisa dari sejak tahap perencanaan).

J. P E N U T U P

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian diatas adalah :


 Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan “pengrusak” lingkungan
jika
Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice) dapat diimplementasikan
dengan penuh kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan / pelaku bisnis.
 Dalam Implementasi Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini, semua pihak (Pemerintah,
Pelaku Bisnis dan Masyarakat) harus berperan aktif dan saling melakukan “kontrol”.
 Bimbingan dan Pengawasan terutama dari unsur Birokrat, harus sudah mulai dilaksanakan sejak
pada tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang.
Sedangkan masyarakat dapat turut membantu melakukan pengawasan pada tahap kegiatan dilak-
sanakan sampai dengan tahap pasca tambang.
Dengan sistim kontrol demikian, diharapkan suatu kegiatan pertambangan dapat terlaksana dengan
baik dan mendatangkan kebaikan bagi semua pihak (seluruh stake holders).

Di era Globalisasi dan Reformasi saat ini, beberapa perubahan tuntutan sudah
menjadi kewajiban kita dalam melaksanakan aktifitas pembangunan. Tuntutan
tersebut wajib diperhatikan dalam melaksanakan aktifitas/ kegiatan di dunia
pertambangan, dimana dalam melaksanakan aktifitas pertambangan tersebut
kita harus melaksanakannya secara baik dan benar.Banyak hal yang mendasari
mengapa perlu dilakukannya penambangan yang baik dan benar, diantaranya :

1. Permasalahan umum tambang di Indonesia adalah kerusakan lingkungan


yang disebabkan oleh pengelola tambang meninggalkan lahan tambang begitu
saja setelah tidak produktif lagi. Padahal semestinya pengelola tambang
mengusahakan pembangunan berkelanjutan bagi warga di sekitar lokasi
tambang.
2. Berkembangnya suatu peradaban berarti berkembangnya suatu
masyarakat yang beradab.
Perlunya menegakan HAM dan menghargai budaya, tatanan adat, serta tatanan
nilai dalam setiap hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Hal
tersebut harus memenuhi beberapa prinsip-prinsip penting, yaitu keadilan,
integritas, kebenaran, kebaikan, keindahan dan kedamaian. Senantiasa berupaya
meningkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
 Senantiasa berupaya mengadakan peningkatan kinerja lingkungan hidup.
 Turut menyumbang pada pelestarian keanekaragaman hayati dan
pendekatanterpadu bagi perencanaan tata guna tanah.
 Memfasilitasi dan mendukung rancangan produk bertanggung jawab,
pemanfaatan ulang, daur ulang, serta mengelola pembuangan produk
perusahaansecara bertanggung jawab.
 Memberi kontribusi terhadap pengembangan sosial, ekonomi dan
kelembagaan disekitar wilayah operasi perusahaan. Membangun transparansi
dalam menjalin hubungan dan komunikasi yang efektif dengan para pemangku
kepentingan, dan melakukan verifikasi independen oleh pihak ketiga.

Pengertian Good Mining praktice

Good Mining Practice adalah suatu kegiatan pertambangan yang mentaati


aturan,terencana dengan baik, menerapkan teknologi yang sesuai yang
berlandaskan pada efektifitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan
galian, mengendalikan danmemelihara fungsi lingkungan, menjamin keselamatan
kerja, mengakomodir keinginan danpartisipasi masyarakat, menghasilkan nilai
tambah, meningkatkan kemampuan dankesejahteraan masyarakat sekitar serta
menciptakan pembangunan yang berlanjutan.Beberapa ciri Good Mining Practice
antara lain:

1. Penerapan prinsip konservasi dan nilai lindung lingkungan


2. Kepedulian terhadap K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terutama
bagi pekerjanya.
3. Meciptakan nilai tambah bagi pengembangan wilayah dan masyarakat
sekitar.
4. Kepatuhan terhadap hukum dan perundangan yang berlaku.
5. Menggunakan standarisasi keteknikan dan teknologi pertambangan yang
tepat dalam aktifitasnya.
6. Pengembangan potensi dan kesejahteraan masyarakat setempat terutama
dari optimalisasi dan konversi pemanfaatan mineral.
7. Menjamin keberlanjutan kegiatan pembangunan setelah periode
pascatambang (mine closure)
8. Memberikan benefit yang memadai bagi investor.

Aspek-aspek Good Mining Practice

1. Perizinan dan Aspek Legalitas Pertambangan yang baik adalah kegiatan


pertambangan yang mematuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang
berlaku di daerah atau negara tempat aktivitas pertambangan tersebut
dilaksanakan. Dalam praktik pertambangan yang baik harus sinkron antara
kepentingan pembuat regulasi dan kepentingan pemegang izin usaha
pertambangan (IUP). Pemerintah harus mampu memberikan kepastian dan
kejelasan mengenai peraturan dan kebijakan pertambangan pada satu
sisi,sementara pemegang izin usaha pertambangan (IUP) harus mentaati
peraturan dan kebijakan yang berlaku di tempat tersebut pada sisi yang lain.
2. Teknik Penambangan pada prinsipnya, teknik pertambangan yang baik
dapat dilakukan apabila didalam aktifitas pertambangan tersebut dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
 Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai.
 Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik
(tingkatakurasi tinggi).
 Studi geohidrologi, geoteknik dan metalurgi harus dilakukan secara baik
dan benar.
 Studi kelayakan (feasibility study ) yang komprehensif dengan didukung
datayang cukup, perlu disusun dengan baik, termasuk studi lingkungannya
(AMDALatau UKL/UPL).
 Teknik dan sistem tambang serta proses pengolahan/pemurnian
harusdirencanakan dan dilaksanakan secara baik (sistem tambang pada
material lepasdan padu sangat berbeda, demikian pula proses pengolahannya)
 Teknik konstruksi dan pemilihan peralatan harus tepat guna.
 Sistem pengangkutan bahan tambang harus terencana baik, termasuk
pemilihanalat angkut dan alat berat lainnya.
 Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan cadangan
dan spesifikasi.
 Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum seluruh
aktifitas dihentikan. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan
penataan dan reklamasi padalahan bekas tambang yang disesuaikan dengan
perencanaannya. Pelaksanaanpenataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada
rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kondisi
lahan.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Praktik pertambangan yang baik sangat memperhatikan keselamatan dan


kesehatan pekerjanya. Dalam hal ini, perusahaan berkewajiban meliputi
pembinaan, pelatihan atau pendidikan dan melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja. Hal yang dilakukan adalah dengan membuat regulasi dan
penggunaan alat-alat perlindungan diri (APD), agar terhindar dari kecelakaan
yang sering terjadi pada saat kerja.

4. Lingkungan Aktivitas pertambangan yang selalu menunjukkan kepedulian


terhadap dampak lingkungan. Tidak bisa seratus persen dihindari, tetapi
manfaatnya dimaksimalkan dan mudaratnya diminimalisir. Dalam eksplorasi,
perencanaan dan design produksi, pemilihan metode dan teknologi, penempatan-
penempatan bangunan pendukung,pengelolaan tailing, reklamasi dan pasca
eksploitasi hendaknya benar-benarmemperhatikan aspek lingkungan.
5. Hak-hak MasyarakatKegiatan pertambangan diharapkan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnyabagi masyarakat, memacu pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan kesejahteraanmasyarakat sekitar aktifitas pertambangan
dilakukan. Dengan program corporate social resposibility, perusahaan pemegang
Izin Usaha Pertambangan (IUP) dapat mewujudkan hak-hak masyarakat tersebut.
Penutupan Tambang dan Pascatambang Kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruhkegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsisosial menurut kondisi lokal
di seluruh wilayah penambangan. Kegiatanpertambangan bersifat proyek, jadi
ada jangka waktu perhitungan yang jelas, makapasca tambang diharapkan
mampu memberikan manfaat berkelanjutan bagi social dan lingkungan sekitar
tambang.

Manfaat Penerapan Good Mining Praktice

Penerapan good mining practice akan memberikan manfaat sebesar-besarnya


bagimasyarakat, perusahaan, pemerintah, dan lingkungan. Perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal secara aman, masyarakat merasakan
peningkatan kesejateraannya, pemerintah tidak kesulitan dalam pengawasan
dan penerapan peraturan,dan lingkungan masih produktif.Sebaliknya jika
pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan berakibat pada
:

 Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.


 Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis
 Produksi akan tersendat / tidak lancar.
 Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi.
 Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul.
 Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
 Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya.
 Semua pihak akan mendapat rugi (pemerintah, perusahaan dan
masyarakat).
 Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang
merusak
 Lingkungan Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian
diatas adalah :
 Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan
“merusak lingkungan ”jika Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good
Mining Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh kesadaran, terutama
dari pelaku kegiatan /pelaku bisnis.
 Dalam Implementasi Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini,
semua pihak(Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Masyarakat) harus berperan aktif
dan salingmelakukan kontrol.
 Bimbingan dan Pengawasan terutama dari unsur Birokrat, harus sudah
mulaidilaksanakan sejak pada tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca
tambang.Sedangkan masyarakat dapat turut membantu melakukan pengawasan
pada tahapkegiatan dilaksanakan sampai dengan tahap pasca tambang.

Anda mungkin juga menyukai