Uji efektifitas getah talas (Colocasia esculenta L schot var.
antiquorum) untuk penyembuhan luka terbuka pada tikus
putih (Ratus Norvegicus)
1.1 Latar Belakang
Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori & Solanki, 2011).Luka juga didefinisikan sebabagai keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang dapat disebabkan trauma benda tajam atau tumpul,perubahan suhu,zat kimia, ledakan,sengatan listrik atau gigitan hewan (R.Sjamsuhidajat dan Winde jong,2005). Ketika terjadi perlukaan pada jarinngan kulit, proses kesembuhan dan regenerasi sel terjadi secara otomatis sebagai respon fisiologis tubuh melalui melalui tiga fase proses penyembuhan, yaitu fase inflamatori, fase proliferative, dan fase remodeling. Komponen yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen, angiogenesis dan granulasi (Ferdinandez et al, 2013). Kecepatan penyembuhan luka tergantung dari luas dan kedalaman luka yang alami seperti pada orangf yang berusia lanjut, pengobatan dengan steroid yang yang menderita penyakit diabetes dan kanker (Gurtner et al, 2008). Luka terbuka yang tidak diobati memiliki potensi untuk mengalami infeksi seperti gangrene dan tetanus. Jika infeksi dibiarkan, akan menyebabkan kelumpuhan, infeksi kronik, infeksi tulang, bahkan kematian.oleh karena itu, penanganan yang tepat diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada suatu luka. Luka infeksi merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada Negara berkembang karena kebersihan yang buruk. Ketersediaan obat yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka masih terbatas meskipun perkembangan industry obat sudah sangat maju (Meenakshi et al. 2012). Data infeksi luka pasca pembvedahan pada 5 tahun terakhir (1995-2010) mencapai 1,2-23,6% di Negara berpenghasilan rendah hingga menengah, sedangkan Negara maju sekitar 1,2-5,2% dan Indonesia mencapai 7,1% (WHO,@)!!). Infeksi menyebabkan 10.000 kematian setiap tahun terutama di asia dan afrika (WHO, 2014) dan lebih dari 10.000 kasus tetanus terjadi didunia pada tahun 2013(WHO, 2014). Tujuan dari manajemen luka adalah menurunkan kejadian luka yang terinfeksi,penyembuhan luka dalam waktu sesingkat mungkin, dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan luka parut yang minimal pada pasien (Soni & Akhlesh, 2012). Saat ini tidak ada substansi yang sangat efektif untuk mempercepat proses penyembuhan luka, sehingga perhatian meningkat dean menemukan ekstrak tanamn untuk meningkatkan untuk meningkatkan regenerasi penyembuhan luka, meskipun penggunaan dari ekstrak tanaman untuk pengobatan luka umumnya baru merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat tradisional (Maltivanan et al, 2006). Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum termasuk dalam keluarga araceae yang umumnya dikenal sebagai talas. Daun dan umbi ini umumnya digunakan sebagai makanan di beberapa Negara seperti Jepang,China,India, Philiphines dan lainnya (Wang, 1983). Dalam uji fitokimia yang menunjukkan bahwa ekstrak tangkai daunt alas mengandung saponin,flavonoid,tanin,alkaloid,steroid dan terpenoid (Bryan Wijaya, 2014). Jenis talas satoimo saat ini sedaenng gencar dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia karena potensi pasar ekspor untuk talas ini sangat besar, terutama di negara jepang sebagai sebagai makana pokok (pudjiatmoko, 2008). Akan tetapi, penelitian terhadap potensi tanaman ini masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini terdahulu menggunakan ekstrak methanol daun Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum menunjukkan bahwa ekstrak tersebut dapat meningkatkan aktivitas poliferasi sel NB1-RGB (normal human skin fibroblast cells) lebih dari 10% dan meningkatkan sintesis kolagen (Takahashi et al, 2012). Penelitian ekstrak air daun Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung senyawa polifenol yang berperan dalam penyembuhan luka . Senyawa polifenol memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menekan pembuatan Reactive Oxygen Spesies (ros) dan menghambat hyaluronidase sehingga melindungi sel-sel kulit dari kerusakan oksidatif dan mempercepat pemulihan luka pada tahap inflamasi (Girish & Kempamaju, 2007). Penelitian lainnya yang menggunakan ekstrak etanol tangkai daun Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum menyimpulkan bahwa eksrtrak daunt alas berpotensi sebagai alternative obat luka sayatan pada kulit kelinci. Tangkai daun Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum mengandung metabolit sekunder berupa saponin, flavonoid, tanin, alkaloid dan steroid yang berperan dalam penyembuhan luka (Wijaya et al, 2014). Subash et al, (2012) menyimpulkan bahwa umbi Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum positif mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, triterpenoid, dan saponin. Kandungan metabolit sekunder ini kemungkinan berperan dalam penyembuhan luka sepertipada tangkai daunnya. Umbi Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum mengandung tarin yang yang merupakan protein lektin yang memiliki aktivitas proteolitik (Rao et al, 2010;Roxas, 2013). Menurut Priosuryanto et al,(2016) lektin berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Tarin diduga dapat mempercepat penyembuhan luka karena aktivitas proteolitiknya seperti papain yang efektif meluruhkan jaringan nekrotik, mencegah infeksi dan menstimulasi pembentukan jaringan granulasi pada luka melalui aktivitas enzim proteolitik yang dapat mengangkat jaringan mati tanpa merusak sel hidup (Roxas, 2013;Sidik&Salmah, 2005). Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa kandungan berbagai senyawa dalam umbi Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum dapat mempercepat penyembuhan luka. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh getah Colocasia escelunta (L) Schot var. antiquorum terhadap kecepatan penyembuhan luka pada tikus putiih (Ratus Norvegicus) dengan metode Morton selama 14 hari. Parameter yang akan dinilai dalam luka, persentase penyembuhan luka, waktu penyembuhan luka dan parameter histopatologi seperti neokapilerisasi, keberadaan sel radang fibroblast serta kerapatan kolagen secara deskriptif.