HEMATOLOGI IV
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2019
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW berkat
limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis telah menyelesaikan laporan praktikum
Hematologi 4.
Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang
dengan caranya masing-masing memotivasi dan membimbing dalam menyusun laporan ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis demi
kelancaran pengerjaan laporan praktikum Hematologi 4.
2. Bapak Bejo Waluyo, S.KM, M.Si. sebagai Dosen pengampu mata kuliah Praktikum
hematologi 4.
3. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang selalu berbagi dalam memberikan
motivasi serta dukungan sehingga laporan praktikum Hematologi 4 disusun dengan baik.
Penulis berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para pembaca,
penulis ucapkan selamat membaca dan memanfaatkan laporan praktikum ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun buku laporan praktikum ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga masih perlu ditingkatkan mutunya.Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca, penulis harapkan untuk menunjang dan membangun
isi dari laporan praktikum sebuah laporan yang bermutu tinggi di masa kedepannya.
Penulis
PRAKTIKUM I
2
Hari, tanggal : Rabu, 20 Maret 2019
Materi : Pembuatan Preparat Spread dan Squash
A. Dasar Teori
Aspirasi dan biopsi sumsum tulang merupakan prosedur untuk mengumpulkan darah
sumsum tulang dan potongan kecil bagian tulang dengan memasukkan jarum khusus ke
dalam tulang pinggul pasien. Prosedur ini umumnya dilakukan dengan bantuan anestesi
lokal dan akan memakan waktu sekitar 30 menit. Sampel sumsum tulang yang diperoleh
akan dievaluasi oleh ahli patologi untuk menentukan adanya sel-sel leukemia, diagnosis, dan
klasifikasi leukemia.
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan
hiperseluler. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara. Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita cronic kimfoblastik
leukemia ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari
total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien CLL disebabkan oleh peningkatan limfosit
B. Sedangkan pada penderita cronic mieloblastik leukemia ditemukan keadaan hiperseluler
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoiesis. Jumlah granulosit
lebih dari 30.000/mm3 .
Preparat yang dibuat dengan cara meletakkan hasil aspirasi berupa fragmen sumsum
tulang diatas kaca obyek dan kemudian digeser menggunakan kaca penebar (spreader).
Pembuatannya mirip dengan pembuatan sediaan apus darah tepi (SADT) atau blood
3
Preparat yang dibuat dengan cara meletakkan fragmen sumsum tulang hasil aspirasi
diatas kaca obyek, kemudian dengan kaca obyek yang lain ditekan sambil menggeser
sehingga tampak gambaran inti ditengah (core) dan daerah pinggir dari fragmen sumsum
tulang.
B. Tujuan
4. Tabung darah
5. Rak tabung
D. Prosedur
4
a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
b. Letakkan objek glass di cawan petri dengan cara di miringkan
c. Teteskan 3-4 tetes sampel sumsum tulang di atas objek glass tersebut
d. Diambil bagian fragmen menggunakan ujung objek glass baru
e. Buat apusan di atas objek glass yang lain
f. Kering anginkan
g. Untuk pewarnaan Giemsa, Fe, PAS, lepehen fiksasi dengan metanol, sedangkan
E. Hasil Pengamatan
5
6
PRAKTIKUM II
Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metil azur, yang memberi warna
merah muda pada sitoplasma dan methylen blue pada inti leukosit. Pewarnaan Giemsa
disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk
mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk
mengidentifikasi parasit-parasit darah (Maskoeri, 2008).
Salah satu yang harus diperhatikan dalam pewarnaan Giemsa yang baik adalah ketepatan
pH buffer. pH basa atau alkali akan mempertegas komponen azure (methylen blue) terhadap
komponen eosin sedangkan pH asam atau acid akan mempertegas komponen eosin terhadap
komponen azure (methylen blue). Pengencer Giemsa idealnya mempunyai pH 6,8 agar tidak
berpengaruh pada pewarnaan morfologi sel darah. Kelainan morfologi leukosit salah satunya
adalah granulasi toksik, yaitu granula sitoplasma terwarnai lebih mencolok dan lebih kasar
pada sitoplasma neutrofil pasien yang terinfeksi berat. Ketika dilakukan pewarnaan dengan
konsentrasi pH buffer yang terlalu asam, maka secara mikroskopik granulasi toksik akan
tampak seperti neutrofil biasa. Sebaliknya, apabila konsentrasi pH buffer terlalu basa maka
neutrofil biasa akan tampak seperti granulasi toksik. Pengencer buffer dengan pH yang
rendah atau kurang dari 6,8 mengakibatkan leukosit tidak sempurna menyerap pewarna
Giemsa dikarenakan terlalu asam sehingga kromatin inti yang seharusnya berwarna ungu
hanya terbentuk sebagian di tengah inti, dan sebagian berwarna merah, leukosit juga akan
7
menampakkan bagian-bagian yang kurang jelas. Sebaliknya pada pengencer buffer dengan
pH tinggi atau lebih dari 6,8 dengan basa yang kuat mengakibatkan leukosit terlalu banyak
menyerap methylen blue sehingga sitoplasma semakin pekat dan granula semakin gelap
(Adianto, 2013).
Dalam kondisi khusus penelitian atau pengambilan data di lapangan seringkali teknik
pewarnaan Giemsa dilakukan tanpa memeperhatikan ketepatan pH buffer. Penggunaan
Giemsa dengan pH buffer asam dan basa sudah dikaji sebelumnya terhadap morfologi sel
eritrosit dan sel leukosit pada apusan darah tepi, oleh karena itu maka peneliti ingin mencari
tahu pengaruh konsentrasi pH buffer Giemsa terhadap morfologi leukosit pada preparat
sumsum tulang.
C. Tujuan
1) Mengetahui cara pembuatan cat giemsa dan perhitungannya
2) Mengetahui prosedur pengecatan dengan cat giemsa
E. Prosedur
Pembuatan larutan kerja Giemsa
1) Siapkan campuran Buffer A dan Buffer B dengan perbandingan ( 1 : 1 ) campuran
ini tahan 3 hari.
8
2) Tambahkan kedalam Buffer, Giemsa Pekat dengan Perbandingan, Giemsa Pekat 1
bagian dan Buffer 7 bagian. Campuran ini bertahan 1 hari.
Cara Pengecatan
1) Preparat sumsum tulang yang sudah kering difiksasi dengan methanol selama 5 –
10 menit.
2) Genangi dengan larutan kerja selama 20-30 menit.
3) Sisa cat dibuang, dicuci dengan air mengalir hingga betul-betul bersih.
4) Keringkan diudara, lalu mounting dengan EZ mount dan ditutup deckglass.
Interpretasi :
F. Hasil Pengamatan
Hiperseluler
10
Hiposeluler
1. Ditemukannya sel
megakariosit
Ciri-ciri :
1. Sel besar
PRAKTIKUM III
11
A. Dasar Teori
Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang berasal
dari sel punca. Secara garis besar leukemia dibagi berdasarkan penyakit(klinis) dan sel
dominan yang terlibat. Berdasarkan gejala klinisnya, leukemia dibagi menjadi leukemia akut
dan kronik. Leukemia akut bersifat ganas dan jika tidak diobati secara efektif dapat
menyebabkan kematian dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Leukemia kronis
berkembang lamban dan pasien dapat bertahan beberapa bulan atau tahun tanpa pengobatan.
Sedangkan jenis sel yang ditemukan dibagi menjadi dua yaitu sel limposid dan seri Mieloid
(Bain,B.J.2015).
Leukemia Mieloid akut (LMA) adalah kelompok kelainan heterogen yang terjadi pada
seri myeloid. Sel leukemia terus berproliferasi terapi terjadi ganguan pada proses pematangan
sel sehinggan berakumulasi sebagai sel imatur (tidak matang) yang dikenal sebagai sel blast.
Sel blast menggantikan sel puncak hemopoietik normal di sumsum tulang, sehingga terjadi
ganguan pada fungsi sumsum tulang. Sel blast diklasifikasikan menjadi mieloblast,
monoblast, eritroblast, atau megakarioblast (Bain,B.J.2015).
Pengecatan sitokimia untuk eritrosit dipakai untuk mendeteksi adanya free iron, derivet
hemaglobin dan enzime metabolik sitoplasmik tertentu didalam eritrosit, sedangkan terhadap
trombosit pengecatan sitokimia dipakai untuk mendeteksi platelet peroxidase reaction yang
terdapat didalam retikulum endoplasmik dan membran inti megakariosit muda atau yang
sudah matur (Hariman S, 1998).
Pemeriksaan laboratorium untuk penegakan leukemia salah satunya dengan pewarnaan
sitokimia, diantaranya menggunakan reagen lepehne yang dimana reagen lepehne akan
tampak warna hijau pada granula eritrosit tua sebagai pembandingnya, lepehne mewarnai sel
jajaran eritrosit (eritroblas). Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membedakan
jenis leukemia akut atau kronik, Leukemia akut akan bereaksi positif dengan pewrnaan
Lepehne dilihat dari jajaran eritrositnya dan leukemia kronik akan bereaksi negative. Sel
muda yang abnormal jika dalam keadaan ini boleh dikatakan bahwa granula dam sel jajaran
granulosit dan eritrosit yang mengandung peroksidase sedangkan sel jajaran limfosit tidak
ada. Pewanaan sedian apusan darah tepi dengan menggunakan giemsa dan wright belum
memuaskan untuk membedakan seri leukosit untuk menunjang leukemia dan kelainan
leukosit lainnya sehingga diperlukan peawarnaan sitokimia lainnya seperti lepehne.
12
Pewarnaan Lepehne dilakukan untuk mengenali tipe penyakit leukemia melihat jajaran
eritrosit muda, reagen lepehne berisi benzidine 0,6% dan Perhidrol 30% dalam 4,5 ml ethanol
70%, dalam penelitian ini dilakukan penurunan konsentrasi larutan perhidrol yang lebih
rendah, sehingga akan dapat mengurangi biaya analisis dengan kualitas pewarnaan yang
masih terlihat jelas.
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui cara pembuatan reagen sitokimia dan perhitungannya untuk
pengecatan sitokimia
2) Untuk mengetahui cara pengecatan sitokimia untuk diagnosa leukimia
C. Prinsip Kerja
Sudan black B dalam etanol akan mencat phospholipid yang terdapat dalam
Ion ferri dalam hemosiderin mengubah ferrocyanida yang berwarna kuning dan
mudah larut dalam suasana asam menjadi suatu endapan (presipitat) Ferri Ferrocyanida
Oksidasi glicoken oleh asam periodat (periodic acid) menjadi aldehida, dan
bereaksi dengan reagen schiff yang menyusun warna merah.
4) Prinsip Pengecatan Lepehne
Benzidine yang ditambah dengan perhidrol akan mewarnai sitoplasma seri
eritrosit menjadi berwarna hijau terang.
13
c. Methanol 3. Waterbath
E. Prosedur
Sudan Black B
1) Reagen Sudan Black B
14
a) Campurkan larutan A (phenol, etanol 70 %) dan larutan B (Na2HPO4.2H2O,
2) Prosedur Pengecatan
a) Preparat yang sudah kering di fiksasi dengan uap formalin dalam staining jar selama 5-
10 menit
c) Rendam preparat dengan larutan kerja dalam petri tertutup selama 30 menit
d) Buang sisa cat, rendam dengan alkohol 70 % selama 2 menit sambil digoyang-goyang
e) Cuci dengan air mengalir, lakukan counter stain dengan safranin 1% selama 10-30
3) Interpretasi :
1) Seri granulosit : myeloblast positif sampai makin tua makin kuat karena granula
makin banyak
15
2) Seri monosit : seperti seri granulosit tetapi dengan granula yg lebih besar sehingga
Fe Pearl’s ( Pengecatan Fe )
1) Prosedur pengecatan Fe
1
b) Tuangkan bagian HCl 1 N ke dalam staining jar dan masukkan ke dalam
2
1
c) Tambahkan bagian K Ferrocyanida 4 % ke dalam staining jar
2
16
e) Biarkan selama 10-20 menit dalam water bath 56°C
2) Interpretasi :
Kandungan Fe di dalam fragmen sumsum tulang dan sekitarnya akan berwarna biru,
17
3) Hasil Pengamatan
Perbesaran 10 X
Perbesaran 10 X
18
Pengecatan Lepehne
1) Pembuatan Reagen
sebanyak 1 ml.
sebanyak 4 ml.
2) Prosedur Pengecatan
3) Interpretasi
19
- Sebagai kontrol : bandingkan dengan eritrosit tua
4) Hasil Pengamatan
Gambar Keterangan
Perbesaran 100 X
Ditemukan Othochromatic
membandingkan ) dengan
Perbesaran 100 X
Ditemukan Othochromatic
membandingkan ) dengan
20
Pengecatan PAS ( Periodic Acid Schiff )
dipakai.
21
a) Preparat di fiksasi dengan uap formalin selama 10 menit
c) Buang cat, cuci dengan air mengalir selama 10 menit, bilas dengan aquades
e) Buang cat, cuci dengan air mengalir sampai betul-betul bersih selama 15 menit
deckglass
3) Interpretasi
Seri limfosit akan terwarnai merah pada sitoplasma nya, sedangkan sel lain ( sel
granulosit, erytrosit, monosit, trombosit ) tidak terwarnai merah pada sitoplasma, hanya
4) Hasil Pengamatan
Gambar Keterangan
Perbesaran 100 X
22
Terdapat sel dari seri Limfosit
( berwarna merah ) PAS Positif.
23
PEMBAHASAN
Pada Pembuatan Preparat, perlu diperhatikan harus mengambil sampel yang memiliki
fragmen, karena nantinya yang akan menjadi patokan pembacaan adalah fragmen,
yang bersifat asam dan Buffer B (Na2HPO4.2 H2O ) yang bersifat Basa, sedangkan untuk
pengecatan giemsa menggunakan buffer yang bersifat netral sedikit asam, dengan
pekat dengan perbandingan ( 1 : 7 ). Jika larutan ini sangat basa / sangat asam akan
Pada pengecatan sudan black B menurut lison, pembuatan larutan cat SBB ini dengan
Preparat yang akan dicat dg SBB sebaiknya difiksasi dengan uap formalin dalam staining
jar, agar fosfolipid nya tidak luntur, karena pada pengecatan SBB ini, yang akan diwarnai
Pembuatan karutan lepehne ini menggunakan ethanol 70% sebanyak 9 bagian, ditambah
perhidrol 30% sebanyak 1 bagian dan ditambah benzidine sebanyak 4 bagian. Yang
kemudian di cat dengan giemsa sebagai pengecat pembanding. Benzidine akan mewarnai
sitoplasma dari seri eritrosit dengan warna hijau. Dan yang digunakan sebagai acuan
Sebelum melakukan pewarnaan Fe harus dilakukan pembilasan alat – alat gelas terlebih
dahulu dengan HCl 20% agar terbebas dari cemaran Fe, sehingga tidak terjadi positif
24
palsu nantinya. Pengecatan Fe sebaiknya didampingi dengan control untuk sebagai
pembanding.
Pada pengecatan PAS larutan Schiff harus disimpan pada botol gelap, karena larutan ini
mudah sekali di oksidasi oleh cahaya. Pengecatan PAS ini bertujuan untuk mewarnai sel
– sel dari seri limfosit yang mengandung glycogen yang kemudian dioksidasi oleh asam
periodat ( periodic acid ) menjadi aldehida dan bereaksi dg larutan Schiff sehingga
bewarna merah.
25
KESIMPULAN
hemopoietik
Pengecatan SBB, Positif yang artinya ada dari seri leukosit granulosit,
Pengecatan Lepehne positif, yang artinya ada dari seri eritrosit tetapi dalam jumlah yg
sedikit
26